Bel pulang sekolah telah berbunyi, murid-murid SMA Langit Biru berhamburan menuju tempat mereka memarkirkan kendaraan mereka, atau menuju halte tempat menunggu angkutan umum.
Dikarenakan tidak ada rapat Osis, Lala langsung berjalan ke arah parkiran sekolah, ia memarkirkan motor hitam miliknya di dekat sebuah pohon beringin yang berada di area parkiran sekolah. Namun bukan motor yang dikendari perempuan pada umumnya, Lala membawa motor sport berwarna hitam. Setelah memakai helm berwarna senada dengan motor kesayangannya, Lala pun mulai melajukan kendaraannya.
Jalanan kota mulai melengang ketika sore, membuat Lala dengan mudahnya mengendarai motor miliknya, tak sampai 10 menit, Lala telah sampai di sebuah markas bertuliskan 'RIVERA'.
"Woi, akhirnya Thea dateng." Seru seorang pemuda setelah melihat kehadiran Lala—Pemuda itu bernama Magaera Kalandra, anggota RIVERA biasa memanggilnya Andra. Anggota yang paling heboh dan berisik.
'Thea' adalah panggilan lain untuk Lala. Ia biasa dipanggil Thea jika berkumpul dengan anak-anak RIVERA.
"Apaan sih, kayak gue ga pernah dateng aja." Ucap Lala masih dengan nada datar.
Lalu ia beralih menatap sebuah foto yang diletakan di dinding pojok markas RIVERA. Foto itu diambil 2 tahun yang lalu, tidak terasa mereka masih bersama hingga detik ini.
Ah, mari berkenalan dulu dengan RIVERA. RIVERA adalah sebuah genk motor berisi 5 remaja yang dulunya bersekolah di SMP yang sama, SMP Merah Putih. Mereka membuat genk bukan karena ingin mencari keributan di jalanan, mereka hanya senang berkumpul bersama.
RIVERA juga terpecah menjadi beberapa kumpulan. RIVERA yang memiliki 5 anggota ini hanyalah RIVERA inti, dan di sekolah-sekolah lain ada juga RIVERA 1, RIVERA 2 dan selanjutnya.
Bagi Lala, RIVERA adalah rumah keduanya, atau bahkan rumah utamanya, karena RIVERA lebih layak dijadikan rumah daripada bangunan yang ia tinggali sejak kecil itu. Anak-anak RIVERA menerima Lala apa adanya, tidak pernah menganggapnya egois ataupun keras kepala seperti predikatnya di sekolah. RIVERA selalu ada dalam suka dan duka kehidupannya, mereka juga sangat menyayangi Lala, seperti keluarga sendiri.
"Althea, jangan jutek-jutek gitu dong, nih mau minum gak?" Tawar seseorang lainnya yang juga anggota RIVERA—kalau yang ini namanya Karina Meissa, perempuan berambut sebahu dengan poni tipis.
Lala menerima sebuah botol minuman dari temannya itu. "Thanks."
Setelah menatap foto dengan lekat, lantas Lala pun mendudukkan dirinya di samping ketua RIVERA yang mukanya ditekuk sembari memangku sebuah gitar, namanya Davian Putra Byantara.
"Hah, ketua kita galau nih?" Tanya Lala diakhiri tawa mengejek.
Andra menyahut. "Baru putus dia dari ceweknya."
Tetapi Meissa merasa tidak terima dengan pernyataan Andra.
"Apaan si Bian putus? Orang dia HTS, dianya aja yang ngarep."
"Anjir lo, haha."
Lala tertawa mendengarnya, seorang Byantara ternyata bisa juga patah hati. Bian tidak beruntung karena Andra dan Meissa turut menertawakan dirinya.
Setelah puas menertawakan Bian, Lala meneguk minuman pemberian Meissa, tenggorokannya tiba-tiba saja merasa kering.
"Jangan gitu lo pada. Masa cowok ganteng kayak gue patah hati sih? Yang ada tuh cewek yang nyesel ninggalin gue." Seru Bian, tidak terima dia ditertawakan oleh anggota-anggotanya.
Bian ini sebenarnya tidak jelek-jelek amat wajahnya, bagi Lala, Bian malah sempurna. Ia memiliki lesung pipi di wajahnya, saat ia tersenyum, kedua lesung pipi itu turut menghiasi wajah tampannya, dia juga tinggi, dan jangan lupakan bahwa dia Ketua RIVERA, sikapnya yang tegas membuatnya disegani oleh orang-orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Fiksi Remaja"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest