23| Keinginan Langga

209 26 11
                                    

💐

Laki-laki yang aku ceritain kemarin-kemarin itu adalah dia, Jie. Dia, Langga. Erlangga Gibrantara.

Helaan napas panjang nan berat kembali meluruh dari bibir merahnya. Entah sudah berapa kali ia mengeluarkan napas seperti itu. Pun dengan wajah yang tertekuk membuat siapa pun yang melihatnya pasti bisa menebak jika dirinya itu tengah galau saat ini.

"Aku nggak percaya kalau Kak Fisha juga suka sama Kak Langga," gumam gadis itu disela-sela kegiatan memasaknya. Obrolannya dengan Nafisha sore itu terus saja terngiang di telinganya. Membuat dirinya selalu saja melamun ketika memikirkan hal tersebut. Sama seperti sekarang.

"Ya ... walaupun kenyataannya, perempuan mana sih yang nggak suka sama laki-laki seperti dia?" lanjutnya kembali menghela napas panjang. Mood memasaknya sudah berubah sejak mengingat fakta yang ia dengar dari Nafisha. Ia yakin, menu sahurnya kali ini juga pasti tidak akan lezat seperti biasa.

"Hwek! Asin!" pekiknya merasa lidahnya hampir saja kebas setelah mencicipi makanan buatannya. Dengan kedua alis yang menukik tajam, gadis itu segera mengambil air minum demi menghilangkan rasa tidak enak yang masih melekat di lidahnya.

"Pasti gara-gara ngelamun nih, tadi." Ia kembali mengomeli dirinya sendiri. "Ayo, Jihan! Fokus!"

Usai meneguk setengah gelas air, gadis itu kembali ke tempatnya tadi dan memperbaiki rasa makanannya yang keasinan akibat lamunannya. Tidak berselang menit setelah kejadian itu, suara ketukan pintu membuat kepalanya tertoleh sebentar.

"Wa'alaikumussalam. Sebentar," sahutnya langsung mematikan kompor dan bergegas ke depan. Beruntung, ia masih memakai jilbab instan karena baru selesai mengaji sebelum memasak tadi. Jadi, ia perlu lari ke kamar untuk mengambil kain penutup rambutnya.

"Eh, Raka?"

"Halo, Kak Jihan," sapa anak laki-laki itu yang kini tengah memasang senyum sumringah.

"Tumben jam segini ke rumah Kakak?" tanya Jihan.

"Aka mau ngajak Kak Jihan ke masjid buat solat tarawih sama Bunda," jelas Raka sambil menunjuk ke arah gerbang rumahnya. Di sana, ternyata sudah ada Raina yang melambai ke arahnya.

Melihat itu, Jihan baru ingat jika malam ini sudah memasuki tanggal satu Ramadhan dan tadi dia juga memasak untuk sahur nanti. Karena tidak mau mengecewakan Raka yang sudah menjemputnya sampai depan rumah, Jihan segera berlari masuk untuk mengambil mukena dan sajadah sebentar.

"Ayo, Ka," ujar Jihan setelah siap dengan mukena pink-nya. Selesai mengunci pintu dan menutup gerbang, ia lantas mengajak Raka untuk berangkat bersama Raina. Jihan tidak sadar jika di belakang Raina sudah ada Langga yang juga menungguya.

"Wah. Aka kira Abang udah ke masjid duluan," kata Raka ketika menyadari sosok kakaknya di sana.

Jihan pun spontan mengarahkan kepalanya ke arah yang dimaksud Raka. Belum satu detik, desir halus di dadanya kembali terasa ketika melihat penampilan laki-laki itu malam ini. Koko lengan pendek warna putih, surban hitam putih yang tersampir di pundak kiri, serta sarung hitam kian menyempurnakan ketampanannya. Untuk pertama kalinya, Jihan melihat Langga berpakaian seperti itu.

Unforgettable Love [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang