بسم الله الرحمن الرحيم
💐
Suara langkah kaki yang sedang berlari terdengar jelas dari arah tangga. Meski tenaganya tidak sebesar orang dewasa, tapi bunyi yang dihasilkan oleh kaki kecilnya tidak kalah dengan suara langkah orang yang lebih besar darinya. Itu semua tidak lain karena sepatu hitam yang sudah ia pakai untuk menemani agenda olahraganya pagi ini bersama sang kakak.
Usai mandi dan bersiap, anak laki-laki yang sebentar lagi akan masuk kelas enam sekolah dasar itu sesegera mungkin melipir ke kamar seseorang di lantai atas. Senyum manis tercetak di bibirnya yang merah alami. Pertanda jika anak itu benar-benar bersemangat untuk melakukan agenda di hari libur ini.
Sayangnya, lengkungan indah di bibirnya tiba-tiba berubah mengerucut ketika melihat pintu yang bercat krem itu masih tertutup. Biasanya di jam segini pemiliknya pasti sudah membukanya meskipun hanya setengah.
"Apa Abang belum bangun, ya?" pikirnya segera mendekat dan mulai mengetuk pintu itu dengan cukup keras.
"Abang!" panggilnya setengah berteriak.
"Bang Langga udah pagi ini!" katanya lagi setelah tidak mendapat jawaban dari panggilannya tadi.
"Abang bang-"
Suaranya terhenti ketika pintu itu terbuka perlahan. Dari sana, ia sudah melihat sosok abahnya yang masih memakai sarung dan kaos oblong. Rambutnya yang sedikit berantakan sudah menjadi pertanda bahwa laki-laki itu baru saja terjaga dari tidurnya.
"Abang baru bangun?" tanya sang adik.
"Hm," jawab Langga dengan suara seraknya.
"Abang sudah sholat Subuh, kan?" tanya Raka lagi.
Langga yang kesadarannya baru saja terkumpul sempurna itu langsung tersenyum dan mengangguk. "Udah. Tadi cuma ketiduran habis murajaah," balas Langga apa adanya.
Mungkin karena ini pertama kali Raka melihat kakaknya itu tidak beraktivitas pagi, makanya dia bertanya seperti itu. Karena tidak biasanya, kakaknya itu akan ketiduran habis subuh. Jika saja Raka tahu bahwa Langga merelakan malamnya demi mengerjakan tugas skripsinya, pasti anak kecil itu tidak akan tega menggedor pintu seperti tadi.
"Abang jadi ngajakin Aka olahraga, kan?" Raka sengaja bertanya seperti itu untuk mencari kepastian. Jika kakaknya memang tidak bisa karena mungkin masih kecapean, maka dia tidak akan memaksa.
"Jadi dong. Sebentar, ya. Abang mau cuci muka dulu," kata Langga membuat senyum Raka kembali mengembang. Sungguh, Langga akan melakukan apapun yang sebisa mungkin mampu membuat adiknya senang. Walau dirinya sendiri butuh banyak istirahat dan harus segera menyelesaikan tugas yang terus saja menumpuk.
"Aka tunggu di luar, ya, Bang," sahut Raka segera berlalu setelah Langga mengiyakannya.
***
"Bunda mana, Ka?" Langga yang baru saja turun dari kamarnya langsung memanggil Raka untuk menanyakan keberadaan bundanya. Tidak biasanya rumah itu akan terlihat sepi seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
Lãng mạnBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...