💐
Suasana ruang keluarga itu tidak Jihan rasakan seperti suasana pada malam-malam sebelumnya. Rasa penasaran akan sosok yang dibicarakan pamannya ketika berbuka tadi masih memenuhi sebagian besar kepalanya. Bahkan, ia sampai hampir lupa jika belum menyelesaikan tadarus Al-Qur'annya gegara memikirkan hal tersebut.
"Om," panggilnya ketika pria yang menjadi ayah keduanya itu duduk tepat di sebelah kanannya. Usai tarawih tadi, dia memang meminta anggota keluarganya untuk berkumpul di ruang keluarga.
"Kenapa, Nak? Mau bertanya masalah tadi?"
Jihan tentu mengangguk dengan cepat. Posisi duduknya pun sudah dimiringkan agar bisa melihat wajah pamannya lebih jelas. "Tadi Om nggak bercanda, kan?" tanyanya mencari kepastian.
Ibra spontan mengulum senyum mendapati pertanyaan yang hampir lima kali diutarakan itu. "Om nggak pernah bercanda kalau mengenai masa depan putri-putrinya Om, Nak. Kebahagiaan dan kebaikan kamu dan Nafisha adalah prioritas utama bagi kehidupan Om. Apalagi almarhum Papa kamu menitipkan hal seperti itu pada Om."
"Tapi, Om-"
"Om yakin, pemuda ini adalah pemuda yang sangat baik, Nak. Dia akan mencintai kamu melebihi Om sendiri. Dia yang akan menggantikan posisi Om untuk menjaga kamu, bahkan lebih dari penjagaan Om sendiri," tuturnya sembari mengelus kepala Jihan dengan penuh kasih sayang.
Meskipun Jihan adalah anak dari adiknya, namun hal itu tidak menjadikan kasih sayang Ibra terbelah. Dia dan Aisyah berusaha semaksimal mungkin memberikan cinta, kasih sayang, dan perhatiannya kepada Jihan tanpa membedakannya dengan Nafisha yang notabenenya adalah putri kandungnya.
Beruntung, Nafisha juga bisa menerima dan menyayangi Jihan seperti adiknya sendiri. Apalagi ketika Jihan ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya untuk selama-lamanya. Sejak saat itu, Nafisha berjanji untuk selalu ada di samping Jihan, selalu memberikan semangat dan berusaha untuk membahagiakan Jihan sebisanya. Seperti sekarang, Nafisha jutsru merelakan perasaannya pada Langga demi Jihan.
"Om hanya ingin yang terbaik untuk kamu, Nak. Melihat ada pemuda baik yang meminta izin untuk menikahi putri Om ini, Om langsung izinkan dan membicarakannya sama kamu. Bagaimana keputusan kamu nanti, mau itu kamu terima atau tolak niat baiknya, itu adalah hak kamu, Jie. Om tidak akan memaksa," sambung Ibra. Keteduhan mata dan ketulusannya ketika berbicara membuat Jihan hati tersentuh.
"Iya, Om. Jihan akan menghargai usaha dari pemuda itu. Kalau memang sesuai dengan kriteria Jihan, insya Allah Jihan akan terima," balas Jihan tersenyum.
"Setuju!" seru seseorang dari arah belakang. Dia adalah Nafisha. Sepertinya, perempuan cantik itu sudah mendengar pembicaraan papa dengan sepupunya.
"Pokoknya, Papa tenang aja. Jihan pasti akan menerima lamaran pemuda baik itu," tambahnya langsung duduk dan merangkul pundak Jihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...