part 5

658 56 5
                                    

Tidak terasa, satu bulan berlalu. Hubungan Tay dan New berjalan seperti biasanya, tidak ada perubahan. Hanya saja Tay di buat bingung oleh sikap New, terkadang New akan sangat akrab padanya dan tak jarang pula New sangat cuek padanya. Tay memaklumi itu, ia akan terus berusaha untuk mendapatkan hati New.

Hari ini, Tay dan New sedang duduk di taman belakang rumah mereka, mereka sedang libur bekerja karena weekend. Mereka sama-sama diam, Tay menunggu New karena tadi New mengatakan ada suatu hal penting yang ingin di bicarakannya.

Sedangkan New, ia hanya diam sambil meremas bajunya sendiri. New gugup, ia takut, New bingung bagaimana harus mengatakannya. Sejak beberapa hari yang lalu, Earth terus menagih janjinya pada New, hingga tibalah hari ini, waktu yang tepat bagi New untuk mengatakan semuanya.

"New?" Panggil Tay.

"Hmm?" New menoleh.

"Katanya mau ngomong? Mau ngomong apa?" Tanya Tay.

Jantung New berdegup dengan kencang, dalam hati ia berharap semoga Tay akan menerima keputusannya. Untuk masalah orangtuanya, New sudah memikirkannya, ia tidak peduli dengan tanggapan orang tuanya nanti yang jelas New hanya ingin jujur saat ini.

"Emm Tay" panggil New.

"Ya?" Tay memutarkan tubuhnya menghadap New.

Kaki New bergerak gelisah, ia menarik nafas dalam untuk menenangkan dirinya "kamu pernah bilang, kalo aku udah gak sanggup sama hubungan ini, aku harus ngomong sama kamu kan?" New memulai pembicaraan.

Deg

Jantung Tay berdegup dengan kencang, ia mengerti apa yang di maksud oleh New. Tay tersenyum kecut, ia mengagguk sebagai jawaban.

"Kamu mau kita pisah?" Tanya Tay, hatinya benar-benar sakit untuk mengatakan kata perpisahan terhadap New.

New mengagguk mantap "aku ingin kita pisah" ujar New dengan yakin.

"Kenapa New?" Lirih Tay.

New memandang Tay dengan rasa bersalahnya "sebelumnya aku mau minta maaf sama kamu Tay, maaf karena aku gak bisa balas perasaan kamu. Aku tau ini terlalu dini untuk usia pernikahan kita, tapi memang sejak awal aku gak bisa rasain apapun dari kamu Tay" jelas New. "Aku gak mau nyakitin kamu terlalu lebih, aku gak mau kasi kamu harapan, karena aku yakin sampai kapanpun itu aku gak akan bisa balas perasaan kamu" ujarnya berharap agar Tay mengerti.

"Kamu seyakin itu kalo kamu gak akan bisa balas perasaan aku?" Tanya Tay.

New mengagguk, ia meraih tangan Tay dan menggenggamnya "kamu terlalu baik untuk aku Tay, aku gak pantas buat kamu" ujar New.

"Alasannya?"

New diam, ia kembali menarik nafasnya, sudah saatnya ia jujur mengenai hubungannya dengan Earth.

"Itu karena aku.... huek..." Belum sempat New menyelesaikan kalimatnya, tiba-tiba New memuntahkan isi perutnya.

"New? Kamu kenapa?" Panik Tay.

"Huek" dengan cepat New berlari menuju kamar mandi terdekat dengan di susul oleh Tay.

"New kamu baik-baik saja kan?" Tay khawatir pada New, ia mengusap punggung New yang sedang menunduk di wastafel.

"Huek... Huek.." New terus memuntahkan isi perutnya.

"New" lirih Tay, ia benar-benar khawatir.

"Huek..."

"New kita ke dokter" ajak Tay.

New menggelengkan kepalanya "huek..."

"New jangan keras kepa ayo ke dokter" ajak Tay lagi.

Feeling of regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang