- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW AKUN WATTPADKU.* * *
Sutejo yang awalnya ketakutan--akibat melihat wajah Risa yang begitu mirip dengan Nyai Kenanga--langsung kembali memasang wajah penuh amarahnya, setelah mendengar teguran dari Rumsiah soal Nyai Kenanga. Laki-laki tua itu langsung menatap ke arah Rumsiah yang masih berdiri di halaman rumahnya bersama anaknya.
"Tutup mulutmu itu, Mbah Rumsi! Sampeyan mengatakan bahwa Nyai Kenanga itu orang baik, karena dulu sampeyan dan keluarga selalu menerima bantuan yang diberikan oleh Nyai Kenanga! Sampeyan tidak tahu apa-apa soal Nyai Kenanga, jadi jangan pernah mencoba membela Nyai Kenanga di depanku! Perempuan sombong itu pasti penganut ilmu hitam, makanya dia terus saja memilih hidup sendiri dan tidak menikah sampai dia menghilang dari Desa ini!" teriak Sutejo.
Kasminah keluar dari rumahnya untuk mendekat pada Kahlil dan Romi yang masih berada di pagar. Suara Sutejo sejak tadi terdengar sangat jelas hingga ke dalam rumahnya.
"Anda salah besar soal Nyai Kenanga yang memilih hidup sendiri sampai usia tiga puluh lima tahun," ujar Risa. "Nyai Kenanga memilih setia pada seorang pria yang selalu ditunggu kepulangannya ke Desa ini. Pria itu bernama Panji. Aku tidak tahu siapa nama lengkapnya, tapi yang jelas dia adalah orang yang juga pernah tinggal di Desa ini dan menjalin kasih dengan Nyai Kenanga. Hal itu bisa aku buktikan melalui surat terakhir yang ditulis oleh Nyai Kenanga namun belum sempat dikirim olehnya kepada pria bernama Panji tersebut, karena Nyai Kenanga mendadak menghilang dari Desa ini. Jadi aku rasa, tuduhan anda terhadap Nyai Kenanga yang kemungkinan adalah penganut ilmu hitam jelas salah besar."
Wajah Sutejo mengeras dan tampaknya amarah laki-laki tua itu sudah sampai di ubun-ubun. Sutejo memang tidak pernah membicarakan Nyai Kenanga dengan kalimat yang baik, sejak Nyai Kenanga mendadak hilang dari Desa Banyumanik. Seakan-akan, ia ingin sekali membuat semua orang di Desa itu melupakan soal Nyai Kenanga dan membencinya. Tapi nyatanya hal yang diharapkan oleh Sutejo sama sekali tidak terwujud. Nyai Kenanga tetap diingat oleh banyak orang dan dikenang kebaikannya tanpa henti. Bahkan sekarang pun saat dirinya sudah tua, masih juga ia mendengar ada yang membela nama baik Nyai Kenanga agar tetap terjaga. Ia tidak menyangka, bahwa orang yang sudah tua ataupun orang yang masih muda bisa membela Nyai Kenanga seakan wanita itu masih hidup.
"Tutup mulut kamu anak kecil!!! Siapa yang akan mempercayai omonganmu soal kisah kasih Nyai Kenanga itu, sedangkan kamu bukan orang asli Desa ini!!!" bentak Sutejo.
"Tapi pria bernama Panji itu memang ada dan pernah menjadi warga di Desa ini, Mbah Tejo! Jangan membentak orang yang lebih muda seperti itu! Dia tidak mengatakan kebohongan soal Panji! Sampeyan saja yang tidak mau menerima kenyataan, bahwa Nyai Kenanga memang hanya menerima Panji di dalam hidupnya dan bukan memilih sampeyan!" sanggah Rumsiah.
Kemarahan Sutejo semakin menjadi-jadi saat Rumsiah mengungkit penolakan yang Nyai Kenanga lakukan di masa lalu terhadap dirinya. Risa dan Dandi bisa melihat kemarahan itu dengan sangat jelas, karena mereka berada di dekat Sutejo saat itu.
"Kurang ajar, sampeyan, Mbah Rumsi! Berani-beraninya sampeyan membahas hal memalukan yang ditorehkan oleh Nyai Kenanga ke dalam hidupku!" umpat Sutejo.
"Karena mungkin seharusnya anda tidak perlu menuduh Nyai Kenanga atas teror yang terjadi pada cucu anda. Jadi aib anda dimasa lalu tidak perlu dibuka terang-terangan di depan umum seperti saat ini. Bagaimana kalau sebaiknya anda menganggap bahwa terbukanya aib itu adalah bayaran atas betapa jahatnya tuduhan yang anda layangkan kepada Nyai Kenanga? Setuju?" saran Risa, yang sebenarnya berniat mengejek Sutejo.
"Tutup mulut kamu!!! Pergi kamu dari sini!!! Pergi!!!" usir Sutejo kepada Risa.
Riana segera melepaskan diri dari dekapan Meilani dan berlari ke arah Risa. Dandi bahkan sempat merasa kaget karena Riana tiba-tiba saja berlari hanya untuk menghentikan Sutejo yang berusaha mendorong tubuh Risa.
"Mbah tidak bisa mengusir dia. Kematian Suamiku harus diusut sampai tuntas. Mau tidak mauv... suka tidak suka ... dia akan tetap datang ke rumah ini untuk mengusut kematian Suamiku, Mbah," Riana berusaha menahan Risa agar tidak pergi.
"Cari Polisi lain!!! Kamu itu cucu menantuku yang paling tolol!!!" umpat Sutejo tepat di depan wajah Riana.
Dandi dan Zulkarnain segera menjauhkan Sutejo dari Riana dan Risa.
"Cukup, Pak! Cukup! Anda sudah keterlaluan berbicara terhadap wanita!" tegas Dandi.
Dandi tidak bisa terima dengan sikap kasar Sutejo, karena Risa juga sejak tadi terus dibentak-bentak oleh laki-laki tua itu. Meilani dan Risa melindungi Riana, agar Sutejo tidak bisa melakukan apa-apa terhadapnya.
"Tidak bisa, Mbah. Aku tidak bisa mencari Polisi yang lain. Karena Polisi lain tidak ada yang mau mengusut kasus yang sangat aneh seperti ini. Mereka akan tetap datang ke sini untuk mengusut sampai tuntas. Jadi sebaiknya Mbah diam saja, karena aku akan tetap menerima kedatangan mereka ke rumah ini," putus Riana, tak mau lagi kalah dari Sutejo yang selama ini selalu mengatur hidupnya.
"Dasar perempuan tidak tahu diri!!! Memang pantas kamu menjadi janda!!! Dasar hina kamu!!! Kamu sama saja dengan Nyai Kenanga dan juga perempuan yang mirip Nyai Kenanga di sampingmu itu!!! Kalian sama-sama hina!!!" Sutejo benar-benar tidak berhenti mengumpat.
Alika--putri Riana satu-satunya--pun berlari keluar rumah dari pintu samping. Ia segera memeluk Ibunya, setelah Juminah--istri Sutejo--gagal menahannya agar tetap diam di dalam rumah.
"Ma, kita pergi saja dari sini. Aku enggak mau tinggal lagi sama Mbah buyut. Aku takut," pinta Alika.
"Iya, Sayang. Kita akan pergi saja dari sini agar jauh lebih aman. Ayo, cepat masuklah ke mobil," tanggap Riana.
Meilani segera membawa Alika ke mobil milik Riana. Riana menyusul ke mobil tak lama kemudian, setelah Risa meyakinkan akan mengusut kematian Junarto hingga tuntas. Dandi segera merangkul Risa agar segera pergi dari rumah itu, karena Sutejo terus saja mengusir Risa akibat tak ingin melihat wajahnya yang begitu mirip dengan wajah Nyai Kenanga. Kahlil menatap dengan jelas bagaimana cara Dandi melindungi Risa sejak awal, hingga akhirnya membawa Risa keluar dari rumah milik Sutejo. Dadanya terasa panas luar biasa, dan bahkan Romi pun tahu kalau Kahlil saat itu sedang merasa cemburu.
Rumsiah meminta diantar oleh anaknya agar bisa mendekat pada Risa. Risa sendiri kini sedang menatap ke arah rumah Sutejo yang sudah tertutup rapat. Wanita tua itu langsung meraba wajah Risa ketika berada di dekatnya.
"Kamu benar-benar mirip dengan Nyai Kenanga, Nak. Sangat mirip," ujar Rumsiah.
* * *
![](https://img.wattpad.com/cover/345687364-288-k306540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] Pekerjaannya di Kantor Polisi belum benar-benar selesai, namun AKP Risa Arimbi harus mendapat pekerjaan tambahan akibat adanya teror yang menyerang Desa Banyumanik, Kota Semarang. Teror tersebut terjadi disertai adanya korban meninggal...