Dahulu saat Zean masih ada, Kakaknya itu selalu mengajaknya pergi ke suatu tempat yang indah saat ada masalah. Bukan berarti harus jalan-jalan setiap ada masalah, hanya beberapa kali saat dirasa masalah itu sangat berat.
Lala akan membonceng sepeda Zean dan mereka berdua pergi mencari angin. Lala kecil masih takut untuk menaiki sepeda roda dua, tapi sekarang ia berani naik motor sport sendiri. Lala sudah banyak berubah sejak kepergian Zean, ia menjadi lebih berani dan memang harus selalu berani.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gimana tempatnya? Indah 'kan?"
Lala mengangguk semangat, Nathan membawanya pergi ke suaru tempat dimana menurut Lala ini adalah tempat yang menyejukkan sekaligus indah.
Mereka duduk di rerumputan hijau yang empuk dengan sebuah kain berwarna putih yang menjadi alas mereka untuk duduk. Bibir Lala terangkat untuk tersenyum, suasana danau yang damai membuat hatinya tenang.
"Mau kasih pakan buat ikan nggak?" Nathan bertanya sambil menyodorkan sebuah toples kecil berisi pakan untuk ikan.
"Mau, gue mau coba kasih makan ikan."
Kedua tangan Lala mengadah kepada Nathan, meminta separuh pakan ikan miliknya.
"Makan yang banyak ikan-ikan!" Seru Lala pada ikan-ikan yang satu per satu mendekat kepadanya.
Semilir angin yang sejuk menjatuhkan beberapa daun hijau di pohon rindang yang terletak di sebelah Lala.
Suasana yang menenangkan setelah beberapa hari ini Lala diteror dan mendapat banyak masalah. Lala terlihat menikmati dan senang saat ikan-ikan yang ada di danau mulai memakan pakan yang diberikan Lala.
Nathan bahagia melihat Lala yang bahagia, ia sangat marah jika ada seseorang yang mengusik gadis itu. Siapapun pelaku yang selama ini membuat Lala mendapatkan banyak masalah, Nathan akan sangat membencinya.
"Lo gak mau coba kasih juga?" Lala menengok, mengajak Nathan untuk melakukan hal yang sama.
"Seru loh," Imbuhnya lagi.
"Haha, gue takut ikan." Nathan beralasan saja, sebetulnya ia ingin melihat Lala menghabiskan pakan ikan yang dibelinya di petugas loker. Kalau Nathan ikut memberi makan ikan, nanti akan cepat habis bukan?
Lala berdecih dengan nada mengejek. "Cih, aneh-aneh aja mantan Ketos takut ikan."
"Gapapa, semua manusia punya ketakutannya sendiri." Balas Nathan.
"Kalo air takut gak?" Lala dengan sengaja mencipratkan air danau ke arah Nathan.
"Heh! Baju gue basah tau, La." Protes Nathan.
Nathan mencoba untuk membalas Lala, ia mencipratkan air juga ke wajah gadis itu. Tangannya yang berukuran lebih besar daripada tangan Lala membuatnya menangkup air lebih banyak.
Satu tangan Nathan setara dengan dua tangan Lala, Lala justru kewalahan sendiri oleh tindakan yang dimulainya. Nathan tertawa dengan keras, merasa puas menjahili Lala yang rambutnya sudah lepek karena air danau.
"Oh, jadi gini kelakuan setelah mutualan sama Ketua Black Stars," Seorang gadis berambut sebahu menghampiri keduanya. "Malah ketawa-ketawa seneng lagi."
Lala menoleh, ia beranjak berdiri setelah mengetahui siapa yang datang.
"Meissa?"
"Kenapa? Kaget gue tiba-tiba ada disini? Atau lo kaget karena gue tau lo mutualan sama Gerald?" Tanya Meissa menantang.
"Maksud lo apa sih?"
Meissa memalingkan wajahnya, mengangkat sebelah sudut bibirnya, temannya ini bodoh atau apa? Bisa-bisanya masih bertanya padahal faktanya sudah sangat jelas.
Tanpa ragu-ragu Meissa menampar pipi putih Lala. "Gue kecewa sama lo, The. Lo pacaran disaat RIVERA heboh karena lo mutualan Instagram sama Gerald. Sedangkan lo tau siapa itu Gerald!"
Meissa berteriak dengan lantang, seakan-akan yang sedang berada di depannya ini bukan Thea temannya, bukan Thea yang ia anggap sudah seperti keluarga.
"Gak semua hal harus diselesaikan dengan emosi." Nathan maju, walau ia tidak tahu menahu masalah apa yang terjadi diantara dua gadis ini.
"Oh, pacarnya lagi membela nih?"
"Dia bukan pacar gue Meissa! Dan lo marah ke gue juga tanpa alasan yang jelas." Sergah Lala.
"Intinya, gue kecewa sama lo."
Tanpa mendengar penjelasan dari Lala, Meissa bergegas pergi dari tempat itu. Juga tanpa menjelaskan apapun masalahnya kepada Lala. Apa yang sebenarnya terjadi? Lala tidak tahu apa-apa. Sepertinya kesalah pahaman sudah terjadi.
***
"Thea follow Gerald?"
Jay yang masih berada di ruang rawat bertanya pelan, suaranya terdengar parau. Ia bertanya pada Andra yang sedang menjenguknya dan bisa Jay lihat ia terkejut mendengarnya. Entah info darimana Jay bisa tahu kalau Lala kedapatan mengikuti akun ketua Black Stars.
"Iya, apa yang lo dengar itu bener, Jay." Andra tak punya alasan untuk berbohong, maka lebih baik ia mengatakan yang sebenarnya.
Raut wajah Jay berubah menjadi sendu, laki-laki itu menghela nafas kasar. Ia tidak menyangka Lala melakukan hal itu, Lala tidak mungkin mengikuti akun laki-laki bengis yang dibencinya sejak dulu. Jay menduga ada sesuatu yang tidak beres. Jay tidak bisa menelan berita itu mentah-mentah. Jay ingin mengetahui kebenarannya langsung dari Lala.
"Lo gak usah pikirin masalah ini Jay, gue tau Lala gak mungkin berbuat bodoh kayak gitu," Andra memeringati Jay, pasalnya kondisi laki-laki itu belum pulih sepenuhnya.
Jay masih harus dirawat lama, bahkan ia baru sadar dari komanya tadi pagi. Andra rasa tidak seharusnya Jay memikirkan hal-hal berat dulu.
"Gerald itu gila, dia udah menargetkan Thea sejak dulu. Thea tahu tentang ini. Kayaknya, Thea cuma gak sengaja pencet follow." Lagi, Jay mengungkit-ungkit masalah Lala.
Apa yang Jay katakan mungkin benar. Meski begitu, sebagian anggota RIVERA mempercayainya, dan sekarang mereka membenci Lala, meminta Lala untuk keluar dari RIVERA.
"Masalah ini biar gue aja yang urus, lo fokus sembuh aja. Jay yang cakep maksimal ini gak boleh mikir hal lain. Thea juga mau lo cepat sembuh!"
Jay tertawa hambar mendengarnya. Ia tidak tahu saja kalau ada masalah yang lebih besar, Jay tidak tahu jika Lala mengalami hari-hari yang berat dan sering mendapatkan masalah akhir-akhir ini. Juga masalah Lala yang turut serta dalam penyerangan RIVERA Vs Black Stars. Jika Jay tahu, mungkin ia akan terkejut dan kondisinya memburuk, Andra tidak mau hal itu terjadi. Andra mau semuanya baik-baik saja, entah itu Jay ataupun Lala.
"Tapi Ndra, lo harus berada di sisi Thea. Dia sendirian." Jay bersuara lagi, dari suaranya menyiratkan bahwa ia begitu mengkhawatirkan Lala.
"Gue selalu di pihak Lala, leh."
Jay tersenyum kecil, setidaknya masih ada yang mempercayai Lala ketika terjadi salah paham. Kalau Jay tidak ada disisinya, setidaknya masih ada Andra.
"Ndra, kapan gue bisa ketemu Thea?"
Andra menjawab. "Gue hubungi Thea nanti. Lo cepet sembuh makanya, biar Thea gak khawatir."