بسم الله الرحمن الرحيم
💐
Berbeda dengan remaja lainnya yang di jam-jam seperti ini pasti tengah menghabiskan waktunya untuk bergelut dengan puluhan materi di bangku kuliah, atau pun sedang bersemangatnya mencari pekerjaan, atau mungkin lagi senang-senangnya menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Namun sepertinya, semua kegiatan itu tidak berlaku bagi perempuan yang sebentar lagi akan menginjak usia angka 19 itu.
Perempuan dengan wajah putih merona, bulu mata yang begitu lentik, alis tebal yang turut melengkapi kesempurnaan cantiknya, serta rambut panjang sebahu yang kini terikat, terlihat sedang sangat sibuk dengan beragam pakaian kotor di keranjang.
Hari ini ini, usai mengantar sarapan yang ia buat ke rumah sebelah, ia berencana untuk membersihkan rumah. Meski tinggal hanya seorang diri, tapi sebisa mungkin ia ingin menjaga kebersihan rumahnya. Padahal jika dilihat dari arah mana saja, rumah yang ia tempati tidak pernah terlihat kotor walaupun sudah tidak ditempati dalam waktu yang cukup lama.
Di tengah keasyikannya memasukkan beberapa potong bajunya, dering ponsel yang tergeletak di meja makan berhasil menghentikan kegiatannya. Ia menoleh sebentar. Tidak lama setelahnya, barulah kakinya ditarik untuk mengambil benda tersebut sebelum suaranya berhenti. Senyum manis tercetak jelas di wajahnya tatkala membaca nama yang tertera di layar.
"Kak Fisha! Assalamu'alaikum," ucapnya menghimpit benda pipih tersebut antara pipi kiri dan bahunya agar bisa melanjutkan aktivitas yang sempat terjeda tadi.
"Wa'alaikumussalam, Jie. Udah selesai belum bersih-bersihnya?" tanya seseorang di seberang sana.
Jihan yang sempat memberitahu kakak sepupunya bahwa hari ini dia akan cukup sibuk sampai tengah hari langsung tersenyum. "Belum, Kak. Tinggal nyapu ruang tamu."
"Yah ... Kirain udah selesai. Aku mau jemput ke rumah."
"Kak Fisha udah pulang kuliah? Kalau udah, datang ke sini aja nggak apa-apa, Kak," balas Jihan sekaligus memberikan saran.
"Niatnya juga mau kayak gitu, Jie, tapi mobil aku tadi sempet bermasalah. Jadi rencananya, habis kuliah mau langsung dibawa ke bengkel."
Jihan meletakkan deterjen bubuk yang sempat ia tuangkan ke dalam mesin cuci sebelum akhirnya, ia beralih untuk mencuci tangan dan menunggu cuciannya selesai beberapa menit nanti. Selepas itu, barulah ia mendudukkan diri di bangku dekat meja makan agar bisa mengobrol dengan nyaman.
"Eum ... Kalau gitu, nanti Jihan ke rumah Om Ibra naik taksi aja, Kak. Mungkin berangkatnya habis Asar," ujar gadis itu mengingat agendanya untuk pergi menginap ke rumah pamannya hari ini.
"Maaf, ya, Jie. Aku nggak bisa jemput," sesal perempuan yang masih terdengar dari ujung sana.
Jihan yang mendengarnya langsung menggeleng dan kembali tersenyum. "Kak Fisha jangan minta maaf kayak gitu, ih. Nanti pulangnya hati-hati, ya, Kak," pesannya tidak ingin perempuan yang sudah ia anggap saudara kandung itu kenapa-kenapa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...