Pertandingan itu sudah di ikuti 4 pasangan, Ezra dengan Devi, Nick dengan Yanto, Dennis dan Verrel serta Leo dan Chaesa.
Penggunaan level pistol pun di turunkan ke level rendah, mereka menggunakan senjata api yang jenisnya diperbolehkan di miliki oleh warga sipil sebagai alat pertahanan diri. Tapi untuk kepemilikannya sendiri harus sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku di Polri.
Tapi Leo sengaja memilih revolver yang tidak akan menyulitkan untuk pengisian ulang peluru.
“Mendekat!” perintah Leo setelah mengotak atik benda itu. Chaesa hanya menuruti karena memang tak tau harus melakukan apa.
Leo memberikan revolver itu padanya, sedangkan Chaesa hanya menerima tanpa minat bertanya banyak, dan kemudian lengannya di tarik hingga berada tepat di depan laki-laki itu.
Otot dada Leo yang keras langsung terasa di punggungnya, membuat perasaan canggung mulai mencekat di tenggorokan.
Perlahan tangan Leo menggenggam pergelangan tangannya, seolah mengarahkan di mana harusnya memegang alat ini.
Gerakan halus dan tepat itu memberikan rasa panas yang berbeda dari terik mentari saat ini. Bahkan dagu Leo terasa menyentuh ubun-ubun kepalanya, dan dengan gerakan pasti dagu cowok itu mulai turun menuruni sisi wajahnya, hingga ia membungkuk mensejajarkan pandangan mata mereka.
Chaesa menegang kala merasakan ujung telinganya menyentuh kulit pipi Leo, meninggalkan goresan hangat yang makin menyebar.
Kaia pernah mengatakan cowok akan banyak melakukan modus dalam permainan bilyard dan basket. Tapi sepertinya perkataan itu harus di tambah dengan permainan tembak.
“Lihat ke depan!”
Chaesa spontan menatap ke arah depan searah tangannya yang sudah lurus di balut genggaman tangan berurat itu.
Chaesa bahkan merasa kecil saat ini, badannya seperti terkurung di kedua lengan berotot Leo. Dan seperti mengganggu, tangan Leo beralih menarik lengan cardigan Chaesa yang hampir menutupi punggung tangan cewek itu.
Gerakan itu halus, tanpa sadar ujung jari Leo menggores pelan di sepanjang tarikan baju itu, menyentakkan badan Chaesa, membuat nya menciut tanpa sadar menarik lengannya.
Greb
Leo menahan gerakan itu, “Mau kemana? Pegang lagi!”
Tepat saat suara itu keluar, hidung Leo tepat berada di pelipisnya, dan debaran jantung Chaesa tak terkendali mulai muncul.
Ia gugup, deg degan dan takut secara bersamaan. Takut jika telinga Leo juga mendengar suara jantungnya.
“Fokus, atau gue tinggalin lo di sini!” ancamnya yang malah membuat debaran jantung Chaesa makin gila tidak mereda sama sekali.
Dan dor
Satu tembakan berhasil lepas
Dan bersamaan dengan itu Chaesa menghela napas
“Kita berhenti aja, gue nggak bisa main ini” bisiknya pelan. Tapi Leo tak berniat berhenti sama sekali, “Ini bahkan baru mulai, lo cukup berdiri aja”
Tapi jantung gue yang nggak aman kalo berdiri kayak gini terus. Tak ingin mempermalukan diri jika Leo mendengar detak jantungnya, Chaesa menoleh ingin berdiskusi.
Udara tiba-tiba membeku bersamaan dengan hidungnya yang sudah menempel di pipi Leo, dan detik itu juga tembakan kedua di lepas Leo, chaesa kaget dan refleks makin maju memejamkan mata.
Dan entah kenapa bisa di berada di posisi ini, matanya di penuhi oleh sisi wajah Leo. Hidungnya tepat terbenam di pipi cowok itu. Dan untuk kedua kalinya bibir mereka bertemu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Ketua Aiglon
Teen Fiction"Pilih! Lo putusin cowok Lo atau dia harus nginap di rumah sakit nanggung penolakan Lo" "A-apa" "Gue lagi berminat buat matahin tulang cowok lo. Nggak mau itu terjadi? putusin cowok Lo dan sekarang Lo jadi pacar gue" Chaesa menatap ngeri pada setiap...