part 29

954 73 65
                                    

"Anak yang ada di dalam kandungan mu itu anak pria itu bukan?"

Plak

Satu tamparan keras New layangkan pada pipi Tay. New menatap Tay dengan perasaan hancur. Air mata langsung membasahi pipinya.

Plak

New kembali memberikan tamparan pada Tay agar pria itu sadar terhadap ucapannya.

"Aku tidak memintamu untuk bertanggung jawab, bukan berarti kamu seenaknya tidak mengakui darah daging mu sendiri Tay!" Teriak New penuh emosi.

"Aku hanya bertanya pada mu New. Bisa jadi apa yang di katakan oleh Namtan itu benar" ucap Tay.

"Jadi kamu lebih mempercayainya?" Lirih New.

"Awalnya tidak, tapi setelah melihat mu berhubungan kembali dengan pria itu, bisa jadi benar apa yang dikatakan oleh Namtan"

"Aku hanya berteman dengannya Tay. Dia sudah meminta maaf padaku, dan aku memaafkannya, memberikannya kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu"

"Kenapa kamu memberikannya kesempatan? Kamu masih mengharapkannya?"

New menggeleng "karena aku tahu, bagaimana sakitnya saat tidak mendapatkan kesempatan dari seseorang"

Tay mengangguk setuju "lalu bagaimana dengan aku? Kamu tidak pernah memberikan kesempatan padaku dulu New" tuntut Tay.

New terdiam, ia tidak dapat menjawabnya.

"Aku curiga padamu, kamu mengatakan trauma padanya, apa itu hanya sandiwara mu saja?"

New menggeleng cepat, ia benar-benar trauma pada Earth, namun perlahan ia mulai terbiasa kembali saat bersama Earth.

"Aku benar-benar tidak ada hubungan apapun dengannya" sanggah New.

Tay terus menatap New seolah tidak mempercayai kejujuran New.

"Kamu lebih mempercayai wanita itu kan? Aku tidak perduli. Tapi satu yang harus kamu tahu, anak ini darah daging mu"

New berjalan melewati Tay, ia keluar dari kamar tersebut dan kembali ke kamarnya.

Tay mengusap wajahnya dengan kasar, Tay tidak tahu harus mempercayai siapa. Karena terlalu banyak luka yang New berikan, itu membuat Tay sedikit ragu untuk mempercayai New.

***

Tay terbangun dari tidurnya, ia langsung bangkit dan melangkah keluar kamar untuk menemui Phem.

Tay menyeringit bingung saat hanya melihat Phem seorang diri bermain di karpet bulu ruang tamu.

"Hei jagoan, sudah bangun?"

Tay mencium pipi Phem dengan gemas, memang anak itu sudah terbiasa bangun pagi.

"Dimana papa?" Tanya Tay kerena tidak mendapatkan New di sekitar sana.

"Papa tu" tunjuk Phem kedalam kamar New yang pintunya terbuka lebar.

Tay menyeringit bingung, apa yang New lakukan di dalam kamar hingga membiarkan anaknya bermain sendiri.

Namun samar-samar, Tay mendengar suara New yang sedang muntah. Dengan cepat Tay menghampiri New untuk menolongnya.

"Astaga New!" Seru Tay dan berjalan menghampirinya.

"Hoekkk" New memuntahkan cairan bening.

Tay mengusap punggung New, namun New menepisnya. New membersihkan mulutnya dan berdiri tegap menatap Tay.

"Apa yang kamu lakukan hah?"

"Aku hanya ingin membantu mu" jawab Tay.

" apa peduli mu? Bukankah kamu tidak menganggap anak ini?"

Feeling of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang