11| Roti Istimewa

214 30 13
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐

Wajah itu terlihat sangat bersinar ketika cahaya mentari fajar menembus ruangannya. Dengan setelan kemeja coklat muda dan jas warna senada, ia dan tas hitamnya sudah siap mengantar sang adik untuk berangkat sekolah.

Berhubung hari ini sang bunda cukup sibuk membantu tetangga sebelah yang akan melakukan hajatan, maka dialah yang mengambil alih pekerjaan antar-jemput tersebut.

Usai segala kebutuhan untuk kuliahnya hari ini terasa lengkap, ia segera turun dan memanggil sang adik yang mungkin masih memakai seragam sekolahnya.

"Ka! Udah siap belum?" panggilnya mengetuk pintu.

Belum hitungan detik, pintu tersebut sudah terbuka dan memperlihatkan bocah kecil dengan muka yang cemberut. Melihat adiknya memasang wajah seperti itu, sang kakak langsung berjongkok dan tersenyum.

"Ada yang perlu dibantu?" tanya Langga.

"Abang mau nggak sisirin rambut Aka biar rapi kayak Abang? Bunda udah berangkat tadi, dan Aka lupa kalau rambutnya belum disisir," ujarnya sambil memainkan kedua ujung telunjuknya. Sangat lucu.

"Bukannya kemarin selalu sendiri, hm?" tebak Langga menaikkan alisnya sebelah.

Mendengar itu, Raka mengangguk pelan. "Tapi sekarang, jempol Aka lagi sakit, Bang. Jadi nggak bisa pegang sisir."

Langga tidak kuat menahan tangan untuk tidak mengelus kepala adiknya. Ia pun segera menarik tangan Raka dan membantunya untuk menyisir rambut, memakaikan dasi sekolah, serta menyiapkan keperluan yang lain.

"Wah. Sekarang Aka lebih ganteng dari Abang," kata Raka sambil melihat pantulannya di cermin. Ia begitu senang melihat penampilannya hari ini. Langga yang melihatnya pun tak kalah melebarkan senyum melihat wajah adiknya yang secerah mentari pagi.

"Ayo, Bang! Kita berangkat!" ajak Raka setelah memakai tasnya.

"Sini dulu," titah Langga menepuk sisi sebelahnya. Beruntung adiknya itu langsung menurut tanpa bertanya banyak seperti biasanya.

"Kenapa, Bang?"

"Siniin tangannya," pinta Langga. Raka segera mengulurkan kedua tangannya. Bersamaan dengan itu, Langga melihat kedua jempol adiknya untuk memastikan apakah ada luka di sana. Ternyata benar, ada segores luka di sana.

"Habis kena apa?" tanya Langga menuangkan obat merah ke area yang terkena goresan tersebut.

Raka awalnya ragu-ragu untuk menceritakan awal mula jempolnya luka seperti itu, tapi karena yang bertanya adalah orang yang sangat ia segani, jadi ia tidak punya alasan untuk tidak mengatakan apa yang ia alami.

"Kemarin itu, waktu Aka mau pulang sekolah, Aka lihat kucing terperangkap, Bang. Terus Aka bantuin keluar dan akhirnya kena goresan besinya," cerita Raka membuat sang kakak kagum.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang