01| Kembali Untuk Memulai

568 61 72
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Ambil baiknya, buang buruknya:)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ambil baiknya, buang buruknya:)

💐

•••

Flashback on ...

Waktu itu, satu hari di tahun 2013. Seorang gadis kecil dengan rambut kepang dua tengah mempercepat gerak kakinya. Senyum manis terpancar terang dari wajah tembamnya. Dengan buku rapor yang dipeluk erat, ia benar-benar tidak sabar menemui orang tuanya dan memperlihatkan buku penilaian tersebut pada mereka.

Hari ini, tepat di ulang tahunnya yang ke delapan, dia berhasil meraih juara 1 di sekolahnya. Tentu hal ini sangat menggembirakan hati karena papanya sudah berjanji akan mengajaknya liburan jika berhasil mendapat juara kelas.

Sayangnya, senyum manis di wajah cantiknya perlahan luntur ketika melihat banyaknya orang yang berkumpul di depan rumahnya. Karena sangat penasaran, ia segera berlari menerobos kerumunan orang-orang yang sekarang sudah melihatnya dengan wajah prihatin.

"Bibi Ana!" panggilnya pada asisten rumahnya.

Wanita yang tengah terisak itu langsung bangkit dan menggendong gadis kecil tadi. Hal itu membuatnya semakin penasaran dengan apa yang terjadi.

"Kenapa Bibi menangis? Yang ditutupi kain panjang itu siapa?" tanyanya.

"Itu Bapak sama Ibu, Non," jawab wanita itu masih berderai air mata.

"Papa? Mama? Kenapa mereka harus ditutupi kain kayak gitu? Apa mereka tidur? Tapi kenapa tidak di kamar saja? Kenapa orang-orang ini membaca surah Yasin?"

Pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibir merahnya. Membuat setiap orang yang ada di sana merasa sesak dadanya. Mereka tidak tega melihat gadis kecil yang masih duduk di bangku sekolah dasar harus ditinggal orang tuanya sekaligus.

"Bapak sama Ibu sudah pergi, Non," ujar wanita itu tidak kuasa menjelaskan bahwa orang yang terbaring di sana mengalami kecelakaan ketika hendak menjemput putri semata wayangnya.

"Pergi kemana? Kenapa nggak ngajak Jihan, Bi?"

Perih hati wanita itu semakin dirasa ketika gadis itu mengatakan hal demikian. Ia lantas memeluk gadis itu erat. "Non Jihan yang sabar, ya. Bapak dan Ibu sudah tenang di sana."

Gadis cantik itu tidak menangis seperti orang-orang yang berkerumun di sana. Ia malah meminta turun dan segera berlari ke tempat orang tuanya.

"Papa, bangun. Ini Jihan pulang bawa rapor dari Bu guru. Mama, bangun, Ma! Ayo lihat nilainya Jihan," seru gadis itu sambil menggoncang tubuh yang kaku itu.

Rupanya, ia masih berusaha untuk membangunkan mereka. Sayangnya, semakin ia berharap kedua mata itu terbuka, semakin sesak napasnya. Ia benar-benar menangis tatkala kedua manusia yang paling ia cintai tidak pernah membuka mata untuk selamanya.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang