⚠️ Memuat adegan 'panic attack/gangguan panik'. Dimohon kebijakannya untuk pembaca yang memiliki trauma/sensitif dengan hal berikut. Terima kasih.
Brak
Suara pintu gudang didobrak terdengar oleh kedua telinga Lala. Tampak seorang perempuan dengan kaus warna pink, celana jeans serta rambut dengan panjang sebahu dan tampang datar. Tanpa aba-aba, perempuan itu memeluk Lala yang sedang terkena serangan panik. Ia menenangkan gadis itu dengan kata-kata dan pelukan hangat.
"La, gapapa, sekarang ada gue disini. Lo gak perlu takut lagi." Ucapnya dengan lembut.
Lala berusaha menstabilkan nafasnya yang tak beraturan, kedua tangan dan kakinya pun basah oleh keringat dingin, jantungnya berdetak lebih cepat. Lala masih tak terbiasa dengan keadaan seperti ini, ia butuh waktu untuk meredakan gangguan panik yang ia alami saat traumanya kembali muncul.
"G-gue takut, Reyra." Kata Lala bergetar.
"Gapapa, semuanya udah berlalu kok."
Gadis bernama Alghfira Reyra yang saat ini tengah memeluk Lala merupakan saudara dekat Lala. Reyra dulu biasa bermain bersama dengan Lala dan Zean saat kecil, sebelum akhirnya mereka berpisah karena orang tua Lala dan Zean memilih pindah rumah ke tempat yang lumayan jauh dari rumah Reyra. Alasannya karena Reyra adalah anak nakal yang suka berbuat seenaknya. Tidur diatas jam 9 malam, bermain di malam hari dan terkadang jahil kepada teman sebayanya.
Kedua orang tua Lala tak ingin anak-anak mereka seperti Reyra yang tak mematuhi aturan dan selalu bersikap sesuai kehendak hatinya. Ia tak ingin diatur ataupun dipaksa melakukan hal yang tidak ia sukai.
"Rey, makasih." Tutur Lala setelah dirinya merasa tenang.
Reyra melepas pelukan itu, bukan waktu yang sebentar untuk Reyra menenangkan Lala. Reyra tidak biasa menenangkan orang lain, ia hanya meniru cara Mamanya yang menenangkannya ketika dirinya sedang sedih.
"Masama, La."
Reyra menatap Lala prihatin, ia beranjak berdiri dan tangan kanannya ia ulurkan agar Lala ikut berdiri juga.
Lala menerima uluran tangan itu dan berdiri berhadapan dengan Reyra.
"Ikut gue ya, Mama sendirian di rumah, pengen ada temen katanya. Soalnya bokap lagi keluar kota." Kata Reyra menjelaskan tujuannya ke rumah itu.
Lala menggeleng dengan cepat. "Kenapa harus gue? Gue sibuk."
"Ah elah, lo sibuk dikurung di dalem gudang sempit begini?"
"Kalo lo takut sama bokap lo, biar gue yang minta izin."
Setelah mengatakannya, Reyra melengos pergi ke arah ruang tamu dimana Arsha sedang duduk sambil menyesap kopi hitamnya.
"Om, anaknya mau gue bawa ke rumah, nginep. Mama kangen katanya, sama bokap juga lagi keluar kota, kasian Mama sendirian." Reyra berkata tanpa basa-basi.
Arsha menaruh cangkir berisi kopi hitamnya ke meja kaca dengan keras. Pria itu memelototkan matanya kepada Reyra. Berani sekali anak kemarin sore ini meminta Lala untuk menginap di rumah kecil milik keluarganya itu?
"Kamu pikir kamu siapa bisa bawa anak saya seenaknya!" Balas Arsha emosi.
Tidak mengenal apakah itu perempuan atau laki-laki, Arsha tetap akan memarahi orang yang bersikap seenak jidat kepadanya.
Reyra menggaruk pipinya dengan santai. "Anak ya? Ortu mana yang ngurung anaknya dalem gudang?"
Arsha berdiri dan hendak menampar wajah Reyra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Jugendliteratur"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest