26| Rencana Orang Tua

185 26 18
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

💐

"Kamu suka sama Langga, Nak?"

Pertanyaan itu membuat kepala Nafisha langsung tergerak ke arah Ibra. Detik itu juga, lidahnya terasa kelu untuk sekedar mengatakan sesuatu sebagai jawaban atas pertanyaan papanya tadi. Alhasil, hanya gelengan kepala yang ia perlihatkan. Setidaknya, hal itu bisa menghilangkan kecurigaan papanya.

"Beneran?" terka Ibra lagi. Sungguh, orang tua manapun pasti akan langsung tahu jawaban dari ekspresi wajah, tatapan mata, bahkan gerak-gerik Nafisha saat ini. Bahasa tubuhnya mungkin bisa mengatakan tidak, tapi sorot mata tidak bisa membohongi siapa pun, termasuk Ibra.

"I-iya, Pa. Kenapa Papa tiba-tiba nanya gitu?" Akhirnya, Nafisha berhasil mengeluarkan suaranya meski kegugupannya masih merajai dirinya.

Ibra yang sudah tahu jawabannya lantas tersenyum dan memilih untuk berpura-pura percaya saja. Pria itu tidak ingin wajah putrinya akan semakin merona jika ia mendesak terlalu jauh. Biarkan saja waktu yang akan membuat Nafisha menceritakan hal itu padanya.

"Papa cuma nebak aja, Sha. Kalau beneran sih enggak apa-apa. Papa malah bersyukur, kalau laki-laki yang berhasil mendapat hati putri cantik papa ini adalah Langga. Tapi, kalau nggak juga, ya, nggak masalah. Papa nggak akan maksa kamu buat suka sama siapa, Nak. Yang penting laki-laki itu bisa membahagiakan kamu," tutur Ibra panjang lebar.

Nafisha menghela napas lega mendengar penuturan papanya. Senyum manis pun tak kalah mengembang dari wajah cantiknya. "Iya, Pa. Terima kasih untuk sarannya. Doakan Fisha semoga dapat laki-laki yang sesuai dengan harapan Papa."

Kayak Langga misalnya. Perempuan itu melanjutkan ucapannya dalam hati. Walaupun demikian, Ibra juga turut mengaminkan harapan yang sama dengan putrinya.

"Aamiin. Papa selalu doakan yang terbaik buat anak-anak Papa." Ibra mengakhiri perkataannya dengan memberikan pelukan singkat pada putrinya.

"Aku mau bantuin teman-teman yang lain dulu, ya, Pa," kata Nafisha meminta izin.

Ibra mengangguk cepat. "Bantuin Langga juga, tuh. Keliatannya dia sibuk banget ngurus makanan di sana," balasnya berniat menggoda.

"Papa, bukan gitu maksud Fisha," elak perempuan itu dengan wajah yang kembali bersemu.

"Iya, iya. Berangkat gih. Papa juga mau ketemu sama sahabat Papa."

Anak dan orang tua itu memilih untuk berpisah karena memiliki tujuan masing-masing. Nafisha yang akan beranjak ke tempat teman-temannya Langga, dan Ibra yang masuk masjid. Belum sampai tempat para pemuda Al-Kahfi berada, Nafisha sudah menghentikan langkah karena melihat seseorang di gerbang masjid.

"Jihan!" panggilnya segera melambai.

Pemilik nama yang baru tiba di depannya itu tersenyum. "Hai, Kak Fisha."

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang