بسم الله الرحمن الرحيم
💐
Drrrttt ....
Drrrttt ....
Getaran dari benda yang berada tepat di bawah telinga itu kembali terasa untuk ke sekian kalinya. Meski begitu, sang pemiliknya masih saja enggan terbangun walau hanya untuk menekan tombol untuk mematikannya. Sepertinya, alam mimpi yang mempertemukan dia dengan orang-orang yang dia cintai berhasil mengalahkan getaran yang semakin lama berubah menjadi sebuah dering yang cukup menggangu telinga.
Sampai akhirnya, setelah menit kedua puluh, barulah bulu mata lentik itu terbuka sedikit demi sedikit. Tepat ketika seluruh nyawanya terkumpul sempurna, barulah ia segera meraih benda pipih berlogo apel digigit itu demi mematikan alarm yang masih saja berbunyi. Sebelum nanti akan menganggu sosok di sebelahnya yang terlihat begitu terlelap.
"Kak Fisha kok bisa secantik ini, ya?" gumamnya menatap sosok di sebelahnya dengan senyuman tipis. "Pasti suaminya beruntung banget dapat perempuan seperti dia."
Usai bermonolog dengan dirinya sendiri, gadis itu memilih untuk bangun dengan gerakan sepelan mungkin. Waktu yang terbilang masih jauh dari kata 'pagi' membuatnya tidak ingin membangunkan sepupunya. Meski semalam, Nafisha sudah berpesan agar dibangunkan sebelum Subuh. Salah satu alasannya adalah karena pagi ini mereka sudah punya agenda untuk lari dan olahraga bersama.
"Aku banguninnya pas jam empat ajalah. Kasihan Kak Fisha pasti capek banget seharian kuliah dan ngerjain tugas," katanya sambil mengikat rambutnya yang terlihat seperti singa. Sangat berantakan.
Selesai dengan ikat rambutnya, gadis itu segera menarik kakinya menuju kamar mandi demi menyegarkan wajah dengan air wudhu. Sekitar lima menit kemudian, ia sudah keluar dengan muka yang lebih cerah dari sebelumnya.
Seperti kegiatan yang akhir-akhir ini ia biasakan, gadis tersebut mengambil peralatan sholat di lemari dan memakainya satu persatu. Selepasnya, barulah ia memulai ibadahnya sampai menjelang pukul empat pagi.
***
"Pada mau kemana pagi-pagi udah rapi begini?" tanya Ali ketika dua gadis yang sama-sama memakai kaos putih panjang, celana training hitam, jilbab instan yang selaras dengan warna baju, terlihat menuruni tangga.
"Mau olahraga, Bang," beritahu Nafisha.
"Jihan juga?" tanya Ali mengalihkan pandangan pada gadis di belakang adiknya. Entah kenapa, laki-laki itu cukup terkesima dengan penampilan Jihan hari ini. Gadis itu terlihat sedikit berbeda dengan jilbab yang menutupi rambut yang biasanya tergerai indah.
"Iyalah. Abang mau ikut?" Nafisha memberikan penawaran sebelum ia menarik tangan Jihan untuk pergi keluar.
Ali kembali menoleh ke arah Nafisha, kemudian menggeleng dan tersenyum. "Abang mau nemenin Mama sebentar," jawabnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...