Lala menaruh tasnya diatas bangku tempat ia biasa duduk di kelas. Dengan buru-buru gadis itu mengambil sebuah buku catatan dan pulpen hitam yang nantinya akan ia gunakan untuk mencatat murid-murid yang melanggar peraturan.
Hari ini adalah hari terakhirnya berjaga di pintu gerbang belakang sekolah sebelum nantinya seluruh anggota OSIS tidak lagi berjaga karena ulangan akan segera dilaksanakan.
Lala mengecek tugas-tugas di dalam tasnya yang sudah ia print. Sebelum akhirnya gadis itu berlari keluar ruangan dan menuju pintu gerbang SMA Langit Biru.
Tanpa sadar, setelah kepergian Lala, ada dua murid perempuan yang mengendap-endap masuk ke dalam kelas dan melangkah ke arah tempat duduk Lala.
Seorang perempuan dengan rambut sebahu mengacak-acak isi tas Lala dengan cemas, takut aksinya ketahuan oleh orang lain. Sedangkan perempuan yang satunya lagi berdiri di dekat jendela dan mengawasi jikalau ada orang yang masuk ke dalam kelas.
"Buruan cari, gue pantau lewat jendela. Kalo ada orang, gue kasih aba-aba." Ujarnya memberi instruksi.
Kelas masih sepi, wajar saja jika tak ada yang melihat aksi mereka berdua, juga hari masih pagi, jarang ada murid yang berangkat sepagi ini kecuali anggota OSIS yang berjaga.
"Hahaha."
Tawa milik Nathan Auriga terdengar oleh kedua murid yang tengah berada di dalam kelas XI IPA 1.
Rasa panik menghampiri keduanya, tanpa diberi aba-aba, mereka mencari tempat bersembunyi sebelum ketahuan oleh Nathan.
Nathan terkadang menyempatkan dirinya untuk memberi Lala bekal makan. Walau tak jarang Lala akan menolak pemberian laki-laki itu, namun Nathan sering diam-diam menaruh kotak bekal di laci meja Lala.
Dan hari ini Nathan juga akan melakukan hal itu. Langkah kakinya yang lebar masuk ke dalam kelas XI IPA 1. Ia mendekati tempat duduk Lala dan menaruh sebuah kotak bekal di laci meja itu.
"Kok tasnya kebuka gini?"
Merasa janggal dengan tas Lala yang terbuka lebar dan isinya berantakan, Nathan pun memotret hal janggal itu menggunakan ponselnya. Nathan akan mengejek Lala nanti karena gadis yang terkenal perfeksionis itu kedapatan tasnya berantakan.
Setelah urusannya selesai, Nathan keluar dari XI IPA 1 dan berjalan menuju kelasnya. Kedua murid itu akhirnya keluar dari persembunyiannya dan melanjutkan aksinya yang sempat tertunda karena kehadiran Nathan.
"Nah, dapet juga gue."
Helaan nafas terdengar. Mereka merasa lega karena akhirnya apa yang mereka cari berhasil ditemukan. Tanpa harus berlama-lama lagi, keduanya meninggalkan ruangan XI IPA 1 dengan membawa kertas-kertas berisi tugas yang akan dikumpulkan oleh Lala hari ini.
***
"Kalau tugas kelompok kamu tidak ada, saya pastikan nilai kamu nol, Pelangi." Ucap seorang guru kepada Lala.
Sudah berkali-kali Lala mengecek tasnya sebelum berangkat ke sekolah. Tadi sebelum ia pergi menuju pintu gerbang belakang sekolah, dirinya juga sudah memastikan bahwa tugasnya aman di dalam tas. Kenapa tiba-tiba tugasnya tidak ada?
Lala berhenti melakukan kegiatannya mencari kertas tugas miliknya. Gadis itu memandang ke sekitar dengan tatapan geram.
"Siapa yang ambil tugas gue!" Teriaknya ke seluruh murid yang ada di kelasnya.
Raina yang duduk di bangku sebelah Lala menyahuti, "Gak usah fitnah jadi orang. Tugasnya emang gak lo kerjain kali, malah nuduh anak kelas."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi
Teen Fiction"Namaku tak seindah takdirku." -Pelangi Nabastala Althea ©meyytiara, 24 Feb 2023 Credit cover: Pinterest