"Sembunyi untuk beberapa hari ini. Lo udah dijadikan target sama Gerald!"
Seorang laki-laki yang tidak Nathan kenal tiba-tiba berbisik kepadanya. Entah informasi yang ia sampaikan benar atau tidak, Nathan tidak tahu pastinya. Lala sudah memperingatinya untuk berhati-hati, kepada siapapun, maka orang tidak dikenal ini juga bagian dalam orang yang harus Nathan waspadai.
Melihat situasi yang tidak memungkinkan untuk membahas persoalan ini, Nathan memilih untuk membahasnya di luar ruangan.
"Sora, Kakak ada urusan sekolah sama temen Kakak. Kita keluar dulu ya." Pamit Nathan kepada adiknya.
Sora mengangguk patuh. "Iya, Kak."
Tanpa Sora ketahui, Nathan sedang di situasi berbahaya. Sang adik tidak tahu kalau Kakaknya sedang dijadikan target oleh genk motor bengis bernama Black Stars.
"Lo siapa dan kenapa lo bilang kayak gitu ke gue?" Tanya Nathan, raut wajahnya terlihat tak bersahabat. "Dan juga, izin dulu sebelum masuk ke ruang rawat orang, tahu sopan santun kan?"
"Gue minta maaf kalo bersikap gak sopan. Tapi gue udah mengawasi lo sejak lo ikut campur masalah RIVERA! Yang artinya lo terlibat sama masalah Black Stars." Balasnya dengan suara pelan namun penuh penekanan.
"Gue nggak tanya itu. Gue tanya lo siapa?!" Nathan mengulangi pertanyaannya.
Nathan mungkin mengenal jaket yang dikenakan oleh laki-laki ini. Jaket bertuliskan RIVERA, itu berarti ia adalah teman dari Lala dan Andra. Nanti Nathan mungkin akan bertanya pada Andra tentang siapa orang ini.
Laki-laki itu tertawa tanpa suara. "Lo nggak perlu tahu gue siapa. Yang jelas gue udah kasih peringatan ke lo. Terserah lo mau denger atau nggak."
Kemudian ia membalik badan, pergi entah kemana dan hilang ditelan kerumunan orang-orang yang berlalu lalang.
"Kak Nathan, ada apa? Kok temen Kakak pergi?" Sebuah bias suara terdengar.
Nathan menoleh dan didapatinya seorang gadis yang di kepalanya sedang penuh akan tanda tanya. Akan tetapi Nathan tidak ingin adiknya itu tahu masalah rumit yang sedang menimpanya. Biarlah Nathan yang menghadapi itu sendiri saja, tidak melibatkan siapapun termasuk keluarganya.
Sora menghampiri Nathan yang hanya diam saja. "Kenapa diem aja, Kak?"
Sora yang kini berdiri di depannya bukanlah Sora si anak berumur enam tahun yang bisa dibohongi. Sora adiknya yang sudah besar, Nathan tahu ia tidak pandai berbohong. Tapi untuk masalah ini, Nathan mencoba berbohong pada gadis itu.
"Kan urusannya udah selesai. Jadi dia pulang deh." Alibi Nathan disertai dengan tawa yang dibuat-buat. "Mau ketemu pacarnya katanya."
Sora membulatkan bibirnya, Nathan mendorong tubuh gadis itu agar masuk kembali ke dalam ruangan. Tapi kedua mata Sora tidak bisa dibohongi, ia masih tetap melihat ke arah perginya 'teman' Kakak laki-lakinya itu.
"Eh Kak aku keluar mau pergi ke toilet. Gak apa-apa kan kalo Kakak temenin Mamah?"
Nathan mengernyit bingung. "Bukannya di dalem ada toilet?"
"Nggak ah, bau toiletnya." Balas Sora seraya melengos begitu saja sebelum Nathan menghalanginya.
"Eh, ya ampun itu anak." Nathan berkacak pinggang melihat kelakuan adiknya.
Nathan tidak sedikit pun menaruh curiga atas kepergian Sora yang mendadak. Nathan berjalan kembali ke arah ruangan.
"Nathan!"
Panggilan itu membuat Nathan menoleh. Ada Lala yang berdiri di depan kamar rawat sebelah ruangan Mamah Nathan dirawat. Mata Nathan langsung terarah pada kedua mata sembab gadis itu.
"La, lo habis nangis? Kenapa?" Nathan menghampirinya dan mengguncang pelan tubuh Lala.
"Itu bukan urusan penting. Lo tadi ketemuan sama seseorang nggak? Pake jaket yang kemarin gue pake pas berantem?"
Nathan hampir tak berkedip, Lala seolah membaca isi pikirannya. Atau Lala mendengar percakapannya dengan laki-laki aneh tadi. Namun apapun itu, sepertinya Nathan lebih baik berkata jujur kepada Lala.
Nathan akhirnya membicarakan hal itu kepada Lala, meski sambil sedikit berbisik agar tidak ada yang mendengar percakapan mereka. Lala sempat terlihat terkejut, Lala sudah menduga akan ada anggota RIVERA yang memperingati Nathan. Lala hanya tidak menyangka yang mengatakannya adalah Bian sendiri, karena Nathan mengatakan ciri-ciri orang yang menemuinya. Lala bisa menebak bahwa yang dimaksud adalah Bian.
Tetapi untuk saat ini, posisi Bian masih abu-abu. Lala tidak tahu Bian mengatakannya demi menyelamatkan Nathan sebagai Ketua RIVERA yang bertanggung jawab atas orang asing yang tiba-tiba terseret, atau Bian berada di pihak Black Stars dan Bian memperingati Nathan karena Bian tahu apa yang akan Gerald lakukan? Mungkin saja Bina memberi sedikit bocoran?
"La, nggak usah dipikirin. Gue pasti akan berhati-hati. Lo jangan kepikiran ini, karena ulangan nanti lebih penting." Nathan memegang kedua pundak Lala agar Lala percaya bahwa ia akan baik-baik saja.
Lala mendengus kasar. "Mana bisa gue mikir ulangan di situasi genting kayak gini."
"Gue tahu ini nggak mudah, tapi lo pasti bisa, La. Gue yang akan bertanggung jawab atas tindakan gue, lo bisa belajar dengan tenang." Nathan mengulas senyum yang terlihat menyakitkan di mata Lala, bisa-bisanya Nathan masih bisa tersenyum saat posisinya diujung jurang begini.
"Oke, gue bakal berusaha buat nggak mikirin ini."
***
"
Ayah mana, Bu?" Tanya Lala kepada Ibunya saat tubuhnya memasuki dapur rumahnya.
Ibunya menyahuti. "Ayah ada urusan di luar kota, sekitar satu minggu."
Lala terdiam mendengar jawaban Ibunya. Mungkin ia masih selamat karena sang Ayah tidak mengetahui berita tentangnya yang mengkhawatirkan akhir-akhir ini. Apa yang akan dilakukan pria itu kepadanya saat mengetahui bahwa Lala diturunkan jabatannya karena sebuah masalah? Mungkin Lala bisa dikubur hidup-hidup.
"Kamu mau belajar?" Ibunya bertanya. Wanita itu sebenarnya sudah tahu jawabannya, memang apa lagi yang Lala lakukan selain belajar?
"Iya, Bu."
Lala mendekati rak piring dan mengambil sebuah gelas kaca untuk ia isi dengan air putih.
Hubungan ibu dan anak ini sedikit canggung setelah kepergian Zean untuk selama-lamanya. Ibunya terkadang membela Lala ketika putrinya itu dipojokkan, namun untuk masalah Zean, ibunya masih belum bisa menerima dan memaafkan Lala sepenuhnya.
Ditambah lagi, Ayah Lala yang sangat membenci Lala itu seakan menjauhkan mereka berdua yang memang sudah jauh. Sekadar sarapan bersama pun jarang, Lala lebih sering membawa sarapannya ke sekolah dan memakannya disana.
Rumah bertingkat dua itu semakin sunyi. Seakan-akan tak ada kehidupan di dalamnya, Lala kembali ke kamarnya untuk belajar dan Ibunya tengah merajut dengan tenang. Hening semakin menyelimuti, hanya terdengar suara jangkrik yang bernyanyi merdu dan pena yang berlarian di atas kertas putih.
Tak ada Nathan yang meneriaki rumahnya, Lala paham karena Nathan sudah tidak bisa lagi keluar sembarangan. Nathan sudah menjadi incaran Black Stars.
"Tuhan, tolong jaga Nathan." Ucap Lala sembari menunduk ke bawah jendela, ke arah tempat kosong yang biasanya diisi oleh Nathan.
Haduu maaf pendek :"
—19.00, Senin 6 Mei 2024
![](https://img.wattpad.com/cover/335361821-288-k228329.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest