بسم الله الرحمن الرحيم
💐
Gadis itu menepuk-nepuk dadanya pelan demi menghilangkan debaran yang masih terasa. Mulutnya pun terlihat meraup udara sebanyak-banyaknya agar perasaannya bisa tenang sehingga ia juga bisa menjawab pertanyaan Langga tadi. Alhasil, kegiatan itu ia lakukan sampai lima menit berikutnya. Beruntung, laki-laki itu tidak menaruh curiga sedikit pun atas sikapnya.
"Kak Langga lagi nyiram bunga, ya?" tanyanya kemudian mencoba berbasa-basi. Percayalah, setelah mengeluarkan pertanyaan itu, Jihan langsung merutuki dirinya sendiri.
Bodoh, Jie! Kenapa harus nanya kayak gitu? Udah jelas-jelas dia lagi nyiram tanaman.
"Eum. Maksud aku, Kak Langga tumben nyiramin bunganya Tante Raina." Sekarang, gadis itu malah mengatakan kalimat yang lain demi meralat pertanyaan konyolnya barusan.
Dengan rambut yang sesekali dimainkan oleh angin sore itu, Langga yang semakin terlihat tampan dengan baju santainya langsung menoleh kemudian tersenyum tipis. "Daripada Raka yang nyiramin, nanti malah mubazir air," jawabnya beranjak untuk mematikan keran di sebelah utara.
Jihan ikut tersenyum mendengarnya. Tidak lama kemudian, ia baru teringat jika harus memberikan sesuatu juga pada bundanya Langga. Kebetulan sebelum ke sini tadi, Aisyah yang baru pulang dari rumah temannya membawa kue khas Palembang. Karena yang dibawa tantenya itu cukup banyak, jadinya Jihan juga diminta untuk membawanya ke rumah.
"Tante Raina ada di rumah, Kak?"
"Ada di dalem. Lagi bikin roti sama Aka," jawab Langga yang sekarang tengah memindahkan beberapa pot bunga yang lebih gede dan yang sudah tua agar tataannya terlihat lebih rapi.
Semua hal yang dilakukan laki-laki itu tidak pernah luput dari pandangan Jihan. Kak Langga pinter banget nata-nata kayak gitu. Aku yang cewek aja belum pinter gituan. Makin insecure kan sekarang? Batinnya.
"Lang, minta tolong angkatin jemuran Bunda di belakang, ya," sahut seseorang yang terdengar dari dalam rumah. Jihan yakin jika itu suara Raina.
"Iya, Bun," balas Langga segera beranjak untuk melakukan perintah bundanya. Namun sebelum itu, ia menoleh ke arah gadis yang masih berdiri di depan pagar rumahnya. "Kalau mau masuk, masuk aja, Ji. Bunda ada di ruang tamu kok. Aku mau ke belakang dulu."
Jihan yang sebelumnya tengah fokus mengagumi sikap laki-laki itu seketika terkesiap. Dengan cepat, ia mengangguk. "I-iya, Kak," ucapnya ketika laki-laki itu sudah tidak lagi bersamanya di sana.
"Bentar. Tadi Kak Langga bilang bunda ada di ruang tamu, kan? Rasanya kok aku jadi anaknya bunda juga, ya?" pikir gadis itu sambil senyum-senyum sendiri. Di tengah kegiatannya itu, sosok yang baru saja ia sebut terlihat keluar.
"Lho, Nak Jihan?" sapa Raina.
"Eh. Tante. Assalamu'alaikum, Tan." Jihan segera menghampiri wanita itu dan menyalaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...