بسم الله الرحمن الرحيم
💐
"Bagaimana, Nak Langga? Kamu mau, kan, menikah dengan Nafisha?"
Deg
Jantung perempuan yang menjadi objek pembahasan itu berdetak lebih kencang dari biasanya. Maka, demi menetralkannya kembali dan mencairkan suasana yang sempat akan mendingin, Nafisha berdeham dan mencari akal agar pembahasan mereka tidak berlanjut.
"Papa bahas apa, sih? Fisha dan Langga, kan, masih kuliah. Perjalanan dan masa depan kita masih panjang untuk sampai jenjang itu," kata Nafisha mencoba untuk bersikap setenang mungkin.
Para orang tua lantas tersenyum mendengar ucapannya tadi. Bukan hanya itu, Nafisha berhasil mendengar helaan napas lega dari laki-laki yang duduk berhadapan dengannya.
Semoga Langga nggak keganggu sama ucapan Papa tadi. Batin Nafisha ikut mengeluarkan napas panjangnya.
"Iya, Sayang. Papa, kan, cuma bertanya." Ibra menyahut.
"Eum. Lang," panggil Nafisha pada pemuda itu. Sepertinya, ia punya rencana agar orang tuanya tidak membahas perjodohan ini lagi.
"Iya?"
"Malam ini, kamu tarawih di sini, ya. Kalau balik sekarang kayaknya waktunya nggak cukup," pinta perempuan itu melukiskan senyum di wajahnya. "Tante Raina, mau, kan sholat jamaah di rumah Fisha?"
Pemilik nama yang disebut Nafisha tadi saling lihat demi mencari jawaban masing-masing. Sampai akhirnya, anggukan kepala dan senyuman senada diberikan oleh Raina sebagai tanda persetujuannya.
"Terima kasih, Tante. Kalau gitu, Fisha mau ambilin mukena dan sajadahnya dulu, ya?" Perempuan itu berdiri dan langsung pergi. Jihan yang sudah selesai dengan makanannya juga ikut pamit untuk membantu menyiapkan tempat sholat.
Langga, laki-laki itu hanya memperhatikan punggung gadis tadi sampai menghilang dari pandangan. Ia cukup heran dengan sikap Jihan yang bisanya cerewet tiba-tiba pendiam. Bahkan, sejak ia datang, telinganya sama sekali tidak mendengar sepatah kata pun keluar dari mulutnya.
Apa dia sedang tidak baik-baik saja? Pikir Langga segera menghabiskan makanan agar bisa sholat lebih cepat.
***
Seperti keinginan Nafisha sebelumnya, suasana sholat Isya' dilanjut dengan sholat sunah tarawih dua puluh empat rakaat berjalan begitu tenang dengan Langga yang menjadi imamnya. Awalnya laki-laki itu menolak karena merasa sungkan dengan Ibra. Namun, karena dosennya juga yang meminta, maka ia turuti saja.
Usai melaksanakan ibadah sunah tersebut, keluarga Raina tidak langsung pulang. Dua keluarga itu terlihat tengah sibuk mengobrol di ruang tamu entah sedang membahas apa. Nafisha dan Langga tentu ikut menemani orang tua mereka di sana. Sedangkan Jihan, usai meletakkan mukena di kamar Nafisha, ia tidak ikut bergabung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...