SMA Langit Biru dikenal sangat ketat dalam mengawasi Ulangan di tiap semesternya. CCTV tambahan dipasang untuk mengawasi di sudut-sudut ruangan juga ada 2 orang pengawas yang berkeliling untuk mengawasi kegiatan Ulangan yang tengah berlangsung.
Namun pengecualian terjadi di kelas 11 MIPA 1, SMA Langit Biru tidak sekeras yang orang-orang bilang. Buktinya, di kelas 11 MIPA 1 ini jelas-jelas CCTV yang dipasang hanya CCTV mainan yang terlihat nyata. Sedangkan pengawas Ulangan mereka hanya 1 orang, itupun guru yang sebentar lagi akan pensiun dan matanya tidak setajam guru-guru yang masih muda.
"Alangkah baiknya kita berdoa terlebih dahulu agar pelaksanaan Ulangan hari pertama ini berjalan dengan lancar." Kata sang pengawas dengan suara lirih.
Lala berusaha maklum, yang terpenting nilainya menjadi nilai yang tertinggi di kelas, masalah lain berusaha ia abaikan. Lala berdoa saja agar Ulangan hari ini lancar sampai selesai dan ia mendapatkan hasil yang maksimal.
Tinta hitam mulai tergores di atas kertas warna putih berisi kumpulan soal-soal, banyak tanda silang yang sudah tertera di atas jawaban A, B, C ataupun D. Lala mengerjakan soalnya dengan mudah, sesekali ia kembali mengingat latihan soal yang sudah ia kerjakan dan materi yang telah ia pelajari.
Sekilas, terlintas di benaknya bayangan Zean yang sedang tersenyum menyemangati dirinya. Lala bertambah semangat karena itu artinya ia harus berusaha lebih giat agar Zean tersenyum di atas sana.
Jarum jam terus berdetak, tak terasa satu setengah jam telah berlalu. Bel tanda waktu Ulangan telah selesai berbunyi, para murid berdecak kesal karena Ulangan barusan tidaklah mudah. Satu setengah jam terasa sekedipan mata.
Kertas demi kertas dikumpulkan di atas meja guru, Lala sempatkan mengecek jawabannya sekali lagi sebelum akhirnya benar-benar menaruh kertas jawabannya di meja.
"Hah, selesai juga hari ini." Lala berkata penuh lega.
Hari ini hanya ada satu Ulangan yaitu Ulangan Biologi, jadi setelahnya Lala dan murid-murid yang lain diperbolehkan untuk pulang.
Lala berjalan melewati koridor jurusan MIPA. Tatapannya lurus ke depan dengan kedua telinga yang tersumbat oleh earphone meskipun tidak ada suara lagu yang diputar.
Namun saat melewati gudang, tiba-tiba saja tangannya ditarik oleh sebuah tangan yang berasal dari dalam gudang. Lala ingin berteriak, tapi sialnya seseorang itu juga membekap mulutnya agar tidak bisa mengeluarkan sedikit pun suara.
"Tenang, ini gue, La." Bisik orang itu.
"Apa sih, Than? Ngapain lo kayak gini?" Lala menggerutu setelah Nathan akhirnya melepaskan tangannya dari mulut Lala.
Nathan menempelkan jari telunjuknya di depan mulut, mengisyaratkan Lala agar berbicara lebih pelan. "Jangan keras-keras, nanti suara lo bisa masuk ke CCTV di depan gudang."
"Terus tindakan lo tadi nggak di rekam CCTV?" Sentak Lala namun kini ia menurut untuk bersuara dengan lebih pelan. Tapi tetap saja, kedua mata Lala menatap tajam Nathan.
"CCTV itu hadap samping La, hadap lapangan, tapi suara kita disini, bisa masuk ke rekaman CCTV itu." Terang Nathan.
Sebagai Ketua OSIS, dulu Nathan ikut mengecek CCTV yang ada di sekolah untuk melacak para murid yang melanggar jam pelajaran dan memilih bolos. Nathan dan OSIS seksi keamanan juga pernah memantau CCTV untuk melihat kasus pencurian barang yang dilakukan oleh salah satu murid. Maka dari itu, Nathan tau lokasi-lokasi dimana CCTV di sekolah berada dan apa saja cakupannya.
"Oke. Tapi lo kenapa bawa gue kesini?" Pada akhirnya Lala tidak peduli soal CCTV lagi, akan tetapi penasaran alasannya dibawa kemari.
Tanpa bersuara, Nathan menunjukkan sebuah foto yang ada di layar ponselnya. Foto itu berisi daftar nilai para murid SMA Langit Biru tahun ini, semester ini. Jelas-jelas, itu adalah nilai rekayasa yang dibuat oleh seseorang dan daftar nilai seperti itu pula yang biasa Lala lihat di mading. Bukan tanpa alasan kan seseorang membuatnya? Jadi kesimpulannya, untuk apa Lala mengerjakan soal barusan kalau ujung-ujungnya semua nilai itu hanyalah rekayasa seseorang?
"Ini valid?" Tanya Lala berusaha sabar.
"Valid, La. Ditandatangani oleh Kepala sekolah." Nathan menggeser foto berikutnya yang muncul di layar ponselnya. "Nih, coba lo lihat, ada tanda tangan Pak Nurim disini. Pengumuman tanggalnya juga tanggal 20, 3 minggu dari hari ini."
Lala meninju tangannya ke bawah, berusaha menahan kesal yang menjalar. Lala tambah naik pitam ketika melihat nama Raina dan antek-anteknya menempati peringkat 1 sampai 5 besar, sedangkan Lala berada di posisi ke sepuluh.
"Dapet dari mana ini semua?"
"Dari temen lo, gue gak tau dia siapa, tapi dia yang bocor soal informasi ini."
"Temen siapa?" Potong Lala cepat.
"Yang gue bilang ke lo pas gue diperingati sama orang nggak dikenal, di Rumah Sakit." Imbuh Nathan, tanpa berpikir lebih lama Lala sudah tahu siapa yang Nathan maksud.
Lagi dan lagi, itu adalah Bian. Mungkin Bian tahu karena sekarang ia berada di pihak Raina. Tapi, untuk apa Bian membocorkan informasi tentang ini? Kenapa Bian harus terlihat abu-abu dan tidak bisa ditebak? Apa maksud Bian itu baik? Atau Bian hanya ingin mengadu domba Lala dan Raina?
"Orang itu namanya Davian, kok lo bisa sih dapet foto itu? Maksudnya lo di chat sama dia atau gimana?" Lala sengaja menyebutkan bahwa nama laki-laki itu adalah Davian, Lala hanya tidak ingin mendengar nama 'Bian' saat ini.
Kemudian Nathan akhirnya menjelaskan bahwa ia bertemu dengan Davian—teman Lala, tadi pagi saat ia keluar dari Rumah Sakit. Tugas Nathan menjaga Ibunya digantikan oleh Mbak Mira, adik dari Ibunya jadi Nathan bisa pulang untuk pergi ke sekolah. Tak disangka ia justru bertemu dengan Davian.
Laki-laki itu tidak berbicara banyak, hanya meminta nomor handphone Nathan dan berkata akan menghubunginya lagi nanti. Awalnya Nathan sedikit curiga, tapi setelah Davian mengirim bukti daftar nilai dari kelas 10 sampai kelas 12, Nathan jadi percaya bahwa semua yang Davian kirimkan itu benar adanya.
Ditambah, ada sebuah rekaman suara yang Davian kirimkan. Berisi perintah Raina kepada orang suruhan gadis itu untuk merekayasa nilai Ulangan SMA Langit Biru.
"La, gue udah kirim rekaman suaranya ke lo. Nanti dengarkan pas udah sampai rumah. Soalnya itu panjang banget percakapannya." Titah Nathan yang ditanggapi Lala dengan dehaman pelan.
"Jadi lo ada rencana apa? Nama kita ada disitu, dan sama-sama di posisi ranking rendah, itu jelas merugikan kita berdua, Nathan."
"Gue ambil berkas-berkas berisi daftar nilai itu nanti malam. Sekalian ambil flashdisk berisi nilai-nilai itu." Ucap Nathan menjelaskan rencananya.
Gila, Lala tidak menduga hal seperti ini akan terjadi di hidupnya. Dimana ia harus mengumpulkan bukti dan memecahkan misteri yang terjadi kepadanya.
Mungkin, kata Kak Zean dulu benar. Bahwa kita harus menjadi monster sebelum dimangsa oleh monster lain. Karena dunia tidak akan memihak yang lemah dan mudah dikalahkan.
Sekarang, omongan itu terbukti adanya, Lala harus berubah menjadi monster supaya melindungi dirinya dan orang-orang terdekatnya. Akan Lala pastikan ia akan mengakhirinya sampai disini dan menemukan jalan keluarnya.
"Gue ikut lo nanti malem, jangan sendirian, Nathan."
—Senin, 10 Mei 2024, 19.11
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest