31 | Pilihan Yang Tepat

2.2K 202 14
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Zulkarnain tampak begitu kaget bahwa Panji Satriaji yang dimaksud oleh Nyai Kenanga di dalam surat terakhirnya adalah Kakek dari Dandi. Risa dan Meilani masih berada di kamar karena harus memakai semua hal yang dibutuhkan untuk membuat Sutejo terpancing rasa takutnya. Sementara saat itu semua orang--termasuk Yatno dan Asih yang datang bersama Zulkarnain--lebih memilih duduk di sofa ruang tengah agar tidak ada yang bisa melihat mereka, seandainya ada yang mencoba-coba mengintip ke dalam melalui jendela.

"Kalau sampai benar-benar Mbah Tejo itu adalah dalang dari menghilangnya Nyai Kenanga. Akan kubuat dia menyesal seumur hidupnya!" geram Yatno.

"Aku enggak akan bisa terima kalau itu adalah kenyataannya, Pak. Jadi kamu memang harus memberi dia pelajaran sampai benar-benar menyesal," tuntut Asih.

"Wah ... haruskah aku panggil Mbah Rumsi ke sini sekalian untuk mendukung yang Mbah Kakung dan Mbah Putri rencanakan?" tawar Zulkarnain.

"Kalau perlu kamu panggil semua warga Desa Banyumanik ini! Biar mereka tahu segila apa Sutejo itu sebenarnya!" tegas Yatno.

Panji menatap ke arah Zulkarnain sekarang.

"Bagaimana kabar Mbah Rumsi dan Suaminya, Nak? Apakah kabar mereka baik?" tanya Panji.

"Mbah Rumsi alhamdulillah baik dan masih sehat, Mbah Panji. Tapi kalau Suaminya Mbah Rumsi sudah lama meninggal dunia. Sudah sekitar empat tahun meninggalnya," jawab Zulkarnain.

"Innalillahi wa innailaihi raji'un. Aku tidak tahu kalau Beliau sudah meninggal. Aku bahkan belum sempat bertemu dengannya lagi setelah pergi dari Desa ini dalam keadaan putus asa tentang keberadaan Kenanga. Aku terpuruk terlalu lama dan benar-benar tidak bisa kembali ke Desa ini karena takut tidak bisa ikhlas atas diri Kenanga," ungkap Panji.

Kumala masih memeluk seikat bunga mawar putih tadi dan menghirup aromanya yang benar-benar menenangkan.

"Lalu, kapan tepatnya sampeyan menikah dengan Istri sampeyan ini, jika sampeyan terpuruk terlalu lama? Dan ... Dandi? Dia cucu sampeyan, tapi usianya ...."

Yatno agak terlihat bingung dengan jarak usia antara Panji dan Dandi saat itu.

"Usiaku saat ini enam puluh tiga tahun dan usia Dandi tiga puluh satu tahun. Kami mengadopsi Dandi, Mbah Yatno. Kami mengadopsinya dari panti asuhan saat dia masih SD kelas enam, pada tahun dua ribu tiga. Kami berdua menikah tahun dua ribu dua, pada saat usiaku sudah empat puluh dua tahun dan usia Istriku tiga puluh sembilan tahun. Kami tidak punya anak. Lebih tepatnya, kami memutuskan tidak punya anak. Alasannya adalah ... karena kandungan Istriku sangat lemah. Dulu dia diceraikan oleh mantan Suaminya karena tidak bisa memberikan keturunan, tanpa mau melihat bagaimana kondisinya yang sudah payah pada saat itu. Dia sudah berulang-ulang kali keguguran dan Dokter bilang hal itu bisa membahayakan nyawanya jika sampai hamil lagi. Jadi saat kami menikah, aku langsung menyarankan padanya agar melakukan upaya tubektomi. Aku menikahinya bukan karena ingin menuntut keturunan, tapi karena tidak ingin dia terlantar setelah keluarganya juga tidak mau menerima dirinya yang memiliki kekurangan. Jadi pada tahun dua ribu tiga, kami akhirnya mengadopsi Dandi dan memintanya memanggil kami Mbah Kakung dan Mbah Putri. Dandi dulunya tidak mau diadopsi, karena dia tidak mau posisi kedua orangtuanya yang meninggal dunia akibat kecelakaan digantikan oleh orang lain. Jadi kami memintanya memanggil Mbah Kakung dan Mbah Putri, agar dia tetap mau diadopsi tanpa harus menggeser posisi Almarhum kedua orangtuanya," jelas Panji.

"Masya Allah," ujar Asih. "Sekarang aku tahu kenapa Nyai Kenanga memilih tetap setia pada sampeyan, Mbah Panji. Nyai Kenanga jelas tahu bahwa sampeyan memang memiliki hati yang luar biasa besar, sehingga bisa menerima apa pun dan siapapun meski memiliki banyak kekurangan."

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang