30| Akhirnya Tahu

215 31 15
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

💐

Malam-malam di bulan Ramadan terasa lebih panjang dari malam di bulan lainnya. Hal itu terasa sangat jelas bagi gadis yang baru saja menyelesaikan target khataman perharinya. Ketika sampul biru muda itu sudah tertutup rapat, barulah ia beranjak menuju rak dan meletakkan mushaf mini itu diantara jajaran buku dan kitab lainnya.

"Kak Fisha hobi banget ngoleksi buku-buku fiksi kayak gini," gumamnya sambil melihat-lihat judul novel yang tersusun rapi di sana. Pergerakan matanya terhenti saat menemukan sebuah judul buku yang menarik perhatiannya.

"Pembantu Halal? Judulnya aneh, tapi menarik juga." Ia tersenyum melihat buku bersampul biru muda dengan dua karakter tokoh di depannya. Lantas, ia pun membawa buku setebal 300 halaman itu ke tepi ranjang sembari menunggu pemilik kamar datang. Malam ini, ia akan kembali menginap di rumah pamannya.

Sebelum membuka halaman pertama dari buku tersebut, gadis itu teringat sesuatu yang membuat keinginannya terjeda sebentar. "Kak Fisha, Jihan pinjem bukunya satu, ya!" teriaknya dari dalam kamar. Beberapa detik kemudian ...

"Oke terima kasih," sahutnya seolah mendapat izin dari Nafisha padahal tidak ada satu pun yang mendengar teriakannya barusan. Sepupu cantiknya itu mungkin masih memakan kolak candil di dapur.

Karena sudah merasa meminta izin, gadis itu mulai membaca halaman demi halaman dari buku fiksi tersebut. Saking fokusnya ia membaca, seseorang yang sudah cukup lama masuk kamar tidak ia hiraukan. Ralat. Jihan tidak menyadari jika Nafisha sudah memperhatikannya sejak tadi.

"Fokus banget, Neng," beo Nafisha langsung duduk di samping sepupunya itu dengan tersenyum lebar.

"Bentar, Kak. Aku lagi fokus nih," balas Jihan belum mengalihkan pandangannya dari buku di depannya. Nafisha yang melihatnya langsung tertawa kecil sembari menggeleng pelan. Ia tidak menyangka jika sosok Jihan yang sangat tidak suka baca buku akan bisa se-khusuk itu.

Karena Jihan masih sibuk dengan dunia fiksinya, Nafisha akhirnya memilih untuk beranjak ke kamar mandi demi membersihkan diri agar bisa rebahan sebelum tidur. Lima menit kemudian, ia sudah keluar dan langsung mendapati Jihan tengah menghela napas berat berulang kali. Buku tadi kini berada di pangkuannya tanpa dibaca lagi.

"Udah selesai bacanya?" tanyanya sambil mengeringkan wajah dengan tisu. Sosok yang ditanya itu menggeleng pelan. "Kenapa?" Nafisha terheran-heran melihat perubahan di wajah Jihan.

"Enggak tega sama dokter Yudha. Masa dia yang duluan suka Naura, eh, malah dokter Alby yang dapat? Penulisnya nggak adil."

Praktis, Nafisha tertawa mendengar gumaman sepupunya. Bagaimana mungkin Jihan mengatakan penulisnya tidak adil hanya gara-gara tokoh fiksinya tidak dibersamakan dengan wanita yang dicintainya?

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang