- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW* * *
Romi melihat Sutejo baru saja keluar dari rumahnya dan tampak akan duduk-duduk di teras sambil menikmati suasana sore. Pria itu langsung mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto Sutejo dari rumah Rumsiah, tepatnya dari balik jendela yang kacanya cukup gelap. Ia kemudian mengirimkan foto yang diambilnya tersebut kepada Zulkarnain. Ia ingin berdiskusi sedikit depan Zulkarnain, karena mendadak dirinya teringat sesuatu.
ROMI
Zul, Mbah Tejo keluar rumah. Dia sekarang sedang duduk-duduk di teras rumahnya.Beberapa saat kemudian setelah mengirim pesan itu, Romi pun mendapat balasan dari Zulkarnain yang juga menyertakan sebuah foto kegiatan penggalian taman bunga mawar putih di halaman belakang rumah Nyai Kenanga.
ZUL
Iya, kamu awasi saja Mbah edan satu itu! Aku sedang tidak bisa ke mana-mana karena harus mengawasi penggalian taman bunga mawar di halaman belakang rumah Nyai Kenanga. Lagi pula, aku juga harus mewaspadai jika sampai ada warga Desa yang ingin mencari-cari tahu kegiatan di sini, agar tidak ada yang melapor pada Mbah edan itu soal penggalian taman di sini.Setelah membaca pesan itu, Romi melihat ke atas meja di dekat dapur rumah Rumsiah. Ia melihat banyak sekali bungkusan kopi instan dan juga beberapa iris kue lapis legit. Ia kemudian kembali mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Zulkarnain.
ROMI
Menurutmu Polisi butuh sampel DNA Mbah Tejo ketika menjalankan proses autopsi terhadap jasad Nyai Kenanga atau tidak? Kamu ingat cerita dari Risa soal yang kejadian buruk yang menimpa Nyai Kenanga, 'kan? Nyai Kenanga diperkosa lebih dulu oleh Mbah Tejo sebelum dibunuh dan dikubur secara tidak layak. Jadi apakah Polisi butuh DNA pembanding untuk memeriksa soal pemerkosaan yang Mbah Tejo lakukan? Polisi tidak mungkin akan mempercayai begitu saja cerita Risa yang mendapat kilasan bayangan masa lalu dari sosok Nyai Kenanga, 'kan? Tetap harus ada bukti nyata yang menyertai tuduhan terhadap tersangka, 'kan?Zul mencerna pelan-pelan hal yang ditanyakan oleh Romi. Sejenak ia menatap ke arah Meilani yang berdiri tak jauh dari sisinya. Ia pun segera mempertipis jarak agar bisa bertanya pada Meilani.
"Romi tanya padaku, apakah Polisi butuh sampel DNA Mbah Tejo agar Dokter Ahli Forensik bisa melakukan pemeriksaan terkait persoalan pemerkosaan yang dilakukan oleh Mbah Tejo terhadap Nyai Kenanga? Bagaimana menurutmu? Harus kujawab apa?" tanya Zulkarnain, berbisik.
"Ya, itu sudah jelas dibutuhkan. Mbah sinting itu tidak akan bisa dijerat dengan tuduhan pemerkosaan jika tidak ada bukti yang bisa mengaitkannya dengan peristiwa tersebut. Dia akan lolos dari satu jeratan hukum, jika hal tersebut tidak bisa dibuktikan," jawab Meilani, ikut berbisik.
"Oke, akan aku sampaikan jawabanmu pada Romi."
ZUL
Mei bilang, Polisi jelas membutuhkan sampel DNA Mbah edan itu agar bisa melakukan pemeriksaan atas jasad Nyai Kenanga.ROMI
Oke. Kalau begitu aku akan mencoba mendapatkan sampel DNA Mbah Tejo untuk keperluan pemeriksaan oleh Dokter Ahli Forensik. Biar dia tidak dihukum setengah-setengah.ZUL
Caranya? Kamu punya cara untuk mendapatkan sampel DNA Mbah edan itu?ROMI
Iya. Aku punya cara sendiri. Akan aku dapatkan sampel tersebut sebelum jasad Nyai Kenanga ditemukan dan dibawa ke rumah sakit untuk menjalani proses autopsi.Setelah Romi menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, ia bergegas membuat dua gelas kopi panas dan menyusun kue lapis legit ke atas piring. Ia segera keluar dan bertingkah seakan baru saja ingin duduk-duduk di teras rumah Rumsiah.
"Mbah Tejo! Ngopi, Mbah!" seru Romi, menawarkan.
"Sini, bawakan aku kalau memang ada kopimu," tanggap Sutejo, tampak begitu santai.
"Iya, Mbah. Tunggu."
Romi pun segera berjalan menuju ke rumah Sutejo sambil membawa dua gelas kopi dan sepiring kue lapis legit. Ia masuk ke halaman rumah Sutejo, lalu langsung menuju ke teras rumahnya untuk memberikan kopi panas kepada Sutejo.
"Ayo, Mbah. Kita ngopi dulu sore-sore," ujar Romi, seasik biasanya.
"Ya ... ya ... ya ... ini yang aku suka. Sore-sore ngopi sambil makan yang manis. Terima kasih, ya," ucap Sutejo, seraya terkekeh pelan.
"Sama-sama, Mbah. Mumpung aku juga lagi ada di rumah dan sedang libur kerja."
Romi menatap licik diam-diam ke arah Sutejo yang saat itu sedang menyeruput kopi panas yang ia bawakan. Sutejo jelas tidak akan curiga sama sekali kalau tujuannya membawakan kopi sore itu adalah untuk mendapatkan sampel DNA dari air liur yang akan tertinggal pada gelas kopi tersebut. Romi bahkan tidak merasa bersalah sama sekali karena memiliki niat menjebak Sutejo, karena dimasa lalu Sutejo pun sudah melakukan yang tidak bisa diterima dengan akal sehat.
"Aku tidak perlu merasa berdosa karena membohongi orang macam dia. Karena dengan membohonginya, maka tindakan jahatnya terhadap Nyai Kenanga akan segera terbongkar," batin Romi.
Di halaman belakang rumah Nyai Kenanga, penggalian taman sudah mencapai kedalaman dua meter lebih. Dandi bisa melihat munculnya kain kebaya yang pernah ia lihat warnanya saat Risa akan memerankan diri Nyai Kenanga untuk memancing ketakutan Sutejo.
"Stop! Stop menggali! Jasadnya sudah hampir terlihat!" seru Dandi.
Penggalian pun langsung dihentikan. Risa mendekat ke arah lubang yang menjadi tempat dikuburkannya jasad Nyai Kenanga bersama Meilani. Dandi segera memperlihatkan kain kebaya yang ia lihat kepada Risa.
"Sebentar lagi akan benar-benar terlihat jelas, Dek. Kamu menunggu saja di atas sana sampai jasadnya diangkat dari dalam sini," ujar Dandi.
"Kalau jasadnya sudah diangkat, aku akan turun ke sana dan mencari yang harus aku cari, Mas," balas Risa.
"Iya, nanti kita cari sama-sama,"
Setengah jam kemudian, jasad Nyai Kenanga yang tinggal tulang belulang benar-benar diangkat dari dalam lubang tersebut. Asih dan Rumsiah sama-sama tidak kuat menahan airmata mereka. Kumala berusaha menguatkan Panji yang kini jatuh dan bersimpuh di teras belakang rumah itu.
"Innalillahi wa innailaihi raji'un!!!" seru Zulkarnain dan Meilani, serta beberapa orang anggota Polisi yang membantu penggalian taman sore itu.
Jasad Nyai Kenanga akhirnya segera dibungkus menggunakan kantung jenazah yang disediakan oleh pihak kepolisian. Risa pun segera turun ke dalam lubang itu dan menyalakan senter miliknya untuk mencari dua benda yang sempat ia lihat ketika sedang diperlihatkan kilasan masa lalu oleh Nyai Kenanga.
"Katakan, Dek. Apa yang kamu cari di dalam sini? Biar Mas bantu kamu mencarinya," tawar Dandi.
"Senjata pembunuhan dan juga suatu benda yang terkait dengan tersangka, Mas," jawab Risa, sambil terus menyenter ke segala arah di dalam lubang tersebut.
Dandi pun langsung ikut mengeluarkan senter miliknya dari dalam saku, lalu mulai ikut mencari ke bagian lubang yang berlawanan arah. Tak berapa lama kemudian, kedua mata Risa pun menangkap sesuatu yang mengkilap ketika cahaya senternya menyinari pada satu titik.
"Ketemu, Mas!" seru Risa.
Dandi pun segera mendekat dan memberikan plastik sampel barang bukti kepada Risa. Risa menempatkan sebilah pisau yang digunakan oleh Sutejo untuk membunuh Nyai Kenanga pada plastik sampel barang bukti yang pertama. Lalu selanjutnya ia menempatkan sebuah kalung yang tampaknya adalah milik Sutejo, pada plastik sampel barang bukti yang kedua.
"Ayo, Mas Dandi. Kita kembali ke atas," ajak Risa.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)
Horror[COMPLETED] Pekerjaannya di Kantor Polisi belum benar-benar selesai, namun AKP Risa Arimbi harus mendapat pekerjaan tambahan akibat adanya teror yang menyerang Desa Banyumanik, Kota Semarang. Teror tersebut terjadi disertai adanya korban meninggal...