NEKAT

291 9 9
                                    

DOUBLE UP KHUSUS BUAT KAK ANESSKAA0304

MAKASIH BANYAK SUPPORT KAKAK SEBAGAI PEMBACA SETIA. NIH, AKU KASIH HADIAH YA 😍❤

*
*
*

Aruna membuka matanya perlahan memandangi langit-langit kamar seorang dosen terhormat di kampusnya, kemudian merangkap menjadi sua--- eh tidak, Aruna tidak sudi menyebutnya.

Baginya, Lay lebih cocok disebut si asu, daripada Lay si suami.

Jam besar di dinding warna putih itu menunjukkan waktu sudah memasuki sore hari. Tidak terasa juga ternyata ia tidur cukup lama. Perasaan ia hanya tidur selama satu jam, nyatanya malah berjam-jam. Dirinya tidur atau bertapa sih?

"Pasti ini gara-gara si jablay! Yakali gue tidur dari siang sampe sore? Fiks, pasti dia kasih obat tidur ke gue melalui sapu tangan kayak di film-film itu. Ihhh serem juga tuh siluman wc."

Aruna buru-buru keluar dari kamar ini sebelum Lay makin berbuat lebih padanya. Itu pemikirannya sih.

Dari atas tangga ini Aruna bisa melihat betapa luasnya apartemen Lay tanpa diukur sekalipun olehnya. Dari tinjauan matanya sudah dipastikan semakin luas dan mewah apartemen, semakin mahal harganya.

"Se-kaya apa sih dia? Kaya monyet?" gumamnya.

Di bawah sana, tepatnya di meja makan terlihatlah keberadaan Lay sedang duduk membelakanginya.

Kakinya terus melangkah menelusuri satu-persatu lantai dingin nan berkilau. Bahkan bisa berkaca di sana.

"Sore Pak dosen," sapa Aruna dari belakang Lay.

Lay menoleh padanya memperlihatkan senyuman ringan."Sudah bangun. Ayo sini makan. Saya baru saja selesai memasak pesanan kamu."

Tanpa disuruh pun Aruna atau apa yang akan dilakukan selanjutnya. Tujuannya ke sini kan memang mau makan. Yakali memandangi wajah pasaran Lay.

"Makan yang banyak, ya. Saya khawatir kamu belum ada makan apa-apa semenjak pagi. Kasian kamunya nanti malah sakit. Tadi siang kan cuma minum air es."

Nyindir nih, nyindir. Sindir terosss, batin Aruna kesal setengah mampus.

Baru satu hari bersama Lay di sini membuat Aruna semakin yakin untuk melelang Lay kepada mafia kacang hijau jengkol petai kacang tanah tahu tempe.

Ah, sudahlah. Aruna jadi melantur kemana-mana.

Dengan senang hati, dengan dorongan sendiri tanpa bisikan siapa-siapa, Lay menuangkan nasi ke piring Aruna, kemudian mengambilkan lauk menu sehat dan jangan lupa, sosis serta nugget gorengnya. Lay memberinya agak banyak sehingga piring tersebut penuh makanan.

Aduhhh Lay... Lay...

Di mana-mana tuh harusnya istri yang melayani suami. Ini malah kebalikannya. Tapi jangan pada heran, Lay itu memang sangat bucin pada istrinya. Ia rela melakukan apapun meski harga dirinya jatuh demi Aruna seorang.

"Ini. Silakan dimakan." Lay memberikan piring di tangannya kepada Aruna, lalu menuangkan air minum untuk Aruna juga.

Aruna sungguh diratukan olehnya.

"Sebelum makan jangan lupa baca doa, ya," peringat Lay. Ini salah satu peran suami bukan? Membimbing istri ke jalan yang lebih baik.

"Iya, tau. Nggak perlu diingatkan," balas Aruna sinis. Ia benci dianggap seperti anak kecil nggak tau apa-apa.

Satu suapan masuk ke mulut Aruna, rasanya tidak terlalu buruk. Masakan buatan Lay masih bisa lah diterima pencernaan.

Aruna asik mengunyah makanannya sambil memperhatikan sekeliling. Kakinya bergoyang ke kanan, ke kiri, bukan kepalanya yang goyang seperti kebanyakan cewek-cewek lainnya.

LOVE YOU PAK DOSEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang