- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
"Mau ke mana kamu??? Jangan sentuh Nyai Kenanga lagi!!! Bajingan kamu, Tejo!!!" Risa masih berteriak histeris atas apa yang disaksikannya.
Pintu belakang kembali dibuka oleh Sutejo. Jasad Nyai Kenanga yang baru saja meninggal kembali diseret oleh laki-laki itu keluar dari rumah menuju halaman belakang. Jasad itu dibiarkan tergeletak begitu saja oleh Sutejo, lalu laki-laki itu sibuk memeriksa isi tempat peralatan berkebun. Risa bersimpuh di sisi jasad Nyai Kenanga sambil menangis hebat. Wajah cantik yang beberapa saat lalu masih ia lihat tersenyum kini sudah tampak memucat karena sudah tak bernyawa. Hatinya benar-benar sakit karena tak bisa melakukan apa pun untuk menolong Nyai Kenanga.
Sutejo tampak mendapatkan sebuah cangkul dari dalam kotak peralatan berkebun milik Nyai Kenanga. Risa melihatnya berjalan menuju taman bunga dan menatap ke berbagai arah pada taman itu. Pelan-pelan, bunga-bunga mawar putih kesayangan Nyai Kenanga dia pindahkan satu persatu agar batangnya tidak ada yang patah dari bagian akar. Risa terus memperhatikan semua yang Sutejo lakukan, sambil sesekali menatap ke arah jasad Nyai Kenanga yang dibiarkan begitu saja.
"Jahatnya manusia satu itu, Nyai. Jahatnya dia, sehingga tega melakukan pemerkosaan dan pembunuhan terhadap dirimu. Nyai ... Demi Allah aku tidak akan melepaskannya. Aku tidak akan membiarkan dia bebas begitu saja setelah dua puluh lima tahun membuatmu menderita dan terjebak di rumah ini," janji Risa, belum juga bisa berhenti menangis.
Sutejo pun terlihat mulai menggali tanah yang awalnya adalah taman bunga mawar putih milik Nyai Kenanga. Risa menyaksikan itu dan akhirnya tahu tentang alasan mengapa dirinya bisa terhubung dengan ingatan-ingatan lama milik Nyai Kenanga melalui bunga mawar putih yang ia hirup.
"Ja--jadi ... jadi selama ini ... Nyai Kenanga dikubur oleh Sutejo di bawah taman bunga mawar putih kesayangannya?" tanya Risa, bergumam sendiri.
Sutejo benar-benar menggali tanah sekuat tenaga sampai akhirnya lubang seukuran tubuh Nyai Kenanga itu terlihat sudah cukup dalam. Sutejo hampir kembali naik ke atas setelah merasa menggali cukup dalam. Namun suara seseorang mendadak menghentikan niatannya.
"Jangan berhenti dulu!"
Sutejo tampak menoleh ke arah jalan samping rumah Nyai Kenanga. Risa pun melakukan hal yang sama seperti yang Sutejo lakukan. Orang itu mendekat ke arah lubang yang sedang digali oleh Sutejo, dan menatap sinis ke arah jasad Nyai Kenanga selama beberapa saat. Risa mengenalinya, lalu menatap marah ke arah orang itu.
"Lubang itu belum terlalu dalam kamu gali, Pak. Kalau kamu mengubur mayatnya Nyai Kenanga dengan lubang yang hanya sedalam itu, maka mayatnya akan segera ditemukan karena bau bangkainya akan tercium dengan mudah. Gali lebih dalam dan biarkan Nyai Kenanga terkubur selama-lamanya tanpa ada orang yang bisa menemukannya," saran Juminah.
Risa pun bangkit dari posisi bersimpuhnya saat itu, lalu mendekat pada Juminah dan Sutejo.
"DASAR SUAMI-ISTRI BIADAB!!! KALIAN BUKAN MANUSIA!!! KALIAN ITU IBLIS!!!" teriak Risa, meluapkan seluruh kemarahan yang begitu mendidih di dalam hatinya.
"Begitu menurutmu? Kalau begitu aku akan menggali lebih dalam lagi," tanggap Sutejo, merasa baru saja diberikan jalan keluar.
Ketika Sutejo kembali menggali tanah di bawah taman bunga mawar putih kesayangan Nyai Kenanga, Juminah pun berjalan mendekat ke arah jasad Nyai Kenanga. Risa kembali mengikutinya dan melihat kalau Juminah saat itu sedang tersenyum miring ke arah jasad tersebut.
"Akhirnya kamu mati juga Nyai Kenanga. Sekarang di Desa ini sudah jelas tidak akan ada lagi yang memuji-muji kecantikanmu itu. Kami sudah jadi mayat, entah apa yang harus dibanggakan lagi dari dirimu setelah tidak punya nyawa. Lagi pula, tidak akan ada orang yang tahu kalau kamu sudah mati dan dikubur di halaman rumahmu sendiri. Aku dan Suamiku akan memastikan hal itu sampai kapan pun, bahwa kamu tidak akan pernah ditemukan," ujar Juminah, sambil menendang kaki jasad Nyai Kenanga dengan cukup keras.
"Astaghfirullah! Hei! Dasar setan, kamu!" umpat Risa.
Risa benar-benar ingin sekali mencabik-cabik seluruh tubuh Sutejo maupun Juminah, jika saja dia bisa melakukannya. Kedalaman lubang yang digali oleh Sutejo kini sudah cukup untuk menguburkan jasad Nyai Kenanga agar tidak diketahui siapapun. Sutejo segera keluar dari lubang itu, lalu meraih jasad Nyai Kenanga untuk segera dikuburkan di taman bunga mawar putih kesayangannya.
"Kamu mau turunkan dia ke bawah sana, Pak?" tanya Juminah, tampak sedikit tidak suka.
"Siapa yang bilang begitu? Aku akan melemparnya saja dari sini ke dalam lubang, biar lebih mudah," jawab Sutejo.
Risa melihat dengan jelas bagaimana Sutejo melemparkan jasad Nyai Kenanga ke dalam lubang yang sudah digalinya. Namun tanpa laki-laki itu sadari, ada sesuatu yang ikut masuk ke dalam lubang tersebut bersamaan dengan jatuhnya tubuh Nyai Kenanga ke dasarnya. Tanpa berpikir lama, Sutejo pun segera menimbun jasad itu dengan tanah sampai benar-benar tidak terlihat lagi. Juminah pun membantu Sutejo kembali menyusun pohon-pohon bunga mawar agar terlihat seperti tidak terjadi apa-apa pada taman tersebut. Bahkan, Sutejo mengembalikan cangkul yang digunakannya ke tempat semula agar tidak ada yang curiga.
Setelah semua selesai, Sutejo pun menatap ke arah Juminah yang masih menunggunya.
"Aku akan tutup mulut selama-lamanya atas apa yang kamu lakukan pada Nyai Kenanga. Tapi dengan satu syarat," ujar Juminah.
"Hm ... katakan, apa syaratnya?" tanya Sutejo.
Juminah pun tersenyum sambil mengusap lembut wajah Sutejo.
"Kamu tahu bahwa kita sedang dalam proses perceraian saat ini, 'kan? Aku mau kamu membatalkan niat untuk menceraikan aku. Kamu tidak akan pernah menikah lagi dengan wanita mana pun, karena aku akan menjadi satu-satunya Istrimu di dunia ini. Kita akan sama-sama membesarkan kedua anak kita yang kini sudah hampir memasuki usia remaja. Kita akan membangun dari awal lagi rumah tangga kita, tanpa ada Nyai Kenanga yang membuat kamu tergila-gila. Kalau kamu setuju dengan syaratku itu, maka aku benar-benar akan tutup mulut sampai mati," ujar Juminah, tersenyum penuh kelicikan.
Sutejo pun kemudian mengangguk, pertanda bahwa dirinya tidak merasa keberatan dengan syarat yang Juminah ajukan.
"Ya, aku akan memenuhi semua syarat itu. Ayo, sebaiknya kita pulang sebelum warga Desa ini kembali ke rumah masing-masing dari hajatan di Desa sebelah," ajak Sutejo.
Kedua orang itu kemudian saling bergenggaman tangan, membuat Risa benar-benar merasa muak.
"Jangan pergi kalian!!! Jangan pura-pura bodoh!!! Jangan pergi begitu saja, seakan kalian tidak pernah melakukan apa-apa kepada Nyai Kenanga!!! Kembali ke sini dan bertanggung jawab!!!" teriak Risa, untuk kesekian kalinya.
* * *
![](https://img.wattpad.com/cover/345687364-288-k306540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)
Horror[COMPLETED] Pekerjaannya di Kantor Polisi belum benar-benar selesai, namun AKP Risa Arimbi harus mendapat pekerjaan tambahan akibat adanya teror yang menyerang Desa Banyumanik, Kota Semarang. Teror tersebut terjadi disertai adanya korban meninggal...