SAYANG!

303 9 0
                                    

"Lalalalala..."

"Nanana..."

Suara senandung riang mengiringi langkahnya menikmati kudapan istimewa melupakan jam pentingnya sampai membuat perasaan orang tersayang jadi menyerang.

Bukannya kembali ke kelas melanjutkan pelajaran malah sengaja kabur menghindari pendamping masa depan.

Berkelana di siang hari ditemani matahari, kepalanya pusing seperti dikelilingi kunang-kunang menari.

"Pengen minum es, tapi nggak bawa uang. Huaaa...." Aruna merengek kesal hanya bisa memendam keinginannya. Uang berjuta-juta miliknya tertinggal di tasnya.

GREP!

Ada yang memeluknya dari belakang.

Bukan cuma dipeluk, tapi seperti ditarik mau dibawa ke suatu tempat.

"Argghhh!! Culik! Culik!" Aruna memberontak berusaha melepaskan diri dari orang tak dikenal.

"Iya! Saya mau menculik istri nakal yang selalu kabur dari saya!"

Alamak! Langsung di ulti, cok!

"Haaaaa.... Pak dosen! Lepasin, aku susah napas!"

Lay lagi-lagi mengalah melepaskan mangsanya setelah susah payah ia cari dan ia dapatkan. Lay menatap tajam manik mata sang pemberontak alias istrinya sendiri.

Mendapat tatapan tajam itu tidak membuat Aruna takut. Ia justru memakan cemilannya dengan santai, lalu kembali membalas wajah sok garang.

"Kamu ini susah sekali diatur. Dikit-dikit kabur, ngambek dikit kabur. Kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana? Apa kamu tidak memikirkan perasaan saya?"

"Aku nggak kabur kok."

"Lalu apa? Menghindari saya? Begitu?"

Aruna menjilati jarinya yang meninggalkan bekas coklat. Pipinya pun jadi belepotan hingga Lay jadi gemas ingin mencubit. Untunglah di saku celananya ada tisu basah.

"Bapake dosen, aku tuh nggak kabur. Tadinya aku cek loker terus aku nemu makanan. Coklatnya enak, apalagi gratis kan. Eh, nggak tau kenapa tiba-tiba aku udah di tempat lain. Jadi ini bukan salah aku, tapi salah kaki aku. Gara-gara dia nih semuanya. Marahin aja kakinya. Jangan marahin aku, yaaa..." Aruna berusaha meyakinkan Lay dengan cerita tipu muslihat.

Lay diem, tapi tangannya sibuk membersihkan sisa coklat yang menempel pada istrinya.

"Saya tau kamu bohong."

Ujaran Lay barusan terasa tertohok mengenai hati Aruna. Ia tak menyangka Lay itu agak sulit untuk ditipu menggunakan jurusnya. Satpam apartemen elit aja mempan kena jurus nyeleneh tak masuk akal karangannya.

"Saya ini sangat tau kamu berkata jujur ataupun berbohong. Jadi saya tau betul dan tidak mudah dibohongi."

Aruna pelan-pelan bergerak mundur menciptakan jarak beberapa centi menunggu Lay lengah. Entah apa isi pikiran pria itu. Matanya terus menyalang mengawasi.

Lay melangkah ke depan mengikis jarak tipis antara mereka. Bibir lembutnya menyempatkan waktu memberi kecupan di telapak tangan Aruna.

"Sebentar."

Lay memerintahkan Aruna agar tetap berdiri diam di tempat sementara dirinya sibuk mengecek ponsel miliknya.

Hal ini tentu saja jadi peluang bagi Aruna untuk kabur lagi mumpung orang di depannya tengah lengah. Pelan-pelan kakinya mundur ke belakang berjaga-jaga supaya tidak ketahuan akal ajaibnya.

"Jangan coba-coba kabur. Nanti saya cium kamu di depan banyak orang," tegur Lay memperhatikan tingkah mencurigakan Aruna dari sisi ekor matanya.

"Nggak kok, nggak kabur. Aku liat ini nih, ada bunga mirip bh susu waria."

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang