"Pak dosen..."
suara halus menggema lembut di telinga Lay, mengalihkan perhatiannya ke gadis muda yang sedang menuruni tangga.
"Kamu sudah lapar?" tanya Lay masih sibuk membereskan beberapa perkakas dapur bekas pertempuran gandanya.
Aruna mengangguk lesu sambil menopangkan kepalanya ke meja makan, memfokuskan matanya ke sosok pria yang tengah menggunakan celemek warna hitam.
"Sebentar, ya?"
Sejauh matanya memantau, terlihat pria itu sedang sibuk membalik-balikkan sesuatu di sana. Suara percikan minyak menyatu bersama harum mewangi masakan asing memasuki rongga hidungnya.
Entah berapa detik kemudian, terlihat lagi pria itu melakukan kegiatan melepaskan celemek pelindung pakaiannya. Sepertinya acara pertempuran dapurnya telah usai.
Kemudian Lay datang membawa beberapa piring berisi hasil masakannya, bersiap ia suguhkan ke ratu hatinya yang sudah sabar menunggu.
Tidak lupa juga ia suguhkan senyuman tulusnya walaupun belum terbalas.
"Maaf ya, nunggu agak lama," posisi tempat Lay duduk adalah di kursi utama, didampingi sang istri tercinta di sisi kirinya.
Tugasnya berlanjut menyajikan masakannya ke piring kosong, lalu diisi beberapa lauk sayur, ikan, ayam goreng, dan juga bahan pokok orang Indonesia, nasi.
"Silakan dimakan," ucap Lay begitu piring di tangannya telah berpindah ke hadapan istrinya.
"Makasih, pak." Aruna sudah bersiap menyambar makanan pengisi perutnya dan sendok makan sudah sedari tadi dipegangnya.
"Jangan lupa baca doa." Lay menyempatkan tangannya mengelus surai lembut istrinya, sebelum akhirnya ia duduk bergabung di sisi utama.
Lay menengadahkan tangannya berdoa sekaligus bersyukur kepada Sang Maha Kuasa atas rezeki yang mereka nikmati, diikuti Aruna malu-malu menunjukkan tangannya meniru apa yang Lay lakukan.
Begitu Lay selesai berdoa, lalu mengusap telapak tangannya ke wajah sebagai akhir dari doanya, justru Aruna melakukannya secepat kilat takut ketahuan dan berakhir besar kepala pada Lay.
Mereka memang suami istri dan hal ini sangat wajar dalam pandangan.
Tapi tidak bagi Aruna.
Justru dirinya sangat anti pada Lay.
"Ini apa?" tanya Aruna menunjuk ke arah makanan yang ia yakini adalah daging. Tapi tak tau apa namanya.
Lay sedang meneguk teh hijau andalannya, perlahan mengikuti arah tunjuk istrinya. "Itu namanya ikan salmon."
Ikan mahal membentuk garis-garis lurus yang bisa disimpulkan hampir mirip seperti kue lapis. Bentuk dagingnya memang unik, tapi khasiatnya jangan diragukan.
"Kamu tau manfaat ikan salmon sebanyak apa?" Aruna menggeleng tiga kali sebagai jawaban. sambil makan, sambil belajar. Itulah yang Lay terapkan saat ini.
"Ikan salmon sangat bagus untuk meningkatkan kekuatan otak. Sumber proteinnya tinggi, dapat membantu mempertahankan metabolisme tubuh. Kandungan omega 3 yang penting bagi tubuh karena meningkatkan kesehatan sendi dan kulit. Karena mengandung banyak manfaat, salmon menjadi makanan favorit para ahli kesehatan."
"Vitamin B1, B2, B3, B5, menjaga fungsi optimal otak dan sistem saraf. Nih bagus nih buat kamu yang otaknya agak lama nangkep pelajaran saya."
Rasanya... Agak gimana gitu disindir oleh suhu.
Aruna meringis setelah disindir halus hingga tanpa sadar meraba keningnya tempat favorit Lay memberikan hadiah akibat otaknya nge-lag. Istilah lain, masuk kuping kanan, langsung terpental dari sebelah situ pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...