Nathan benar-benar menepati ucapannya, saat guru di kelas Lala masih belum menyelesaikan kegiatan mengajarnya, Nathan sudah berada di depan kelas XI MIPA 1, menunggu Lala keluar dari kelasnya. Ia menyandarkan dirinya di sebuah tembok yang ada di lorong kelas. Laki-laki bertubuh tinggi itu sesekali menggulir ponselnya agar tidak terlihat seperti orang yang sedang kebingungan karena diam saja di depan ruangan kelas sebelas, yang jelas bukan kelasnya.
Sejak Nathan berdiri disana, tak jarang teman seangkatan atau adik kelas yang lewat di lorong menyapanya dan Nathan pun tersenyum untuk membalasnya. Nathan memang ramah pada seluruh penghuni SMA Langit Biru dan bahkan kepada semua orang, asal mereka tidak mengusiknya atau menyakiti orang terdekatnya, maka Nathan sebisa mungkin akan bersikap baik pada mereka.
"Udah nunggu lama ya?"
Pertanyaan dari Lala menghentikan kegiatan Nathan yang tengah bermain ponsel. Nathan dengan cepat menaruh ponselnya di kantong jaket yang ia kenakan. Rupanya kelas Lala telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran.
"Nggak lama kok, santai aja." Balas Nathan dengan sebuah senyuman.
Nathan kemudian melirik jam tangan hitam yang sedang ia kenakan. "Udah jam 4 La, nanti ke pasar beli bunga dulu atau langsung ke Kak Zean?"
"Mampir dulu ke pasar, gue mau beli bunga."
"Oke."
Nathan dan Lala pun berjalan beriringan menuju tempat parkir. Sepanjang perjalanan, makian dari murid-murid SMA Langit Biru terdengar kala mereka berdua berjalan bersama. Walaupun Lala dan Nathan sudah sering terlihat berjalan ataupun bermain bersama, masih ada saja yang membenci keberadaan Lala jika ia dekat-dekat dengan Nathan.
Beruntung Lala sudah memasang earphone di kedua telinganya dan memutar lagu dengan volume yang keras, sebenarnya ia hanya tidak ingin terbawa emosi hanya karena masalah sepele. Gadis itu tahu jika banyak orang yang membencinya, bahkan Lala sampai hafal kata-kata makian yang dikeluarkan oleh orang-orang untuknya.
Nathan yang paham situasi langsung merangkul pundak Lala, dengan langkah kakinya yang panjang menjadikan Nathan berjalan lebih cepat, Lala yang langkah kakinya tidak secepat Nathan pun akhirnya mengimbangi langkah laki-laki itu. Karena tindakan Nathan barusan, mereka jadi cepat sampai ke tempat parkir, tanpa harus berlama-lama mendengarkan kata-kata buruk yang ditujukan untuk Lala.
Sesampainya di tempat parkir Lala melepas kedua earphone yang ia pakai dan memasukannya ke dalam wadah earphone warna putih.
"Motor lo duluan di depan ya, La. Gue jaga di belakang, takutnya asisten Ayah lo ngikutin kita."
"Eh, atau mau tukeran motor sama gue, La? Biar lo bawa motor gue, nanti gue bawa motor lo." Saran Nathan.
Lala menghela nafas panjang, ia baru ingat jika menjelang Ujian begini, Lala akan diawasi lebih ketat. Bahkan kadang Ayahnya sampai menyuruh asisten-asistennya untuk mengikuti Lala diam-diam. Sejak meninggalnya Zean, pria paruh baya itu semakin mengekang Lala.
Bukan karena Ayahnya itu khawatir jika Lala akan meninggalkannya seperti Zean, akan tetapi Ayahnya khawatir tidak ada keturunannya yang menjadi dokter, oleh karena itu Ayah Lala mengekang Lala agar Lala bisa menuruti keinginannya yang tadinya ia harapkan terjadi pada Zean. Namun Arsha lupa, jika menjadi dokter bukan keinginan Lala ataupun Zean, melainkan hanya ambisi dirinya seorang.
"Oke, tukeran motor sama gue." Ucap Lala sambil melemparkan kunci motornya.
Refleks Nathan bagus, ia menangkap dengan tepat kunci motor Lala.
***
Lala dan Nathan memasuki tempat pemakaman yang sepi, mungkin karena hari sudah semakin sore jadi tidak ada orang yang mengunjungi pemakaman.
Saat telah sampai di sebuah nisan bertuliskan 'Zean Tara Gemintang' Lala dan Nathan berjongkok di samping makam itu.
Sebenarnya, banyak yang ingin Lala katakan pada Zean. Lala menanggap, curhat di hadapan makam Zean membuat masalahnya sedikit mereda. Tapi ia tidak bisa berlama-lama mengunjungi makam Kakaknya, jadi ia hanya memiliki waktu yang sebentar untuk meluapkan isi hatinya pada Zean.
Lala mengambil kantong tas berbahan kain yang berisi kelopak-kelopak bunga mawar merah, lalu ia menaburnya diatas makam Zean. Setelah itu, Lala dan Nathan mendoakan Zean agar laki-laki itu diberikan ketenangan di atas sana.
Selesai berdoa, Lala membuka suaranya seraya menatap teduh makam Zean. "Kak, aku udah kelas 11 sekarang. Sebentar lagi aku bakal jadi mahasiswa di Universitas yang tadinya Kak Zean perjuangkan."
"Aku masuk sana bukan karena kemauan aku, bukan juga karena Ayah atau Ibu, tapi aku masuk ke sana karena impian Kak Zean."
"Kak Zean gak gagal kok, cuma karena Kak Zean ditolak Universitas itu. Kak Zean udah melakukan yang terbaik. Aku janji, aku akan menjadi dokter seperti mimpi Kak Zean, walau nyatanya Kak Zean menjalankan mimpi Ayah."
Lala memejamkan kedua matanya yang mulai terasa panas, ia tidak boleh menangis di hadapan makam Zean. Lala harus kuat untuk menerima kenyataan bahwa tidak ada lagi sosok Zean di hidupnya. Zean yang selalu membelanya saat ia dimarahi, Zean yang mau membagi makanan atau mainan yang ia dapatkan karena telah mendapatkan nilai yang bagus, Zean yang selalu melindunginya dan mau menggantikannya dihukum oleh sang Ayah, dan Zean yang selalu menjadi tempatnya bersandar saat ia terjatuh. Sekarang, Lala tidak punya lagi sosok Kakak yang selalu ia banggakan itu. Sekarang, Lala harus berjuang sendiri sampai akhirnya Lala berhasil meraih mimpi yang Zean impikan dahulu.
"Lala, gapapa, lo udah hebat bertahan sejauh ini." Nathan mengusap-usap bahu Lala untuk menenangkan gadis itu.
Lala membuka matanya kembali. Nathan benar, Lala sudah bertahan sejauh ini, jadi Lala harus melanjutkan perjuangannya. Bagaimanapun nantinya, Lala harus kuat seperti Zean yang kuat selama hidupnya.
"Kak Zean semoga selalu tenang dan bahagia di atas sana. Aku pamit ya, Kak. Nanti, aku kesini lagi kalo nilai ujiannya udah dibagi. Biar Kak Zean bisa lihat dan bangga sama adik kecilnya ini."
Yang terakhir sebelum Lala benar-benar pergi dari pemakaman, Lala mencium makam Zean dan menarik sudut bibirnya sebagai salam perpisahan.
-Meyytiara, 26 Juli 2023, 12.33
Terima kasih sudah baca♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest