Bel SMA Langit Biru berbunyi, tanda pelajaran hari ini telah selesai dan murid-murid sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing. Namun Lala tidak langsung pulang ke rumah, ia ada janji dengan Bu Viona untuk bertemu di ruang BK, juga menghadang Raka untuk tidak coba-coba kabur dan melupakan masalahnya begitu saja.
Lala sudah berada di depan pintu kelas X-5 yang merupakan ruang kelas Raka. Sudah ada banyak murid yang keluar dari kelas, menyisakan beberapa murid yang sedang menunggu kegiatan ekstra atau menunggu jemputan mereka datang.
"Jangan coba-coba kabur, lo masih ada urusan sama gue." Peringat Lala tepat ketika Raka baru saja keluar dari kelasnya.
Laki-laki berkacamata itu mencibir, "Selama gak salah buat apa kabur."
"Penjahat yang menyerahkan diri juga banyak sih." Sindir Lala balik.
"Buruan ke ruang BK, awas aja kalo ternyata mampir ke kantin atau pulang!"
Lala berjalan menjauh dari Raka, tempat yang akan dituju adalah ruang BK. Selain itu Lala juga menghubungi seseorang yang akan ia jadikan sebagai saksi.
"Semangat ya Rak. Gue yakin seribu persen kalo lo gak salah sama sekali!" Ucap Zio, teman Raka.
Vino juga turut memberikan dukungan untuk Raka, "Gue juga. Lo anak baik Rak, lo gak mungkin kayak gitu. Jadi lo gak usah takut!"
Raka tersenyum tipis dan menepuk-nepuk pundak kedua temannya itu. "Makasih bro!"
Raka pun sedikit berlari untuk pergi ke ruang BK, menyusul Lala. Ia harus selesaikan semua masalah ini dan jangan sampai orang tuanya tahu.
Kedua kaki Raka yang tinggi membuatnya cepat sampai ke ruang BK. Namun Raka hanya diam di depan daun pintu, tanpa berniat untuk masuk karena di sebelahnya ada Nathan Auriga.
"Kenapa pada diem? Masuk!"
Seruan dari Lala menyadarkan mereka. Raka dan Nathan sama-sama menunjukkan ekspresi tidak suka, tapi apa boleh buat? Mereka sama-sama punya masalah yang harus diselesaikan di ruang BK.
Ketiganya duduk di sofa yang berbeda, menanti kedatangan Bu Viona yang tak kunjung datang ke ruangan itu. Tadi Lala dipersilakan masuk oleh Bu Tania, salah satu guru BK SMA Langit Biru yang bertugas mengurusi masalah murid kelas 12.
Keheningan mulai tercipta lantaran tak ada satupun dari mereka yang berniat untuk membuka suara. Mereka semua sibuk dengan ponsel masing-masing sembari menanti kedatangan Bu Viona.
Sepuluh menit tak terasa sudah berlalu, akan tetapi yang mereka tunggu-tunggu belum datang juga. Lalu seorang guru BK bernama Pak Elang masuk dengan sebuah gelas bening berisi kopi hitam di tangannya.
"Loh, kalian ada perlu apa disini??"
Nathan berdiri dan menjawab, "Kami sedang menunggu Bu Viona Pak."
Pak Elang menyeruput kopinya dan berkata, "Ditunggu sampai besok juga gak bakal ketemu ini mah. Bu Viona tadi siang izin pulang ke Semarang karena Ibunya mendadak jatuh sakit."
"Terima kasih infonya Pak. Saya dan Lala izin pamit kalau begitu."
Nathan menarik Lala untuk bersalaman dengan Pak Elang. Mereka pamit dari ruang BK yang dingin itu, menyisakan Raka seorang diri.
"Kamu gak pergi juga? Atau mau menunggu Bu Viona sampai besok?" Tanya Pak Elang pada Raka.
Raka yang tengah melamun menatap bonsai mini di meja mendadak berdiri, Lala dan Nathan rupanya sudah tidak ada disana. Raka keasyikan melihat bonsai sampai tak sadar dengan sekitarnya.
"Wah, saya gak sadar Pak." Raka meringis, "Kalau begitu saya izin pamit juga, permisi."
Pak Elang menggeleng-gelengkan kepalanya. Raka yang menyukai pohon-pohon itu ternyata masih belum berubah, padahal sudah sejak kelas 10 dirinya mengamati gerak gerik Raka yang terlihat senang berada di bawah pohon atau sering datang ke rumah kaca sekolah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest