- UPDATE SETIAP HARI
- DUA EPISODE PERHARI
- JANGAN LUPA BERIKAN VOTE, KOMENTAR, DAN FOLLOW* * *
Sutejo meletakkan gelasnya kembali ke atas meja, setelah menyeruput kopi panas yang dibawakan oleh Romi.
"Kamu sudah dengar soal kejadian tadi pagi yang menimpa Polisi wanita itu? Yang saat ini tinggal di rumah Nyai Kenanga. Kamu tahu dia 'kan?" tanya Sutejo.
Romi terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya kembali tersenyum ketika menatap Sutejo.
"Iya, Mbah. Aku sudah dengar soal yang terjadi tadi pagi pada Polisi wanita itu. Kahlil hampir memperkosanya di kebun kosong belakang sana. Untung saja niatan busuk Kahlil berhasil digagalkan," jawab Romi.
"Hah! Seharusnya tidak perlu ada yang menggagalkan niatan Kahlil. Polisi wanita itu pasti adalah penganut ilmu hitam yang sama dengan Nyai Kenanga. Kalau sampai ada yang berusaha mencelakakan dia atau membuat dia kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupnya, kita bisa menganggap hal itu sebagai bayaran untuk dia karena sudah berani membawa-bawa ilmu hitam ke Desa kita. Jujur saja, aku sangat menyesali karena Kahlil harus ketahuan saat akan mengeksekusi dia. Seandainya Kahlil berhasil, maka Polisi wanita itu akan mendapat malu seumur hidup," ujar Sutejo.
Diam-diam Romi mengepalkan salah satu tangannya dengan sangat kuat. Ia mati-matian menahan diri agar tidak perlu menyerang Sutejo dengan cara meninju wajahnya. Ia merasa marah karena harus mendengar Risa begitu dianggap rendah oleh Sutejo. Ia tidak habis pikir, bagaimana bisa ada manusia yang merasa senang jika mendengar bahwa seseorang berhasil diperkosa oleh seorang pemerkosa. Ia bahkan merasa sangat marah tadi pagi ketika tahu bahwa Kahlil hampir berhasil memperkosa Risa, dan bahkan sudah berhasil membuat Risa mengalami luka-luka serta memar pada bagian wajah. Tapi, Sutejo? Laki-laki tua bangka itu justru merasa senang jika niatan busuk Kahlil tidak digagalkan dan Risa akhirnya berhasil diperkosa?
"Cepatlah temukan jasad Nyai Kenanga, Sa. Lebih cepat kamu menemukannya, maka akan lebih cepat pula laki-laki berhati busuk satu ini kita biarkan semakin membusuk di penjara," batin Romi.
Ponsel milik Romi bergetar di dalam saku celananya. Ia mengeluarkan ponsel itu dan melihat ada pesan yang masuk dari Zulkarnain. Sutejo tampak sedang menikmati kue lapis legit yang tersaji di atas meja. Hal itu membuat Romi lebih leluasa membuka ponselnya untuk membaca pesan dari Zulkarnain. Ada sebuah foto yang menyertai pesan kiriman dari Zulkarnain saat itu.
ZUL
Jasad Nyai Kenanga benar-benar ditemukan di bawah taman bunga mawar putih pada halaman belakang rumahnya, Rom. Jasadnya sudah menjadi tulang-belulang sehingga langsung dimasukkan ke dalam kantung jenazah. Malam ini juga jasadnya akan menjalani proses autopsi.ROMI
Alhamdulillah, akhirnya jasad Nyai Kenanga telah ditemukan. Aku pun sebentar lagi akan ke sana menyusul kamu dan yang lainnya. DNA milik Mbah Tejo yang aku dapatkan, Insya Allah akan segera aku serahkan sebentar lagi.Setelah Romi selesai membalas pesan dari Zulkarnain, Sutejo tampak baru saja menghabiskan kopi miliknya. Romi pun kembali tersenyum saat melihat kalau kopi yang ia bawakan untuk Sutejo benar-benar telah habis tanpa sisa.
"Aku dapat telepon dari atasanku di tempat kerja, Mbah. Katanya aku diminta ke sana karena ada hal yang tidak bisa dia tangani," ujar Romi.
"Oh, iya. Pergilah kalau begitu. Lain kali kita ngopi bersama lagi, ya. Kopi yang kamu buat itu enak dan kue lapis legitnya juga tidak terlalu manis," puji Sutejo.
"Insya Allah, Mbah. Kalau ada kesempatan lagi, nanti kita akan ngopi bersama seperti saat ini. Mari Mbah, aku pulang dulu," pamit Romi.
"Iya. Hati-hati bawa gelasnya."
Setelah pergi dari rumah Sutejo dan kembali tiba di rumah Rumsiah, Romi segera membungkus gelas yang baru saja dipakai oleh Sutejo. Perasaannya masih diliputi kemarahan yang begitu hebat akibat dari perkataan Sutejo tentang harapannya pada Risa. Entah kenapa ia merasa jijik mendengar hal gila yang diharapkan oleh Sutejo, dan pada saat itu juga ia tidak bisa membayangkan bagaimana mirisnya kejadian yang menimpa Nyai Kenanga akibat perbuatan Sutejo di masa lalu.
"Dia itu memang bukan manusia! Dia Iblis yang menjelma dengan sosok manusia!" umpat Romi, sangat pelan.
Setelah selesai membungkus gelas yang tadi dipakai oleh Sutejo, Romi pun bergegas keluar kembali dan pergi menuju ke rumah Nyai Kenanga. Ia sempat berhenti sesaat ketika tak sengaja melihat seseorang yang sedang meletakkan sesuatu di teras rumah Sutejo. Ia menoleh dan mendapati kalau itu adalah sosok Nyai Kenanga yang tengah meletakkan teror mawar berdarah seperti yang terjadi beberapa hari ke belakang. Sosok itu tersenyum ke arah Romi, lalu setelahnya menghilang begitu saja ketika ia mengedipkan mata.
Di halaman belakang rumah Nyai Kenanga, Dandi terlihat keluar lebih dulu dari lubang yang tadi digali untuk menemukan jasad Nyai Kenanga. Setelah itu, ia dan Meilani mengulurkan tangan untuk membantu Risa agar bisa keluar dari sana. Jasad Nyai Kenanga yang sudah diamankan dalam kantung jenazah akan segera diangkat dan dibawa ke rumah sakit agar bisa dilakukan proses autopsi. Risa mengeluarkan kertas yang pernah ia gambar sosok Sutejo saat masih muda di dalamnya. Plastik sampel barang bukti berisi sebuah kalung yang tadi ia temukan segera ia bandingkan dengan kalung yang Sutejo pakai di dalam gambar itu.
Meilani mendekat ke arah Risa ketika Dandi kembali mengarahkan para anggota kepolisian yang lain untuk mulai mengurus jenazah Nyai Kenanga. Tim olah TKP juga sedang mengambil foto-foto dari lubang tempat ditemukannya jasad serta barang bukti. Rumsiah dan Asih mendekat untuk melihat benda yang tengah diperhatikan oleh Risa dan Meilani.
"Apa itu, Nak? Kamu menemukan itu di dalam lubang tempat dikuburkannya Nyai Kenanga?" tanya Asih.
"Iya, Mbah Asih. Aku melihat benda ini terjatuh ke dalam lubang setelah laki-laki tua itu melempar jasad Nyai Kenanga ke dalam lubang yang dia gali. Saat melihat kilasan itu aku langsung tahu mengenai apa saja yang harus aku kumpulkan sebagai bukti, yang nantinya akan memberatkan laki-laki tua itu saat aku memenjarakannya," jawab Risa.
Rumsiah pun melihat lebih dekat kalung yang saat itu ada di dalam kantung sampel barang bukti. Risa membiarkannya melihat lebih dekat, karena mungkin saja Rumsiah bisa memberitahunya sesuatu.
"Itu kalung milik keluarganya Mbah Tejo. Kalung itu adalah kalung warisan yang seharusnya masih dipakai oleh Mbah Tejo sampai sekarang," ujar Rumsiah, memberikan kesaksiannya tentang kalung tersebut.
"Oh ... jelas dia tidak bisa lagi memakainya selama dua puluh lima tahun ke belakang. Dia tidak sadar kalau kalung itu jatuh ke dalam lubang yang dia gali dan akhirnya menjadi bukti ketika akhirnya jasad Nyai Kenanga kita temukan," ejek Meilani.
Dandi mendekat sambil memperlihatkan sebuah cangkul yang tadi sudah ditunjuk oleh Risa pertama kali sebelum penggalian taman bunga dilakukan.
"Cangkul ini seratus persen memiliki sidik jari Mbah Tejo di seluruh bagiannya," ujar Dandi, yang sudah memeriksa cangkul itu lebih awal dari barang bukti lainnya.
* * *
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR MAWAR BERDARAH (SUDAH TERBIT)
Terror[COMPLETED] Pekerjaannya di Kantor Polisi belum benar-benar selesai, namun AKP Risa Arimbi harus mendapat pekerjaan tambahan akibat adanya teror yang menyerang Desa Banyumanik, Kota Semarang. Teror tersebut terjadi disertai adanya korban meninggal...