49 | Pernikahan Yang Terlaksana

2.2K 205 10
                                    

- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.

* * *

Dandi meminta waktu untuk bicara bertiga dengan Panji dan Kumala di ruang tengah rumah Nyai Kenanga. Panji dan Kumala tampak begitu serius ketika mendengarkan hal yang sedang Dandi bicarakan. Beberapa saat kemudian, Panji dan Kumala pun menyampaikan niatan Dandi yang ingin menikahi Risa hari itu juga kepada Asih dan Yatno. Asih dan Yatno menanggapi kabar itu dengan penuh kebahagiaan. Mereka langsung mengabarkan pada semua warga Desa Banyumanik, bahwa akan diadakan acara pernikahan di rumah Nyai Kenanga antara Risa dan Dandi.

Zulkarnain dan Meilani yang baru saja tiba di rumah itu pun ikut merasa senang, hingga Zulkarnain segera mendatangi KUA Kota Semarang untuk mengundang penghulu agar datang menikahkan Dandi dan Risa. Risa pun segera diurus oleh Meilani, Asih, dan Kumala. Bagi mereka, Risa harus menjadi pengantin wanita tercantik pada hari itu, agar Dandi memiliki kenangan yang indah tentang hari pernikahannya dengan Risa.

"Bagaimana, Nak? Apakah kamu sudah siap untuk menyambut Risa ke dalam hidupmu?" tanya Panji, ketika Dandi baru saja selesai memakai kemeja putih dan jas hitam yang Zulkarnain pinjamkan.

"Insya Allah aku siap, Mbah Kakung. Sejujurnya aku sudah tidak sabar ingin Risa segera menjadi bagian hidupku. Aku ingin hidupku dilengkapi olehnya," jawab Dandi, jujur dari lubuk hatinya yang terdalam.

Panji pun memeluk Dandi dengan erat sambil menepuk-nepuk punggung cucunya begitu tegas. Dandi benar-benar telah menjadi sosok yang kuat. Padahal rasanya baru kemarin ia dan Kumala merawat Dandi setelah membawanya keluar dari panti asuhan. Sekarang Dandi sudah akan menjalani kehidupannya sendiri dan memimpin rumah tangganya bersama Risa. Panji merasa bahagia karena Dandi bisa mewujudkan impiannya menikahi wanita yang dia cintai. Sosok Nyai Kenanga yang tengah memandangi kedua orang itu tersenyum penuh suka cita. Ia bahagia, karena Risa sebentar lagi benar-benar akan berada di sisi pria yang tepat.

"Kamu sudah Mbah anggap seperti Cucu sendiri, meski kamu tidak memiliki darahku di dalam dirimu. Kamu adalah pelipur lara untukku yang terus merasakan sakitnya kehilangan Kenanga, dan juga pelipur lara untuk Mbah Putrimu yang tidak ditakdirkan memiliki anak. Jadi Mbah harap, kamu akan menjalani hidupmu bersama Risa dengan sangat baik mulai sekarang. Jaga Risa baik-baik, Nak. Jadilah Suami yang tidak banyak menuntut kepada Istri, karena Risa hanya manusia biasa yang juga memiliki kekurangan di dalam dirinya. Kamu harus selalu ada di sisinya, baik itu saat keadaan baik-baik saja ataupun saat keadaan sedang tidak baik-baik saja. Terima dia apa adanya, itu yang paling nomor satu," pinta Panji.

Dandi pun mengangguk dengan tegas, pertanda bahwa ia akan menjalankan semua hal yang dipesankan oleh Panji kepadanya.

"Insya Allah, Mbah Kakung. Insya Allah aku akan selalu membahagiakan Risa dan selalu ada di sisinya, baik itu saat keadaan baik-baik saja ataupun saat keadaan sedang tidak baik-baik saja. Aku akan menerima Risa apa adanya, Mbah Kakung. Aku tidak akan memberatkan hidupnya dengan tuntutan-tuntutan tidak masuk akal. Insya Allah," janji Dandi.

Setelah semua persiapan selesai, akhirnya Dandi dan Risa dipertemukan di hadapan penghulu yang akan menikahkan mereka. Memar dan luka di sudut bibir Risa kini sudah tertutupi make up yang dipakaikan oleh Meilani ketika meriasnya. Dandi tersenyum dengan jantung berdebar-debar saat melihat sosok Risa yang terlihat sangat cantik dalam balutan kebaya berwarna putih, yang tersimpan di dalam lemari milik Nyai Kenanga. Kumala dan Asih sama-sama menuntun kedua calon pengantin tersebut agar bisa duduk berdampingan di hadapan penghulu. Usai mengurus dan menandatangani beberapa berkas yang berkaitan dengan surat-surat nikah, barulah penghulu kemudian menjabat tangan Dandi dengan sangat erat.

"Bismillahirrahmanirrahim. Saya nikahkan dan kawinkan saudara Dandi Satriaji bin Almarhum Raden Candra Prawira dengan saudari Risa Arimbi binti Almarhum Muhammad Mujib dengan mas kawin berupa satu set perhiasan emas seberat delapan belas gram beserta seperangkat alat shalat dan Al-Qur'an dibayar tunai karena Allah."

"Saya terima nikah dan kawinnya Risa Arimbi binti Almarhum Muhammad Mujib dengan mas kawin berupa satu set perhiasan emas seberat delapan belas gram beserta seperangkat alat shalat dan Al-Qur'an dibayar tunai karena Allah."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"SAH!!!" jawab semua saksi dan warga Desa Banyumanik yang hadir untuk menyaksikan ijab kabul yang berlangsung hari itu.

"Alhamdulillah, pernikahan ini sah!" putus penghulu.

"Alhamdulillah!!!" sahut para warga Desa Banyumanik yang tampak ikut berbahagia dengan pernikahan antara Risa dan Dandi.

Dandi dan Risa pun tampak merasa lega dan terus bersyukur, karena segalanya yang mereka harapkan berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan sama sekali. Semua orang kini mengangkat kedua tangan untuk berdoa bersama, yang akan dipimpin langsung oleh penghulu.

"Bismillahirrahmanirrahim. Baarakallaahu laka wa baaraka 'alaika wa jama'a bainakumaa fii khairin."

"Aamiin!!!"

"Allaahumma allif bainahumaa kamaa allafta baina Adam wa Hawwa, wa allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa Ibraahiim wa Saarah, wa allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa Yuusuf wa Zulaikha, wa allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa Muhammadin shallallaahu 'alaihi wa sallama wa sayyidatinaa Khadiijatal kubraa, wa allif bainahumaa kamaa allafta baina sayyidinaa 'Aly wa sayyidatinaa Faathimah az-Zahraa."

"Aamiin!!!"

"Allaahummaj'al haadzal 'aqda 'aqdan mubaarakan ma'shuuman wa alqi bainahumaa ulfatan wa qaraaran daaiman wa laa taj'al bainahumaa firqatan wa firaaran wa khishaaman wakfihimaa mu'natad dunyaa wal aakhirah. Aamiin yaa rabbal 'alamiin."

"Aamiin yaa rabbal 'alamiin!!!"

Setelah menjalani doa bersama, Risa langsung mencium tangan Dandi dan Dandi pun ikut mencium kening Risa agar bisa didokumentasikan oleh Zulkarnain yang sedang mengambil peran fotografer dalam pernikahan tersebut. Mereka berdua saling memasangkan cincin di jari manis satu sama lain, lalu setelah itu diminta berfoto oleh Zulkarnain sambil memegang buku nikah.

"Senyumlah, Sa! Mahal sekali senyummu itu, hah?" omel Zulkarnain.

"Rahangku masih sakit, Zul. Kamu bisa maklum enggak, sih?" ringis Risa, apa adanya.

"Zul, jangan bikin aku naik darah ya! Ambil saja fotonya, nanti kita edit pakai photoshop biar Risa bisa kelihatan tersenyum meski dia tidak senyum," Meilani pun mengutarakan rasa gemasnya secara blak-blakan.

Zulkarnain hanya bisa pasrah karena tidak mau Meilani marah-marah berkepanjangan. Dandi dan Risa kini berupaya mati-matian untuk tidak menertawai mereka. Dari kejauhan, Sutejo tampak menatap tidak suka ke arah rumah Nyai Kenanga yang sedang diadakan acara pernikahan. Ia sudah dengar soal yang terjadi pada Risa tadi pagi dan entah kenapa dirinya merasa tidak puas karena perbuatan Kahlil yang hendak memperkosa Risa tapi berhasil digagalkan.

"Seharusnya wanita yang punya wajah mirip dengan Nyai Kenanga itu tidak perlu ditolong. Aku akan merasa sangat senang kalau dia juga merasakan hal yang pernah dirasakan oleh Nyai Kenanga ketika aku menikmati tubuhnya, dua puluh lima tahun lalu," gumam Sutejo, yang kemudian berlalu menuju ke arah rumahnya kembali.

* * *

TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang