بسم الله الرحمن الرحيم
💐
"Sahur! Sahur!"
Suara teriakan yang diikuti dengan pukulan dari benda-benda yang dibawa anak-anak kompleks itu sangat ampuh untuk membangunkannya dari tidur lelapnya. Dengan kesadaran yang masih berusaha terkumpul, gadis itu lekas mencari ikat rambut dan juga ponsel untuk melihat jam. Setelah menemukan dua benda tersebut, barulah ia menarik paksa kakinya menuju kamar mandi untuk sekedar menyegarkan wajah. Selepasnya, ia berniat untuk melakukan ibadah sunah sahur sebelum tahajjud nanti.
"Lampu kamarnya masih mati. Apa dia belum bangun?" gumamnya setelah mengamati rumah sebelah lewat jendela kamarnya.
"Bangunin nggak, ya?" pikirnya lagi yang sekarang sudah bersiap untuk mencari nomor yang ingin ia hubungi. Sayangnya, ia sudah menghela napas panjang sebelum berhasil menemukan nama kontak tersebut.
"Aih. Aku, kan, nggak punya nomornya Kak Langga. Gimana mau telpon dia?"
Alhasil, setelah bermonolog dengan dirinya sendiri, gadis dengan baju tidur motif beruang itu memilih untuk pergi menuju dapur serta melupakan niatnya untuk membangunkan tetangganya.
Sesampainya di dapur, tangannya sudah berniat untuk mengambil nasi dan juga sayur yang sempat ia masak Magrib tadi. Namun, karena ia mengingat rasa masakannya, keinginan untuk makan pagi-pagi buta itu terurung. Jadinya, ia hanya mengambil susu kaleng serta satu lembar roti tawar selai coklat dari kulkas dan membawanya menuju meja makan.
Belum habis kunyahan rotinya, dering dari benda di sebelahnya membuat kepalanya menoleh. Sontak, ia segera mengangkat telpon dari sepupu kesayangannya.
"Halo, Kak Fisha," sapanya dengan suara yang masih serak-serak basah.
"Baru bangun, Jie?"
Gadis itu mengangguk meski lawan bicaranya tidak bisa melihat anggukan tersebut. "Iya. Kak Fisha udah sahur?"
"Baru aja selesai. Kamu sahur, kan? Kakak anterin makanan, ya?"
Jihan menggeleng dengan cepat ketika mendapat tawaran itu. Ia tidak mungkin membiarkan perempuan itu datang jauh-jauh ke rumahnya di jam segini hanya untuk mengantarkan makanan untuknya.
"Eh. Enggak usah, Kak Fisha. Aku udah sahur kok."
"Kamu nggak bohong, kan?"
Lagi-lagi gadis itu menggeleng cepat. Demi meyakinkan sepupunya, Jihan bergegas untuk mengambil sepiring nasi dan menuangkan lauk pauk ke atasnya. Kemudian, ia mengubah panggilan suara itu menjadi panggilan video agar Nafisha percaya jika dirinya sudah makan.
"Nih. Jihan nggak bohong, kan?" ujarnya mengarahkan kamera ponselnya ke arah makanan yang seolah-olah terlihat sudah dimakan setengah itu.
"Syukurlah. Aku kira kamu nggak sahur, Jie. Kayak tahun kemarin. Kakak mohon, jangan sampai nggak sahur, ya. Itu penting banget buat tenaga kamu puasa," nasehat seseorang di seberang sana. "Jangan sampai kena marah Bang Ali lagi gara-gara kamu hampir pingsan gegara ngga makan seharian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Unforgettable Love [SELESAI] ✔️
RomanceBagi Langga, Jihan hanyalah tetangga yang suka merepotkan, gadis kecil yang bar-bar dan juga kadang membuat Langga kesal. Sedangkan, bagi Jihan, Langga sudah seperti pelangi dalam hidupnya. Bagaimana jika mereka memang ditakdirkan? *** Ini adalah ki...