8| Bahagia Tidak Harus Lengkap

205 33 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💐

Senja itu terlihat indah seperti sebelumnya. Semburat kuning kemerah-merahannya yang perlahan meredup di ufuk, serta silau hangatnya yang masih membias di cakrawala, sukses membuat lelah yang dirasa akibat macetnya perjalanan kala itu menghilang.

Bersama puluhan kendaraan lainnya yang menghiasi kota hujan, Bogor, ia dan kendaraannya perlahan tersenyum menikmati senja di tengah kemacetan. Meskipun tinggal belasan menit lagi Magrib akan berkumandang, dan ia juga harus segera membatalkan puasanya, tidak menjadikan bibirnya tergerak untuk mengatakan keluh ataupun umpatan seperti pengendara di sekitarnya.

Ia sudah mengabarkan bundanya jika akan terlambat pulang seperti kemarin, agar wanita hebatnya itu tidak terlalu khawatir dan menelpon semua sahabatnya untuk mencari dirinya.

Allahu Akbar
Allahu Akbar

Tanpa Langga sadari, ternyata azan berbunyi lebih cepat dari yang ia kira. Saat itu juga, satu persatu kendaraan di depannya bergerak dan melaju. Demi membatalkan puasa, Langga memilih untuk menepi sebentar untuk membeli minuman di toko terdekat.

"Alhamdulillah," lirihnya setelah beberapa tegukan dari minuman dingin itu lewat di tenggorokannya. Karena puasanya sudah batal dan waktu sholat pun sudah di depan mata, Langga tidak langsung melajukan motornya untuk pulang melainkan mencari musolla atau masjid terdekat.

Beruntung, ia bisa menemukan rumah ibadah itu beberapa menit kemudian. Langga menghabiskan waktunya di sana sekitar enam menit lamanya.

***

Berangkat meninggalkan masjid, Langga segera melajukan motornya menuju rumah. Setibanya di sana, ia tidak memasukkan motornya ke garasi karena jam delapan nanti, ia harus keluar untuk membahas agenda Ramadan bersama anggota Al-Kahfi.

Baru akan mengetuk pintu dan mengucap salam, gerakan tangannya terhenti ketika mendengar suara seseorang mengaji di dalam sana. Bukan suara Raka, bukan juga bundanya.

Karena penasaran, Langga langsung masuk dan mencari tahu pemilik suara itu. Ia dan raganya berhasil dibuat kaget dengan pemandangan di ruang tengah. Di sana, sudah duduk bunda, adiknya dan seorang perempuan bermukena biru muda. Masing-masing dari mereka tengah memegang mushaf Al-Qur'an.

"Abang!" pekik sang adik langsung tersenyum dan meletakkan Al-Qur'an miliknya. Ia dan wajah bahagianya segera menghampiri sang kakak yang masih mematung di tempat.

"Abang, coba tebak tadi Aka hafal berapa surah?"

Langga mencoba membuyarkan lamunannya sendiri dan fokus mendengarkan adiknya. "Tiga surah?" tebaknya.

"Salah," kata Raka.

"Terus berapa?"

"Empat surah!" girang anak laki-laki itu sambil mengangkat keempat jarinya. Langga hampir tidak percaya dengan pengakuan adiknya.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang