"Woi! Oi neng!"
"NENG!"
Dua gadis muda menoleh ke belakang, menatap Cakra si biang rusuh disertai raut wajah jengkel.
"Apa sih, Cak? Ngapain lo teriak-teriak?" Karina berkacak pinggang saking malasnya melihat muka jelek Cakra akibat tangan ajaib Pak Lay.
"Neng, main ke kosan gue, yuk. Udah lama kita enggak nongki," ajak Cakra. Ekspresinya sangat lucu apalagi saat ia berbicara. Mirip seperti monster parit.
"Wah, boleh juga tuh. Gue juga bosen banget di rumah terus." Aruna mengalihkan pandangannya ke Karina. "Rin, lo ikut ya? Enggak mungkin cuma gue sama Cakra doang di kosan kan? Entar kalo gue digrebek masa gimana? Kan enggak lucu. Apalagi ibu kost disana garang. Trus kalo gue dijadiin bahan dasar risoles gimana? Kan enggak lucu juga. Lo ikut, ya? Yayaya?"
Karina menggeleng malas "Gue enggak ikutan ah. Lagian nanti ada Bagas kan disana? Jadi lo enggak berduaan sama Cakra."
"Lo kok gitu sih sama gue? Mana seru kalo lo enggak ikut. Ikutlah, Rin. Katanya sahabat sejati, tapi kok mengkhianati?"
"Aduh, gimana ya? Gue bukannya enggak mau. Cuman, gue malu aja punya temen kayak mereka. Liat tuh, mukanya aja aneh." Karina menganggap bahwa Cakra adalah sejenis kuman menjijikan.
Cakra meraba kesucian wajahnya yang ternodai. "Eh Neng Karina. Lo jangan songong, ya. Entar sampai kosan, muka ganteng gue bakal balik. Muka gue jadi gini kan gara-gara si gege."
"Dih, sok ganteng banget lo. Muka macem biawak kok bangga."
"Belagu banget lo biawak janda."
"Ya! Apa maksud lo ngomong gitu?"
"Loh, baru pulang dimarahin. Ngajak berantem?"
"CAPLANG!" teriakan dari Bagas berhasil menghentikan pertengkaran sengit dua anak Adam.
"Ha? Ngapa lo?" Kalau Bagas yang menyebut dirinya caplang dia masih terima. Udah biasa dia. Tapi kalau orang lain, dia enggak terima. SKSD (sok kenal sok dekat) katanya. Terkadang teman sekelasnya saja masih segan memanggilnya dengan panggilan khusus tersebut.
"Di kelas seni ada anak baru cuy. Cantik bener dah pokoknya. Mirip emak gue waktu masih muda."
"Hah! Serius lo? Mana mana? Kenalan sama dia yuk! Lo ada nomor WA-nya nggak?"
Orang-orang yang lewat tak kuasa menahan tawa dan tak kuasa menahan mulut untuk tak menggibah dua lelaki yang heboh itu. Udah penampilan mukanya aneh, buluk, playboy pula.
"Eh, liat tuh mukanya aneh banget kan?"
"Biasalah, ayam kampus emang gitu. Suka buat onar. Untung enggak dicoret dari kampus."
"Itu yang anak sastra bukan sih? Perasaan kemarin mirip Chanyeol EXO, kok sekarang mirip genderuwo?"
"Bagas tetap kiyutt loh walaupun mukanya belepotan. Jadi pengen culik deh."
"Iya, culik aja, trus bawa ke KUA biar dihalalin."
"Kayak kenal deh sama tanda tangannya. Tapi di mana, yak?"
"Ada dedemit kampus tuh. Liat deh di jidatnya."
"Emang sih. Satu mirip wewe, satu mirip kuyang. Hihihi..."
"BAPAK LO MIRIP KUYANG PARGOY!" balas Cakra sengit.
Begitulah bisik-bisik tetangga jahanam. Rasanya malu banget jadi pusat perhatian dengan keadaan semrawut. Hilang sudah harga dirinya gara-gara dosennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE YOU PAK DOSEN
Short StoryKebayang nggak sih kalau lo jadi istri DOSEN KILLER sejagat kampus? Dosen tampan rupawan dengan sejuta pesona, muka blasteran surga, plus tajir melintir. TAPI, kalau di kelas itu jurus andalannya adalah lempar spidol ke muka orang. Dan parahnya lagi...