TERNYATA...

249 13 6
                                    

"Kenapa kabur?" Lay langsung bertanya pada istri nakalnya begitu masuk ke dalam apartemen.

Aruna masih berdiam diri memendam seribu kata di dalam hatinya. Kalau sedang kesal, ia lebih memilih diam daripada marah-marah nggak jelas. Matanya berusaha menghindar dari Lay.

"Aruna? Kenapa kamu kabur?" pertanyaan yang sama kembali diajukan Lay. Pria itu mencoba mengunci mata istrinya agar fokus padanya.

"Huh!" bukannya menjawab pertanyaan, Aruna malah lari dari kenyataan.

Gadis itu melempar benda keramat versinya berupa bantal sofa ke dada Lay. Ia beranjak dari duduknya menuju ke kamar tempat asal muasal keributan.

Lay mengikuti pergerakan istrinya ke mana pun kaki mungil itu melangkah. Membujuk gadis muda labil memang membutuhkan stok kesabaran ekstra.

"Jangan lari dari masalah. Jelaskan semuanya atau saya interogasi sampai besok?" kalau cara baik-baik tidak dihargai, maka tidak salah Lay memilih bersikap tegas.

Mata bulat Aruna menatap sendu ke arah Lay. Entah apa isi hatinya. Mudah-mudahan saja drama terbarunya tidak tercipta lagi.

Bibirnya bergetar menandakan gadis itu sedang mewek terbawa suasana. Pandangannya mengabur akibat air mata yang siap menetes beberapa detik lagi.

"Aku cuma mau tidur sendiri di kamar ini, tapi bapak nggak bolehin makanya aku kabur." Aruna menjatuhkan bokongnya di pinggir ranjang sambil mengusap air matanya.

Nah ini. Lay paling nggak tega liat istrinya menangis. Langsung luluh dan lupa tentang masalahnya.

Lay meyakinkan dirinya untuk mendekat dan memberikan tempat ketenangan bagi istrinya berupa pelukan hangat. Kepala Aruna menempel di perut Lay yang tertutup kaos rumahan tapi tidak murahan.

"Maafkan saya." Lay mengusap  lembut istrinya dari kepala sampai ke punggung. Lay ikut terbawa suasana dan berakhir menangis bersama.

Walaupun pelukan tulusnya tidak dibalas sang istri, Lay tidak kecil hati. "Sudah. Ayo tidur."

Lay membaringkan tubuh istrinya dengan posisi senyaman mungkin, lalu menutupinya menggunakan selimut wangi favoritnya.

"Selamat malam."

"HP kamu saya sita sementara, besok saya kembalikan lagi," lanjut Lay sebelum keluar dari kamar dan benar-benar hilang dari pandangan Aruna.

Lay hanya menerapkan peraturan sederhana berupa dilarang main HP melewati batas jam 10 malam.

"YES! AKHIRNYA GUE BERHASIL! YUHUU!!"

Aruna mencak-mencak kesana-kemari hingga melompat-lompat di atas tempat tidur orang, saking senang dan bahagianya.

"Nggak sia-sia gue pandai akting. Walaupun HP gue disita, ya gapapa lah yang penting kamar si jablay udah jadi milik gue sepenuhnya," ia kembali merebahkan tubuhnya menikmati hasil kerja sesatnya.

Nafasnya terasa ngos-ngosan, dadanya pun naik turun akibat terlalu aktif melompat. Mungkin setelah menikah dengan Lay, ia harus lebih rajin lagi belajar akting karena ia pikir dosennya itu sangat mudah dibohongi melalui rekayasa skenarionya.

Keesokannya di hari minggu, gadis berambut kepang sedang asik menikmati hari malasnya di kamar dan mengurung diri seharian ditemani berbagai macam cemilan yang dicopet langsung dari kulkas Lay.

Ia sudah terlarut dalam dunia kemalasan sampai melupakan segalanya termasuk hal terpenting paling penting menyangkut masa depannya.

Waktu semakin berjalan, hari telah berganti, dunia siap menyambut dan menciptakan cerita baru kehidupan manusia.

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang