7| Pemuda Al-Kahfi

234 31 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

بسم الله الرحمن الرحيم

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

💜

Belum genap setengah jam membelah jalan, dua pemuda dengan warna motor berbeda sudah tiba di parkiran fakultas. Tidak ada cara terampuh untuk sampai kampus kurang dari sejam selain menggunakan jurus Valentino Rossi. Selap-selip sana-sini. Meskipun hasil akhirnya, mereka tetap deg-degan karena baru saja menantang maut dan polisi.

"Gimana tadi, Lang? Saran gue oke, kan?" celetuk Ben melepas helmnya. Ternyata taktik berbahaya itu berasal darinya.

"Masih beruntung malaikat Izrail nggak ngajakin lo ke akhirat," balas Langga tidak habis pikir dengan ide yang disarankan. Anehnya, dia tetap ikut juga. Tanpa berkata apa-apa, ia langsung turun dan berjalan meninggalkan Ben di sana.

Ben mendengus setelah mendengar ucapan sahabatnya. "Tega lo, Lang," cibirnya langsung turun dan menyusul Langga masuk.

Karena ruangan kelas mereka berada di lantai empat, jadi mereka harus menyiapkan telinga untuk mendengar desas-desus mahasiswi yang biasanya ramai di sepanjang koridor. Sebagai informasi saja, empat laki-laki yang dijuluki Al-Kahfi masa kini, yaitu Langga, Rayyan, Arsyil, dan Ben merupakan mahasiswa yang paling populer sefakultas Hukum.

Bukan hanya karena memiliki tampang yang rupawan, tapi juga berprestasi dan berambisi tinggi. Prestasi mereka pun bukan hanya di bidang akademik seperti langganan mendapat indeks prestasi tertinggi, tapi prestasi non akademik pun mereka gandrungi. Semisal Rayyan, Ben dan Arsyil yang berhasil meraih juara satu lomba sidang semu antar universitas di Indonesia. Mewakilkan program studi, mereka berhasil membuat kampusnya bangga. Sedangkan Langga, bulan kemarin dia juga berhasil menyabet juara pertama lomba debat konstitusi.

Ambisiusme mereka juga tak kalah menonjol daripada prestasi. Tidak ada dosen yang tidak suka mengajar di kelas mereka. Karena semuanya sangat aktif dalam menyampaikan pertanyaan ataupun mengkritik sesuatu yang terasa ganjal di benak mereka, atau terkait materi yang tidak sesuai dengan apa yang mereka pelajari. Hal-hal seperti itulah yang membuat mereka dikenal para dosen.

"Syukurlah Pak Alim belum datang," ujar Ben menghela napas setelah berlari dari lantai pertama. Langga yang berjalan di belakangnya pun terdengar menggumamkan kalimat yang sama.

"Woi! Kalian dari mana aja?" sambut Arsyil ketika dua sahabatnya itu masuk.

"Kelasnya belum mulai, kan, Ar?" tanya Langga meletakkan tasnya.

Rayyan yang baru selesai membaca bukunya menyahut. "Lo nggak buka grup?"

Langga menggeleng. Setelah keluar dari rumah Jihan, ia langsung berangkat. Tentu ia tidak akan sempat mengecek ponselnya. Jadi ia tidak tahu jika mata kuliah resolusi konflik akan kosong. Jika tahu begitu, tentu ia tidak akan kebut-kebutan tadi.

"Pak Alim absen hari ini. Gantinya, buat analisis dari kasus kemarin. Tulis tangan maksimal dua halaman. Deadlinenya hari Kamis besok." Rayyan menjelaskan dengan begitu rincinya.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang