part 6

611 51 2
                                    

Satu Minggu berlalu, sikap New pada Tay semakin berubah, jika biasanya ia selalu menyahuti apapun yang katakan, selalu bersikap baik pada Tay, sekarang tidak lagi. New lebih sering mendiamkan Tay dan hanya berbicara seperlunya saja, juga tak sekali dua kali New akan pergi jika Tay menghampirinya.

Tay hanya bisa bersabar, ia tahu jika New mungkin membencinya, Tay sempat berpikir apa kesalahannya terlalu fatal? Tak apa jika New tidak bisa membalas perasaannya, namun setidaknya Tay ingin hubungan mereka tetap berjalan dengan baik seperti sebelumnya.

Semenjak hari itu, Tay terpaksa harus tidur berpisah kamar dari New karena Tay sadar New tidak menginginkan kehadirannya. Tak sekali atau dua kali New mengusir Tay jika Tay mendekatinya.

Pagi ini seperti biasanya, Tay sedang bersiap-siap untuk bekerja. Setelah rapi dengan pakaiannya, Tay keluar dari kamarnya lalu menatap pintu kamar di sebelahnya yang masih tertutup rapat. Tay tersenyum tipis lalu ia beranjak menuruni anak tangga dan berjalan menuju dapur.

"Bi Fah" panggil Tay.

"Ya tuan?"

"Sarapannya sudah siap?" Tanya Tay.

Bibi Fah mengangguk "ini punya tuan New" ia menyerahkan nampan yang berisi pancake dengan selai coklat dan buah strawberry sebagai topingnya, kesukaan New. Di sana juga ada susu coklat.

Tay tersenyum, ia mengambil nampan tersebut "makasih ya bi"

"Tuan gak sarapan dulu?"

Tay menggeleng "nanti saja, habis ngatar sarapan New"

Bibi Fah mengangguk dan setelahnya Tay kembali ke atas. Seperti ini lah rutinitas Tay satu Minggu terakhir ini, ia selalu mengantar sarapan pagi, makan siang serta makan malam untuk New ke kamarnya karena New tidak ingin keluar dari kamarnya. Tay sudah membujuk New untuk keluar kamar, namun tidak ada tanggapan, Tay sangat khawatir pada New yang mengurung dirinya.

Tok tok tok

Tay mengetuk pintu kamar New yang dulu juga menjadi kamarnya.

"New, aku bawa sarapan untuk kamu" ujar Tay dari luar.

Seperti biasa, tidak ada tanggapan. Tay ingin menerobos masuk, namun New mengunci pintu kamarnya.

"New" panggil Tay.

Tay menghela nafasnya, apa segitu bencinya New padanya? Sudah satu Minggu berlalu Tay tidak melihat wajah New bahkan mendengar suara New sedikit pun. Nyatanya, Tay tau jika New selalu keluar dari kamarnya saat Tay sedang tidak ada di rumah.

"New, sarapannya aku taruh di sini ya? Jangan lupa di makan, habisin biar kamu sama baby tetap sehat" ujar Tay lalu meletakkan nampan tersebut pada meja pajangan yang tak jauh dari sana. "New aku pergi kerja dulu ya" pamit Tay.

"Oh iya, nanti aku gak pulang karena harus lembur, mungkin malam aku baru sampai rumah. Jadi... Jadi kamu gak perlu kurung diri kamu di kamar terus, aku bakal menyibukkan diri aku di kantor aja" ujar Tay dengan tersenyum miris.

"Jangan lupa makan siangnya New, aku sayang kamu, juga baby" tak ada jawaban, Tay terkekeh menggelengkan kepalanya, emang ia mengharapkan New menjawabnya? Gak mungkin.

"Aku pergi New, dahhh" setelahnya Tay pergi meninggalkan tempat tersebut.

Tay kembali masuk kedalam kamarnya, mengambil barang-barangnya dan segera turun ke lantai satu.

"Bi saya pergi ya, titip New" pamit Tay.

Bibi Fah berlari menghampiri Tay "ini saya udah siapin bekal buat tuan, tuan bisa sarapan di kantor" bibi Fah memberikan kotak makan pada Tay, ia tidak tega melihat Tay yang tampak kurus karena masalah satu Minggu belakangan ini.

Feeling of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang