part 18

633 54 17
                                    

Seperti dugaan Tay, setelah mengetahui alamat tempat tinggalnya, New setiap hari berkunjung ke apartemen Tay.

Tay tidak akan keberatan jika New berkunjung semata karena Phem sang anak. Namun kedatangan New bukan hanya untuk Phem tapi juga untuk dirinya.

Bukannya Tay ingin menolak kehadiran New, tapi Tay sedang berusaha untuk menata hatinya kembali. Tay berusaha untuk melupakan New dengan segala kenangan buruk yang menyakitkannya. Namun kehadiran New membuat usaha Tay sia-sia. Tay tidak ingin menjadi orang bodoh untuk keduakalinya.

Tay sudah mengirimkan kembali surat perceraian kepada New. Tay sempat bertanya kepada New karena Tay belum mendapatkan konfirmasi apapun tentang surat tersebut. New mengatakan jika ia sudah menerima surat perceraian itu, namun New beralasan ia belum sempat untuk membukanya, jadi New belum menandatanganinya. Padahal New memang sengaja untuk tidak menyentuh surat tersebut.

Seperti biasa, karena hari ini weekend jadi New memutuskan untuk ke apartemen Tay untuk bertemu Phem dan sang pemilik apartemen tentunya.

Sebelum ke apartemen Tay, New selalu mampir ke supermarket terlebih dahulu untuk membeli beberapa makanan dan mainan untuk Phem, walapun nyatanya anak itu belum bisa memegang mainannya sendiri.

Ting Ting Ting

Tay menghela nafasnya, ia sangat tahu siapa orang yang menekan bel dengan brutal itu. Siapa lagi jika bukan New?

Tay membuka pintu apartemennya, dan ia langsung mendapatkan wajah New yang tersenyum lebar.

"Hai" sapa New seperti biasanya.

Tay menatap beberapa kantong plastik yang ada di kedua tangan New.

"Lain kali tidak perlu berbelanja sebanyak itu. Di kulkasku sudah banyak bahan makanan" ujar Tay dengan wajah datarnya.

New mengangkat bahunya acuh, lalu ia menerobos masuk begitu saja.

New berjalan menuju kamar Tay, ia tahu Phem ada di sana. Sebelumnya New meninggalkan belanjaannya di ruang tamu.

New sudah tidak sabar untuk bertemu sang anak. Saat pintu kamar di buka, senyum New yang awalnya mengembang seketika sirna.

"N-Namtan apa yang kau lakukan di sini?" New menatap tajam.

Namtan yang sedang duduk di pinggir kasur untuk menemani Phem, ia langsung bangkit berdiri. Namtan menunduk takut.

"M-maaf pak" cicit Namtan.

"Saya tanya apa yang kamu lakukan di sini?" Ujar New penuh penekanan.

"Aku yang memintanya kemari"

"Untuk apa?"

New memutar tubuhnya untuk menoleh pada Tay yang berdiri di belakangnya.

"Phem menangis sejak tadi, dan aku tidak tahu penyebabnya. Jadi aku meminta bantuan kepada Namtan" jawab Tay.

New menatap Tay dengan nanar "apa gunanya aku Tay? Aku ibunya. Seharusnya kamu menghubungi aku!" tekankan New.

Hati New sangat sakit ketika Tay tidak menganggapnya sama sekali. Tay bisa meminta New untuk datang, dan New tidak keberatan sama sekali. Pukul berapapun, sesibuk apapun jika Tay meminta New untuk datang maka New akan datang demi sang anak.

New tidak tahu, apakah ini yang Tay rasakan saat New tidak menganggap dirinya. New menyesali perbuatannya, ia tidak tahu rasanya akan sesakit ini.

Namtan menyaksikan pertengkaran dua pria di hadapannya. Namtan semakin yakin jika ada yang tidak beres di hubungan mereka.

"M-maaf pak Tay pak New. Saya pamit pulang" sela Namtan.

"Saya akan mengantar kamu pulang" ujar Tay.

Tay berjalan memasuki kamar, melalui New begitu saja untuk mengambil jaket serta kunci mobilnya.

Feeling of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang