52 | Berusaha Memenuhi Janji

2K 194 2
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW

* * *

Seluruh tubuh Panji bergetar hebat setelah mendengar yang Risa ceritakan mengenai rangkaian kejadian di masa lalu, yang diperlihatkan oleh Nyai Kenanga. Ia berusaha sekuat tenaga untuk tidak meluapkan emosinya seperti yang sudah ia janjikan kepada Risa. Ia tidak mau kalau pada akhirnya Nyai Kenanga tetap akan terjebak di tempat yang sama selama dua puluh lima tahun, meski Risa sudah mengusahakan untuk membongkar semua kejahatan yang terjadi dan terkubur di rumah itu. Kumala tidak bisa menahan tangisnya, begitu pula dengan Asih dan Rumsiah. Ketiga wanita itu amat sangat shock, setelah tahu bahwa Nyai Kenanga bukan hanya dibunuh dan dikuburkan secara tidak layak oleh Sutejo, namun juga mengalami tindakan pemerkosaan sebelum pembunuhan terhadap dirinya terjadi. Yatno, Romi, Zulkarnain, Dandi, dan bahkan Meilani yang juga ikut mendengarkan sejak tadi hanya bisa beristighfar demi menahan emosi masing-masing.

"Dan ... dan Mbah Jum selama ini sudah tahu tentang perbuatan Suaminya terhadap Nyai Kenanga? Dia bahkan ikut memberi masukan ketika Mbah Tejo akan menguburkan Nyai Kenanga dengan cara yang tidak layak? Benar begitu, Nak?" tanya Rumsiah, sambil memegangi dadanya yang terasa sangat sakit setelah mendengar semua fakta.

"Benar, Mbah Rumsi. Istrinya juga tahu dan memberi masukan pada Suaminya. Tapi dia hanya tahu tentang pembunuhan dan penguburan Nyai Kenanga saja, Mbah. Dia tidak tahu soal pemerkosaan yang dilakukan laki-laki tua itu pada Nyai Kenanga beberapa saat sebelum Nyai Kenanga terbunuh," jawab Risa, sambil terus menyeka airmatanya.

Panji pun kembali membuka kedua matanya yang sejak tadi ia tutup demi menahan emosi. Ia menatap ke arah Risa dan tampaknya akan memberi pertanyaan lainnya.

"Lalu ... apakah kamu juga diberi tahu oleh Kenanga, soal di mana jasad dirinya dikuburkan dalam kilasan yang dia perlihatkan padamu, Nak?" tanya Panji, berusaha untuk tetap tegar.

Risa pun menganggukkan kepalanya. Ia masih juga belum berani menatap ke arah Panji secara langsung seperti sebelum-sebelumnya. Ia takut kalau pada akhirnya Panji tidak bisa memegang janjinya, lalu mendadak meluapkan emosi.

"Nyai Kenanga dikuburkan dekat sekali dari rumah ini, Mbah Kakung. Laki-laki tua itu sengaja menguburnya sangat dekat, agar tidak ada yang curiga kalau Nyai Kenanga sebenarnya telah meninggal. Dia memang ingin membuat Nyai Kenanga terlihat seolah-olah menghilang secara misterius dari Desa Banyumanik ini," jawab Risa.

"Katakan, Nak. Di mana Mbah Tejo menguburkan jasad Nyai Kenanga? Kami semua ingin tahu dan ingin memberikan penyelesaian seperti yang ingin kamu berikan kepada Nyai Kenanga," ujar Yatno.

Risa menarik nafas dalam-dalam untuk memenuhi rongga-rongga di dalam paru-parunya yang sejak tadi rasanya begitu sempit, ketika ia menceritakan semuanya pada Panji. Setelah mengembuskan nafasnya begitu panjang, Risa pun kembali bersiap untuk memberikan jawaban.

"Jasad Nyai Kenanga dikuburkan tepat di bawah taman bunga mawar putih kesayangannya. Itulah alasannya, kenapa aku bisa melihat kilasan masa lalu yang dialami oleh Nyai Kenanga, ketika aku menghirup aroma bunga mawar putih di taman itu."

Meilani jelas tidak bisa lagi menahan kegeramannya terhadap Sutejo yang sejak tadi terus berusaha ia tahan. Wanita itu berdiri dan berjalan mondar-mandir sambil mengepalkan kedua tangannya seraya tertawa sumbang.

"Wah ... laki-laki sinting itu kelakuannya benar-benar di luar nalar, rupanya. Dia sengaja memilih menguburkan jasad Nyai Kenanga tepat di bawah taman bunga mawar putih kesayangannya, agar tidak ada yang curiga kalau Nyai Kenanga dikubur di sana dan agar bau busuk dari jasadnya tertutupi oleh aroma bunga-bunga mawar putih yang selalu merebak di taman itu! Wah ... bajingan!" umpat Meilani, tak lagi merasa segan.

"Bau busuk tetap tidak akan tercium oleh siapapun, Mei. Istri si laki-laki sinting itu menyuruh Suaminya untuk memperdalam lubang yang digali. Dia bilang dengan sangat terang-terangan, bahwa lubang yang digali oleh Suaminya belum terlalu dalam. Dia juga mengatakan 'Kalau kamu mengubur mayatnya Nyai Kenanga dengan lubang yang hanya sedalam itu, maka mayatnya akan segera ditemukan karena bau bangkainya akan tercium dengan mudah. Gali lebih dalam dan biarkan Nyai Kenanga terkubur selama-lamanya tanpa ada orang yang bisa menemukannya'. Itu yang dia katakan sambil menatap penuh dendam ke arah jasad Nyai Kenanga. Aku tidak bisa lupa bagaimana ekspresinya, Mei. Itulah yang membuatku menangis jauh lebih lama ketika akhirnya kembali sadar dan menghadapi kenyataan. Perempuan itu juga punya dendam sendiri pada Nyai Kenanga, padahal yang salah adalah Suaminya karena memilih ingin menceraikan dia akibat tergila-gila pada Nyai Kenanga. Dia bahkan mengajukan syarat pada laki-laki sinting itu agar dirinya tetap tutup mulut seumur hidup mengenai apa yang dia saksikan malam itu. Syarat yang dia ajukan adalah, agar laki-laki sinting itu membatalkan niat untuk menceraikannya, tidak akan pernah menikah lagi dengan wanita manapun, dan meminta agar dirinya menjadi satu-satunya Istri laki-laki sinting itu di dunia ini," tutur Risa, semakin sulit menahan airmatanya jika kembali mengingat yang ia saksikan dalam kilasan masa lalu Nyai Kenanga.

"Oh ... itu jelas lebih sinting lagi kedengarannya di telingaku. Ya Allah ... andai bukan karena kita semua punya harapan agar Nyai Kenanga bisa bebas dari tempatnya terjebak selama ini, maka aku sudah akan mendatangi rumah laki-laki gila itu dan membuat wajahnya babak belur," ungkap Zulkarnain.

"Kita akan ke sana, Zul. Istriku bahkan sudah yakin bahwa kita akan kembali menginjakkan kaki di rumahnya sejak awal ketika dia diusir dari rumah itu, akibat memiliki wajah yang mirip dengan Nyai Kenanga. Dan aku akan segera mewujudkannya," ujar Dandi, yang kemudian berdiri darin tempatnya duduk dan berjalan keluar rumah.

Pria itu segera menghubungi kantor dan meminta agar bantuan segera datang ke Desa Banyumanik. Risa masih diam di tempatnya dan Panji ingin semua kesakitan yang pernah terjadi segera diakhiri.

"Bangunlah, Nak," pinta Panji kepada Risa. "Berhenti bersimpuh dan mari kita sama-sama mencoba untuk mengikuti jalannya pengangkatan jasad Kenanga dari bawah taman bunga mawar putih kesayangannya di belakang sana. Bagaimana pun, Mbah ingin melihat jasadnya untuk terakhir kali sebelum dikuburkan secara layak setelah jasadnya menjalani proses autopsi."

"Iya, Mbak Kakung. Aku pun masih ada tujuan yang harus kupenuhi untuk melengkapi bukti pada kasus ini. Aku jelas harus ada pada saat pengangkatan jenazah Nyai Kenanga dilakukan. Ada hal yang aku lihat di dalam kilasan kemarin malam. Aku ingin menemukannya, tidak peduli jika aku harus ikut turun ke dalam lubang yang pernah digali oleh laki-laki sinting itu," ujar Risa, jujur soal tujuannya yang lain.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang