17| Dibuat Kagum?

180 24 5
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐

Brak!

"Astagfirullah!"

Suara itu membuat semua orang yang ada di sekitarnya menoleh bersama. Tidak terkecuali seorang laki-laki dan perempuan yang duduk beberapa meter dari tempatnya terjatuh. Bahkan, dua orang yang merupakan temannya itu terlihat tengah berlari ke arahnya.

"Shit!" umpatnya ketika sepeda itu menindih kaki kanannya. Akibat menyempatkan diri untuk melihat layar ponsel, laki-laki berambut ikal itu harus merasakan nyeri di bagian lutut dan kedua telapak tangannya.

"Ben!" teriak Rayyan langsung menghentikan sepedanya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Jihan dan Raka. Bahkan, anak kecil itu langsung berjongkok di depan Ben yang masih berdecak kesal.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Rayyan segera mengangkat sepeda yang menindih kaki temannya.

"Aman, aman." Ben menjawab dengan raga yang dipaksa untuk berdiri.

"Kak Ben nggak apa-apa?" Raka yang melihat kejadian itu masih belum percaya jika teman kakaknya itu baik-baik saja.

Mendengar pertanyaan Raka, Ben langsung merubah raut wajahnya. Kedua bibirnya pun segera ditarik ke ujung sampai membentuk lengkungan. "Kak Ben nggak apa-apa, Ka."

"Tangan kamu berdarah, Kak," beritahu Jihan.

Ben langsung melihat kedua telapak tangannya. Mungkin kulitnya itu lecet gara-gara tergores dengan aspal atau mungkin terkena batu-batu kecil yang ada di sana.

"Ah. Ini-"

"Tunggu sebentar, ya, Kak," pinta Jihan tidak sengaja memotong ucapan Ben yang ingin mengatakan tidak apa-apa. Gadis itu langsung pergi tanpa permisi. Membuat Ben dan Rayyan menatapnya dengan pandangan bertanya.

"Ada apa? Ben kenapa?" sahut Nafisha yang baru saja tiba di tempat kejadian. Setelah mendengar suara tadi, ia dan Langga segera berlari menemui mereka.

Melihat hal itu, Ben jadi semakin malu. Saking malunya, beberapa luka yang ada di tubuhnya sama sekali tidak terasa. Bisa-bisanya laki-laki dewasa seperti dirinya jatuh dari sepeda hanya gara-gara masalah sepele?

"Gue nggak apa-apa, Sha," ungkap Ben.

"Kok bisa jatuh?" Kini giliran Langga yang bertanya. Ia tidak menanyakan kondisi laki-laki itu karena akan membuat Ben semakin risih.

"Takdir, Lang," balas Ben sekenanya.

"Gue serius," kata Langga lagi.

"Biasa, Lang. Baca chat dari doi. Makanya nggak liat jalan," sahut Rayyan yang membawakan air minum untuk temannya. Jawaban itu berhasil membuat Langga geleng-geleng kepala. Sedangkan Nafisha langsung menghela napas mendengarnya.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang