Adegan Mesra

63.3K 2.3K 30
                                    

Ruby berjalan tergesa sepanjang koridor Purnell, ia tak bisa bersabar lagi. Sudah banyak waktu yang ia sia-siakan, tertunda dengan segala banyak kendala. Ia harus segera menyelesaikan permasalahannya dengan Leo.

Saking terburunya mencari keberadaan Leo saat ini, Ruby bahkan lupa untuk bersikap ramah seperti biasanya. Ia melewati begitu saja setiap orang yang menyapa, ia tak peduli untuk saat ini. Yang paling penting adalah menemukan Leo sekarang juga.

Tidak pergi ke kantin seperti tujuan siswa lainnya, Ruby sudah langsung keluar mencari keberadaan pacarnya itu. Mencari di taman tempat biasa Leo dan teman-temannya berkumpul.

"Sayang..." panggil Ruby pelan. Wajahnya yang sudah memasang senyum cerah itu berganti kaget saat mendapati Chaesa berjalan terburu melewatinya.

Ruby sontak berhenti dari jalannya, Kenapa bisa Chaesa ada di sini? ada urusan apa dia di sini?

Belum selesai bingungnya, wajahnya berganti kaget dan syok mendapati bekas gigitan berada tepat di dagu Leo. Bahkan luka itu masih baru terlihat dari noda darah tipis yang sedikit mengalir. Ruby seakan berpikir keras korelasi antara bekas gigitan itu dan kepergian Chaesa barusan.

Tidak mungkin berhubungan kan? pikirannya menentang habis-habisan semua praduga yang muncul.

Duduk di samping Leo, tangan Ruby langsung memegang dagu pacarnya itu, "Ini kenapa? Kok bisa luka gini? Kamu di gigit siapa sayang?" tanyanya dengan raut jelas khawatir.

Leo dengan pelan menyingkirkan tangan putih itu, dan kembali memegang dagunya. Matanya menyipit kala melihat darah tercetak jelas di tangannya, "Di gigit kucing" jawabnya singkat.

"Hah? Emang ada kucing di sekolah kita?" tanya Ruby sedikit merasa jawaban itu tak masuk akal. Bukannya kucing hobi mencakar dari pada menggigit?

Leo masih memegang dagunya dan terkekeh pelan, "Why not? Kalo rubah aja bisa ada di sekolah ini, kenapa kucing enggak?" ucapnya melirik Ruby penuh arti.

Ruby makin mengernyit merasa tak nyambung dengan pembicaraan ini. Tapi ia tak mempermasalahkan itu, Ruby segera ingat tujuannya datang kesini. Bergelayut manja di lengan Leo, Ruby memasang wajah sesedih mungkin, "Kok kamu kemarin aku hubungi gak di angkat? Aku terus mikirin kamu loh karena khawatir nggak biasanya kamu kayak gitu" tanya nya pelan.

Leo melirik singkat, dan kemudian kembali fokus pada rokok di tangannya, "Lo kecapekan karena itu gue nggak ganggu" katanya.

Ruby langsung tersenyum, ia merasa lega itu artinya Leo sama sekali tidak mempermasalahkan soal ia yang tidak perawan lagi, "Ah, iya badan aku sakit semua. Akhhh...." Pekiknya tiba-tiba membuat Leo mengerutkan alisnya.

Sedangkan Ezra langsung mengumpat, "Anjiiir, bisa nggak usah lebay pake teriak-teriak segala nggak? Sayang kuping gue" ucapnya melirik malas ke arah Ruby.

Ruby langsung kaget mendapatkan bentakan pertama dari Ezra sepanjang mereka kenal, "Sorry Zra, aku tiba-tiba inget sesuatu jadinya kaget" ucapnya lirih

"Ck, bodo amat" balas Ezra kembali memainkan hpnya.

Setelah tak mendapat perhatian dari Ezra, Ruby menatap kembali Leo yang kini sibuk dengan hpnya, entah apa yang dilihat laki-laki itu.

Ruby menatap heran, kenapa Leo tak bertanya kenapa ia tiba-tiba teriak? Kenapa tiba-tiba cowok ini makin hari makin cuek saja?.

Menyemangati diri, Ruby berbisik pelan pada Leo, "Sayang, aku tiba-tiba takut kalo aku hamil gimana?" Ucapan itu sukses membuat Leo menoleh, menatap lama pada Ruby dan kemudian sudut bibirnya naik, "Lo mau nya gimana?" tanya Leo dengan nada rendah yang terdengar justru menggoda.

Dipaksa Ketua Aiglon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang