"Assalamualaikum Ibu negara!" Teriak Reyra saat memasuki rumahnya.
Bagi Lala, rumah Reyra tidak terlalu besar namun di dalamnya ada kehangatan yang membuat nyaman setiap anggota keluarganya. Rumah yang selalu menjadi saksi bisu kedamaian dan kebahagiaan keluarga itu. Terkadang Lala iri dengan sepupunya ini, karena Reyra memiliki rumah yang bukan hanya tentang bangunan.
"Waalaikumussalam."
"Wah, ada Lala juga. Kamu beneran bawa Lala ke rumah ternyata, Rey." Ucap Mama Reyra.
Lala berjalan mendekat dan menyalami Kakak dari Ibunya itu. "Apa kabar, Tan?"
"Baik, baik. Tambah baik malah karena rumah jadi rame ada Lala."
"Ayo masuk, ada temen-temen Reyra yang lagi main di ruang tengah."
Mama Reyra pun merangkul pundak Lala dan membawanya menuju ruang tengah keluarga itu.
Diam-diam Lala menoleh ke belakang dan menunjukkan jari tengah kepada Reyra. Karena kata perempuan itu, di rumah Mamanya sedang sendirian. Tetapi apa-apaan ini? Reyra membohonginya.
Dasar, kelakuannya yang suka jahil itu memang sudah mendarah daging sejak dulu. Tapi tidak apa-apa lah, ia jadi bisa lepas dari kurungan Ayahnya untuk sementara waktu karena kejahilan Reyra.
Setidaknya disini, Lala bisa merasa aman.
"Hahaha, kocak juga cerita lo." Kata seorang laki-laki yang mengenakan jaket biru tua di pojok ruang tengah.
"Akhirnya tuan rumah udah pulang." Ujar gadis yang tampangnya menyeramkan.
Begitu Lala sampai di ruang tengah rumah Iqbal, ada 2 laki-laki yang tidak Lala kenal, dan ada 2 perempuan yang masih sibuk dengan buku novel di tangan mereka. Lala tidak tahu apa kepentingan mereka berkumpul di rumah Reyra, sepertinya mereka teman dekatnya.
Melihatnya membuat Lala teringat dengan RIVERA. Entah bagaimana lagi caranya Lala bisa menghubungi mereka karena ponselnya sudah dibanting dan hancur berkeping-keping, Lala yakin jika ponsel hitam itu tidak bisa dihidupkan lagi, mungkin saja LCD nya ikut rusak.
"Noh, dia tuh sepupu gue sekaligus temen kecil gue, namanya Lala." Ujar Reyra memperkenalkan Lala.
Respon kedua teman perempuan hanya mengangguk-angguk lalu sisanya berbalik mengenalkan diri mereka masing-masing.
"Tante, aku tidur dimana malam ini? Aku mau langsung kesana aja." Tanya Lala pada Mama Reyra.
Reyra sudah bergabung dengan teman-temannya, Reyra terlihat heboh saat mulai menceritakan sebuah gosip kepada mereka.
"Oh iya, kamu tidur aja di kamar atas, kan ada kamar kosong di atas, sebelah kamarnya Reyra." Jawab Mama Reyra.
"Aku langsung kesana ya, Tan. Mau ngerjain tugas juga. Permisi."
Mama Reyra mengangguk, mempersilakan Lala untuk beristirahat.
Seusai itu, Lala melangkah menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar yang Tantenya itu sebutkan.
Sampai disana, kedua netra Lala mengedar ke seluruh kamar. Lalu pandangannya menangkap figura yang diletakkan di nakas dengan sebuah foto di masa lalu yang terpampang disana.
Lala mengunci pintu kamar itu dan mendekat ke arah nakas. Lala mengambilnya dan menatap foto itu lekat-lekat.
"Foto gue, Kak Zean dan Reyra." Gumam Lala.
Lala hanya melihatnya sebentar, Lala menaruhnya kembali ke atas nakas. Lala tidak ingin mengingat-ingat masa lalu yang membuatnya sakit. Zean pasti tidak suka melihat dirinya lemah karena mengingat kenangan di masa lalu.
Gadis itu menaruh tasnya ke atas kasur dan mengambil laptop warna hitam dengan logo apel yang setengah digigit.
Lala membawa laptop itu menuju ke balkon kamar, ia membuka pintu kaca yang membatasi balkon dan kamar tidur. Setelahnya ia duduk di kursi kayu yang ada di balkon dan membuka laptopnya lalu menyalakannya.
Ia mencoba membuka aplikasi yang tidak memerlukan nomor telepon untuk membukanya. Karena nomor telepon milik Lala masih ada di ponselnya, dan sialnya ponsel itu entah kemana perginya. Saat Lala keluar dari gudang, sudah ponsel itu sudah tidak ada.
Sebenarnya nomor teleponnya hilang sekalipun juga ia tidak peduli. Tetapi sialnya, besok ia ada tugas kelompok yang mengharuskannya berbincang dengan anak-anak sekelompoknya lewat WhatsApp untuk membahas tugas.
Ck, gue sial banget sih.
Lala membuka aplikasi Instagram yang ternyata sudah banyak Dirrect Message di akunnya. Ia pun segera membuka satu DM yang paling atas, akun milik Almeira, teman sekelasnya juga teman sekelompoknya.
[@-almeirashr]
Woi
Chat grup tuh dibaca
Bukan didiemin
Masalah diluar kelompok gak usah lo bawa-bawa
Profesional dikit bisa?
Sok-sok an gak bisa dihubungin lo!"Lo yang lebih anjing daripada anjing!" Umpat Lala, rasanya ia ingin membanting laptopnya tetapi itu tidak mungkin ia lakukan.
Lala beralih ke akun lain yang mengiriminya DM, ia memilih untuk melihat sebuah grup chat aplikasi Instagram bernama 'Kelompok Beban!'
[Kelompok Beban]
@-almeirashr: Hai gais, ini grup baru karena si onoh gak on di grup satunya, siapa tau di grup ini on
@-almeirashr: jadi kapan nih kerja kelompoknya?
@-valceiaasff: wkwk dikumpulin besok woi
@-kkknnrr: ngikut aja ah gue mah
@-kkknnrr: lo pada tau kan kalo gue sibuk sama ayang
@-almeirashr: si paling ayang nih haha...
@-almeirashr: @-nbstla.althea minimal mikir!!
@-kkknnrr: nah iya tuh dia yang gak pernah nimbrung. Kita semua sibuk ya, cuma lo yang gak sibuk
@-valceiaasff: udah bikin grup WA tapi gak komen apa-apa. Di grup ini komen dong, udah dibikin dadakan segala ah grupnya
@-almeirashr: wkwk gak tau malu emg
@-kkknnrr: kalo bukan karena gak ada orang lain selain dia, gue sih ogah sekelompok sama si lala.
@-almeirashr: minggu kemarin harusnya ajak ria aja buat masuk kelompok, kemarin kan tinggal ria sama si lala doang yg belum kebagian kelompok
Lala sudah biasa mengalami yang seperti ini saat kerja kelompok. Mereka semua bertindak seolah-olah Lala tidak pernah berkontribusi apapun dalam pengerjaan tugas itu.
Ia mulai mengetikkan jawaban, jari-jari tangan yang putih pucat itu memencet keyboard laptop dengan sedikit ditekan karena emosi.
@-nbstla.althea
Brengsek, gue udah mikir ya!
Liat aja chat di grup WhatsApp 2 hari yang lalu
Tapi kalian gak ada yang respon
Buta ya lo pada, atau bego?
Minimal kalo bego jangan keliatan bangetKekesalannya membuat Lala keluar dari grup kerja kelompok tidak jelas itu. Ia beralih membuka dokumen yang telah dirinya selesaikan sejak ditugaskan mengerjakan tugas kelompok ini. Lala tidak peduli dengan anggota kelompok lainnya yang selalu mendadak jika mengerjakan tugas. Lala tidak suka menunda-nunda, karena jika ia menundanya maka bisa-bisa ia tidak mendapatkan nilai karena tidak mengerjakan.
"Bisa dibilang ini sebuah tugas, dan kelompok beban. Bukan tugas kelompok." Monolog Lala kesal.
Pada akhirnya selalu ia yang mengerjakannya sendirian. Dengan dalih, Lala yang paling pintar diantara mereka. Mereka akan lepas tangan jika ada seorang Pelangi Nabastala Althea di kelompok mereka.
Tak adil, Lala harus berpikir, mengeluarkan tenaganya untuk mengetik ataupun menulis, lalu saat presentasi perkataan Lala dipotong begitu saja sehingga ia dianggap guru sebagai murid yang tidak berkontribusi. Padahal kelompoknya yang selalu menyela dan tidak mempersilakan Lala untuk berbicara.
"Gue benci kerja kelompok."
-Meyytiara, 30 Agustus 2023, 14.00
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest