Lala dan keluarganya telah sampai di halaman rumah Wina, pemilik rumah sekaligus orang yang mengadakan acara keluarga hari ini. Lala sama sekali tak tersenyum setelah kedua kakinya turun dari mobil. Kedua orang tuanya juga turut keluar dari mobil, berjalan bersama seolah tengah memerankan sebuah drama, karena aslinya mereka tidak pernah akur kalau di rumah.
"Wah, ada Mas Arsha." Sapa seorang laki-laki yang Lala tidak kenal siapa. Karena terlalu banyak keluarga yang hadir di tempat itu.
Arsha tersenyum dan membalas, "Lama tidak berjumpa, Bima."
"Iya, gak bisa hadir acara keluarga kemarin-kemarin karena sibuk urusan kantor." Ujar seseorang bernama Bima itu.
"Nathan mana? Tidak ikut?" Tanya Arsha basa basi.
Nathan....entah siapa pula Nathan itu, Lala tidak peduli. Mungkin saja bukan Nathan Auriga, bukan Nathan yang Lala kenal.
"Wah kalau Nathan lagi menjaga Ibunya di rumah sakit, kemarin nge-drop." Jawab Bima.
Percakapan pun dilanjutkan oleh Arsha dan Bima sambil mereka berjalan menuju tempat dimana acara akan dilaksanakan. Lala tak mendengarkan isi percakapan lebih lanjut, yang jelas, mereka berbincang-bincang hingga sampai ke sebuah taman yang akan menjadi tempat acara keluarga itu berlangsung.
Taman yang luas itu dihias dengan lampu-lampu yang menerangi dan tentunya meja-meja dan kursi-kursi bernuansa putih yang akan ditempati oleh para keluarga besar. Mereka akan melaksanakan makan malam sambil berbincang untuk mempererat hubungan keluarga.
Arsha berjalan terlebih dahulu di depan, sedangkan Bima sudah duduk di sebuah kursi dan berbincang dengan keluarga yang lain. Lala dan Ibunya mengekor di belakang Arsha, hingga sampai ke sebuah kursi di dekat Tante Wina.
"Eh ya ampun Lala, gak berubah ya, badannya masih kecil aja dan wajahnya juga gak ada perubahan." Cibir sang Tante tepat di hadapannya, bukan lagi membicarakannya diam-diam di belakang.
Berusaha menahan amarahnya, Lala tersenyum kecil dan menyalami Tantenya itu setelah Arsha berbisik. "Itu fakta, gak usah marah. Jangan gak sopan sama orang tua."
Dengan setengah hati, Lala menyalami Tantenya, "Iya Tante, saya masih begini aja soalnya uang saya buat beli buku pengetahuan bukan buat perawatan. Bukan juga buat beli lipstik untuk menghiasi bibir yang digunakan untuk menghina seseorang." Rupanya Lala menyindirnya balik.
Bisa terlihat jelas kalau sang Tante itu peka dengan sindiran yang Lala ucapkan. Ekspresinya berubah menjadi kesal dan sedikit malu karena anggota keluarga yang lain mulai menatapnya dan berbisik-bisik sambil tertawa.
Lala tidak peduli, tentu saja orang yang menyebalkan harus mendapatkan perlakuan menyebalkan juga. Tidak perlu memikirkan apakah orang itu akan merasa sakit hati dan merasa kesal. Toh, ia juga tidak memikirkan bagaimana perasaan Lala saat disindir olehnya.
"Sudah sudah, ayo duduk." Ajak Arsha pada Lala dan Sinta.
Ketiganya duduk bersebelahan dan sialnya tempat Lala duduk berhadapan dengan kursi Tante Wina. Sebetulnya hari apa ini? Sejak pagi Lala terus saja mendapatkan kesialan.
"Omong-omong, kamu sekolahnya gimana Lala?" Tanya Wina.
Sungguh Lala tak berminat untuk menjawab kata apapun yang keluar dari mulut Tante menyebalkan itu. Karena bukan hanya di acaa keluarga kali ini Lala disindir olehnya. Lala sudah diperlakukan buruk oleh Tante Wina itu setiap diadakannya acara keluarga.
"Baik kok, Tan. Saya kan anak OSIS juga, makanya harus disiplin."
Arsha yang mendengarkan percakapan keduanya ikut menimpali, "Kalau disiplin gak mungkin dikeluarkan dari kelas karena lalai akan tugas."
Tante Wina membuat ekspresi seolah-olah kaget dengan hal itu. Memuakkan.
"LOH, LALA DIKELUAKAN DARI KELAS KARENA GAK MENGERJAKAN TUGAS?"
Suara Wina dengan teriakan yang keras mengundang tatapan penuh pertanyaan dari anggota keluarga lain yang hadir dalam acara itu.
Rasanya Lala ingin membungkam mukut Wina yang seenaknya berbicara itu, atau malah mulut Ayahnya yang harus ia bungkam?
"Itu semua fitnah!" Tanpa sadar Lala menjadi emosi dan berdiri dari duduknya.
"Kalau itu fitnah, kenapa kamu marah?" Tanya Wina lagi, ia ikut berdiri dan menatap Lala dengan tatapan meremehkan.
"Tante gak usah sok tau sama kehidupan saya. Gak semua yang Tante dengar itu berita yang benar. Dan saya berhak marah karena Tante menyebarkan berita tidak benar tentang saya." Bentak Lala tanpa rasa takut.
Sinta yang tidak enak dengan keluarga lain pun berusaha menenangkan anak perempuannya.
"Lala, harus tenang, kamu gak boleh kebawa emosi." Ucap Sinta yang akhirnya ikut berdiri, berusaha menenangkan putrinya yang sudah pasti sedang dilanda emosi karena perkataan yang Wina lontarkan.
Tidak dapat dipungkiri sebenarnya Sinta juga ingin membela Lala dan meluruskan semuanya. Namun, dibandingkan dengan orang-orang yang datang di acara, ia bukanlah siapa-siapa disini, omongannya tidak akan didengar dan justru akan menambah masalah pada Lala nantinya.
"Kamu itu gak sopan ya sama orang tua! Gimana kamu kalau bekerja nantinya?"
"Kerja kalau gak paham sopan santun, ya sudah pasti ditolak. Tidak ada bos yang mau nerima orang macam kamu." Cerca Wina dengan jari telunjuk yang menunjuk wajah Lala.
Tatapan Lala berubah menjadi tajam dan tanpa ragu-ragu ia mengambil gelas berisi sirup berwarna merah yang ada di meja. Lantas dirinya menyiram wajah Wina sampai make up milik wanita itu meluntur.
"Brengsek, siapa juga yang mau kerja, Tante? Saya mau bikin perusahaan saya sendiri!" Ketus Lala.
Tante tidak tahu diri ini sebetulnya hanya mencari-cari cara untuk merendahkan Lala. Karena mayoritas yang datang di acara adalah orang-orang yang bekerja di perusahaan besar dan sukses di usia muda, makanya Tante itu membawa-bawa masalah pekerjaan. Padahal, Lala saat ini adalah murid kelas 11 dan yang menjadi tujuannya nanti bukanlah bekerja dahulu, melainkan masuk ke perguruan tinggi dan mewujudkan impian Zean.
Walau nanti ia bekerja pun, Lala tidak ingin bekerja dengan pemimpin yang menyebalkan seperti Wina.
***
"APA-APAAN KAMU INI? MAU MEMBUAT MALU KELUARGA?"
Amarah Arsha yang tadinya tertahan kini ia luapkan saat keluarganya telah pergi dari acara keluarga dan saat ini mereka tengah berada di dalam mobil.
Arsha sudah menampar Lala dan Sinta karena mereka berdua benar-benar tidak tahu diri. Lala yang berani-beraninya berlaku kasar pada Tante Wina dan Sinta yang tidak bisa menghentikan tindakan ceroboh putrinya.
"Ayah kenapa sih belain Tante Wina terus? Tante Wina jelek-jelekin aku, Yah."
Lala tidak habis pikir dengan isi pikiran sang Ayah. Kenapa juga pria itu terus membela pihak yang jelas-jelas salah? Atau karena Wina adalah sepupunya? Tapi bukankah Lala dan Sinta merupakan anak dan istrinya yang seharusnya dibela oleh dirinya.
Arsha hanya diam dan tak ada jawaban untuk pertanyaan yang Lala berikan. Akhirnya tidak ada lagi suara yang terdengar di dalam mobil itu. Hening menyelimuti mereka yang tengah bertarung dengan isi kepala masing-masing.
Tak ada bentuk emosi apapun yang keluar dari ketiganya, yang jelas mereka telah meninggalkan acara keluarga itu tanpa berpamitan karena tindakan yang sudah Lala lakukan.
-Meyytiara, 17 November 2023, 08.36
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest