Di hari minggu yang cerah itu, semua kejadian terjadi di belahan bumi manapun. Termasuk di salah satu markas Aiglon yang terlihat sangat ramai pada hari minggu ini.
Seolah menjadi agenda wajib untuk berkumpul. Semua anggota berkumpul meramaikan rumah besar itu. Tampaknya tak ada yang berniat pergi kencan, karena semua sibuk dengan benda mati di sana.
Yang paling menjadi pusat perhatian adalah lapangan tembak di belakang rumah itu.
Entah bagaimana bisa di area perumahan yang seharusnya hening dan damai, suara tembak justru mendapat izin untuk memekak. Mengisi keheningan perumahan yang memang sepi itu.
Leo untuk kesekian kali melepaskan peluru yang berhasil tepat menembus dada kiri sasarannya. Ia menatap sejenak lalu kembali fokus pada pistol, tak ada raut puas seperti seharusnya, hanya ekspresi datar yang agak muram terpampang jelas.
Seolah masalah mendera di kepala yang tertutup topi itu, Leo kembali menarik pelatuk lagi untuk menembus papan sasaran di depan sana.
Suara keras terus beriringan, terus berulang hingga papan itu sudah berbentuk seperti sarang lebah, penuh dengan bekas tembakan.
Merasakan suasana tak biasa, Nick yang berada di sebelah Leo tak bisa tak menaikkan alis. Ada apa lagi dengan temannya ini? kenapa sejak perselingkuhan Ruby terungkap, tindakan Leo menjadi sulit di tebak.
Apa secinta itu cowok ini dengan Ruby? Nick gatal sekali ingin bertanya.
Akhirnya ia melangkah mendekati Ezra.
"Kenapa tuh temen lo?" tanyanya setelah berada di dekat Ezra, ia tak berniat bertanya pada Leo, ia tak ingin jadi mendapati tatapan mengganggu dari temannya itu.
Ezra yang sedari tadi sibuk dengan layar hpnya, menikmati foto wanita cantik yang tersebar secara gratis di insta. Langsung mengalihkan pandangannya, menyipitkan mata menatap Leo yang berjarak lumayan dari nya, yang masih belum bergerak dari sana.
Ezra pun sadar dengan mood buruk temannya itu. "Kayaknya enggak hari ini aja deh, udah beberapa hari ini mood tuh orang angker banget. Udah berasa semua mau di tonjok sama dia"
Mendengar itu, Nick akhirnya menyadari jika beberapa hari ini Leo seperti mudah marah, seolah ada yang salah. Seolah ada yang kurang hingga membuat cowok itu terus mendengus kesal. Tapi entah apa.
Nick menyentuh dagunya seolah mengingat momen lama. "Pas tau Ruby selingkuh, perasaan gue sikap Leo santai aja deh. Nggak ganas kayak gini, masih santai tenang terkendali." guman Nick yang diangguki Ezra.
Mereka juga ingat momen itu, setelah menghajar Atlas di club Alice pertama kali, lebih tepatnya Ezra dan Nick yang menghajar Atlas habis-habisan. Leo masih dengan wajah santainya berbicara dengan Ruby di telepon.
Tak ada tanda-tanda patah hati, sedih, atau kecewa justru wajah balas dendam yang lebih ketara. Bahkan Atlas tak sampai mengalami patah tulang malam itu, itu tandanya Leo tak terlalu marah, kan?. Lalu apa yang salah?
Baru saja Ezra ingin menimpali, layar hp Leo yang berada di meja di samping Ezra tiba-tiba menyala. Menandakan masuknya pesan ke hp cowok itu.
Kedua cowok itu langsung menatap ke arah yang sama, memperhatikan layar tersebut yang menampilkan pop up notifikasi. "Ruby lagi?" tanya Nick yang masih berdiri.
Ezra yang memang sedang duduk, berada di posisi yang dekat dengan hp Leo, sehingga bisa membaca pesan tersebut.
Alisnya naik merasa heran sekaligus lucu. "Apa nama kesayangan Ruby itu mulut manis?" tanya Ezra yang membuat eskpresi bingung di wajah Nick.
Mulut Manis? Sejak kapan Leo punya sisi seperti ini?
Sibuk menebak itu siapa, tiba-tiba mereka merasakan langkah seseorang perlahan mulai mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Ketua Aiglon
Novela Juvenil"Pilih! Lo putusin cowok Lo atau dia harus nginap di rumah sakit nanggung penolakan Lo" "A-apa" "Gue lagi berminat buat matahin tulang cowok lo. Nggak mau itu terjadi? putusin cowok Lo dan sekarang Lo jadi pacar gue" Chaesa menatap ngeri pada setiap...