بسم الله الرحمن الرحيم
💐
Gadis berambut panjang yang tertutup tudung jaket berwarna krem itu keluar dari mobil yang berhenti tepat di depannya. Karena tadi ia sudah membayar, ia langsung masuk karena malam menuntut untuk segera beralih ke pagi. Meskipun malam itu masih baru memasuki pukul sebelas tepat, tapi karena ia tidak terbiasa pulang larut, makanya ia merasa sedikit tidak nyaman dan memilih untuk langsung masuk.
Tepat ketika knop pintu ia tutup, suara motor di rumah sebelah membuatnya kembali memutar kunci tersebut agar bisa melihat sosok tersebut.
Sesuai kata hatinya tadi, sosok itu baru membuka gerbang rumahnya dengan wajah yang tertutup helm. Walau begitu, aura ketampanannya masih bisa tembus ke penglihatannya. Membayangkan bagaimana sejuknya wajah itu ketika bersamanya, membuat lengkungan tipis terukir di bibirnya.
"Kak Langga!"
Seperti biasa, ia tidak bisa menahan lidah untuk tidak memanggil nama itu. Nama yang selama ini menyemangati dirinya secara tidak sengaja. Beruntung, pemilik nama itu tidak pelit untuk hanya sekedar menoleh. Meski tidak menyahuti dengan suara, setidaknya tolehan kepala itu membuatnya bahagia.
"Terima kasih pesanan ojolnya!" teriaknya melanjutkan ucapannya tadi sambil melambai.
"Selamat istirahat!" Itu adalah kalimat terakhir yang ia ucapkan sebelum kembali masuk dan membiarkan laki-laki itu berekspresi bagaimana nantinya.
"Semoga Kak Langga nggak denger kalimat yang terakhir tadi," gumamnya setelah berhasil mendudukkan diri di ruang tamu.
Mungkin karena capek setengah hari menemani sepupunya jalan-jalan dan makan, ia memilih untuk duduk sebentar melepas penat. Kini, kepalanya sudah disandarkan di sandaran sofa.
Membayangkan bagaimana pertemuan tidak sengajanya tadi dengan Langga, ia menjadi bersyukur karena ditinggal pulang Nadhira. Padahal sebelumnya, ia sempat berkeluh-kesah dan menyesali sikapnya yang menyetujui permintaan Nadhira untuk keluar bersamanya.
"Baik banget, ya, Kak Langga? Udah jaga diri dengan nolak buat pulang bareng, eh tau-taunya malah diikuti dari belakang. Masya Allah ...," gumamnya mengingat bagaimana motor Langga berada tepat di belakangnya.
"Eh! Tapi, kan, emang rumahnya searah. Bisa jadi, kan, dia nggak ngawasin dari belakang, tapi emang mau pulang." Jihan kembali berbicara pada dirinya sendiri. Rupanya, ia ingin menghilangkan rasa kegeerannya demi menghindari kekecewaan atas persepsinya sendiri.
"Udah, Jihan. Udah malem, enggak boleh mikirin apa-apa lagi. Sekarang waktunya tidur, oke," peringatnya pada diri sendiri.
Tidak berselang lama setelah mengatakan itu, ia langsung bangun dan berlari ke kamar sebelum rasa kantuk menguasai dirinya. Karena sangat bahaya jika dirinya sudah mengantuk. Ia bisa saja tertidur tanpa kenal tempat. Seperti yang sering terjadi ketika masih di rumah tantenya dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
Любовные романыBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...