Chaesa merasa lega setelah membahas semua hal itu dengan Dennis, dan seperti dugaannya meminta bantuan pada Dennis jelas sangat menjanjikan. Dennis dengan segera mengatakan akan mencari tau soal perselingkuhan Bayu itu.
Mungkin jika ada bukti yang lebih jelas, Zella akan mudah mengambil keputusan. Chaesa hanya tidak ingin jika temannya itu kembali merasakan sakit hati untuk kedua kali.
Chaesa sempat ingin tau perihal putusnya Zella dan Dennis, apalagi ketika melihat rasa perhatian dan sayang cowok itu masih terlalu besar jika di tujukan hanya untuk mantan.
Tapi sekali lagi ia belajar dari pengalaman, jika tidak baik untuk mencampuri urusan orang lain. Ia hanya takut kembali jadi kelewatan dan membuat Dennis tak nyaman.
Baru sejenak merasakan lega terlebih langit biru indah terpampang jelas, dan angin siang begitu menyejukkan. Napasnya kembali tercekat ketika menemukan laki-laki yang sempat hilang dari harinya berada di tempat yang tak tepat.
Atlas percis berdiri di depan gerbang rumahnya.
Chaesa terdiam sesaat dari jalannya, ia baru saja turun dari bus dan berjalan dari halte ke rumahnya. Untuk sesaat melihat Atlas membuatnya senang, tapi ini bukan perasaan membuncah seperti rindu berat yang sangat ingin melihatnya.
Chaesa tertegun mendapati perasaannya ternyata baik-baik saja saat putus dari Atlas, bahkan tanpa laki-laki itu di kesehariannya pun ia masih bisa menjalaninya dengan baik. Ia tak merasa kehilangan yang sangat mengguncang. Lalu untuk apa tahun-tahun yang sudah mereka lalui? Kenapa perasaannya cepat sekali berubah?
Apa karena dia tak sendiri? Ada Leo yang terus mengisi hari-harinya belakangan ini.
Tapi Chaesa tau dengan jelas Leo bukan tipe cowok yang layak untuk di jadikan pacar. Dia saja bisa menyelingkuhi Ruby terang-terangan seperti itu. Bahkan Leo bisa dengan nyaman menciumnya dan beberapa saat setelahnya berciuman mesra juga dengan Ruby.
Ia jelas tau Leo tipe laki-laki playboy berandal yang harusnya ia jauhi. Ia tak bisa terus jatuh lemah mengikuti semua kemauan laki-laki itu.
Hanyut dalam lamunannya, Chaesa tak menyadari hingga Atlas tepat berada di hadapannya.
"Kamu lagi mikirin apa?" ucapnya yang dengan santai menjentikkan tangannya membuat kesadaran Chaesa kembali.
Terkesiap, Chaesa menatap Atlas yang memasang raut bertanya padanya. Sesaat kemudian Chaesa balik bertanya, "Atlas, Kamu ngapain disini?"
Atlas tertegun sejenak menyadari tak ada lagi raut bahagia seperti biasanya yang akan ia temukan ketika tiba-tiba muncul di hadapan pacarnya itu. Chaesa hanya menatapnya dengan tenang, benar-benar menyadarkannya akan status baru mereka.
"Kamu kelihatan baik-baik aja setelah kita putus" ucapnya sama sekali tak berniat menyindir. Tapi bagi Chaesa itu tepat menghunus hatinya. Ia terdiam tak menjawab karena itu benar adanya. Ia tak merasa terlalu sedih.
Atlas beralih menatap hal lain, tak lagi menatap wajah yang sangat ia rindukan beberapa hari ini. Ia sangat ingin memeluk cewek ini, sangat ingin mencium pipinya yang tampak putih tanpa noda itu. Ia sangat merindukan hari-hari mereka berdua. Tapi sepertinya hanya ia yang merasa seperti itu, hatinya nyeri mengetahui fakta itu.
"Apa kamu dekat dengan Leo?" pertanyaan itu membuat Chaesa mendongak. Menatap wajah Atlas yang tak menatapnya sama sekali.
"Apa kamu minta putus karena kamu deket sama Leo?" tanya Atlas lagi membuat pikiran Chaesa kosong sesaat.
Ia hanya diam tak tau menjawab apa karena jelas Leo lah penyebab mereka harus putus seperti ini.
Melihat jawaban diam itu, Atlas mengusap wajahnya frustasi. Tiba-tiba darahnya mendidih, merasakan kesal luar biasa membayangkan seberapa banyak Chaesa bersama Leo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Ketua Aiglon
Roman pour Adolescents"Pilih! Lo putusin cowok Lo atau dia harus nginap di rumah sakit nanggung penolakan Lo" "A-apa" "Gue lagi berminat buat matahin tulang cowok lo. Nggak mau itu terjadi? putusin cowok Lo dan sekarang Lo jadi pacar gue" Chaesa menatap ngeri pada setiap...