Siasat Dennis

66.4K 2.2K 24
                                    

Siang itu terasa panas di kulit, bukan karena sinar mentari yang bersinar tapi telinga Chaesa langsung berubah merah karena perkataan Leo.

"Buka mulut lo!"

Mata hitam yang menatap lurus pada bibirnya itu teralih naik menatap ke arah matanya. Melihat mata hitam itu membuat Chaesa terasa hanyut ke dalam pusaran hitam tak berujung, dan seakan terhipnotis Chaesa membuka mulutnya di bawah perasaan hangat di dagunya itu.

Melihat itu, Leo langsung melahap bibir yang membuka untuknya, tak lagi seperti ciuman mereka sebelumnya. Ciuman kali ini membuat Chaesa tersentak kaget, kala merasakan lidah Leo ikut masuk membelai bibirnya, dengan kaget Chaesa segera meraih jaket di bagian dada Leo, merematnya kuat menyalurkan sensasi panas yang menyebar.

Leo sama sekali tak peduli dimana mereka berada sekarang, bahkan kenyataan jika mereka melakukan hal yang kelewat intim itu di depan pagar rumah Chaesa, sama sekali tak menghentikan kegiatannya. Ia sibuk menyesap dan menikmati bibir Chaesa yang terasa manis dan menggoda.

Tangan Leo yang tadinya berada di dagu Chaesa perlahan bergerak membelai ke leher dan menjalar ke sela rambut Chesa yang berada di belakang telinganya, menahan kepala Chaesa yang mulai melarikan diri. Merasa Chaesa mulai kesulitan bernapas, Leo melepas singkat hanya untuk merubah posisi kepalanya yang tadinya miring ke kanan kini berganti ke kiri.

Mulutnya kembali melahap bibir berwarna peach yang tampak mulai bengkak itu. Merasa pegal di bibirnya dan badannya yang mulai lemas, Chaesa menarik kerah baju Leo memintanya untuk berhenti. Bahkan Chaesa kembali menutup paksa bibirnya, ia mulai pusing dengan ciuman agresif ini.

"Hah....ah" desah Chaesa ketika Leo akhirnya melepaskan bibirnya.

Leo sama sekali tak memberikan jarak yang banyak untuk Chaesa merasa lega. Bahkan hidung mereka masih saja tersentuh. Memundurkan matanya hingga sampai di jarak fokus untuk menatap mata Chaesa. Matanya langsung berkilat tergoda melihat semu merah menjalar memenuhi pipi cewek itu, belum lagi desah napas yang terdengar merdu.

Leo sekali lagi menyentakkan kepala Chaesa untuk mendongak membuat hidung mereka saling menyentuh kembali, "Jadilah penurut, buka lagi!" bisiknya dengan nada membujuk yang membuat debaran jantung Chaesa makin tak menentu.

Pikiran rasionalnya jadi sulit untuk di keluarkan, di bawah tatapan dan napas Leo yang sangat jelas di kulitnya, belum lagi tangan hangat itu yang melingkar di pinggangnya. Chaesa kalah sekali lagi dan kembali membuka mulutnya, membiarkan Leo sekali lagi mengobrak abrik mulutnya.

Setelah merasa kebas dari bibirnya barulah Leo menghentikan ciuman ganasnya itu, saat jarak dari mereka sedikit memberikan napas untuk Chaesa. Di situlah akhirnya matanya menyadari bekas gigitannya di dagu Leo. Bekas itu bersemu merah hati, sangat pekat.

Chaesa mengernyit, tanpa sadar tangannya mulai meraba di sekitar bekas gigitan itu. Bagaimana ia bisa sampai tak sadar akan bekas ini tadi? Justru ia malah terpaku pada mata Leo sejak tadi.

Merasakan elusan ringan itu, Leo mendesis pelan yang kemudian menjangkau tangan itu, menggenggamnya erat membuat Chaesa kembali menatap mata hitam itu, "Sebaiknya lo berhenti sebelum gue punya niat buat ngelakuin lebih sama tubuh lo" ucapnya dengan nada rendah serak yang langsung membuat Chaesa menjauh.

*.:.*.:.*

Markas Aiglon ramai seperti biasanya, tak ada jeda dari obrolan yang terus berjalan di tempat itu, dan berbagai kegiatan berlangsung tanpa henti. Semua anggota tampak heboh dengan berbagai kaleng minuman yang tergeletak di lantai. Deru tembak, mesin motor, bola biliar dan suara televisi memekak di rumah itu.

Saat pintu utama terbuka mereka serempak menoleh untuk mengabsen siapa yang hadir, dan ketika wajah Leo sang ketua yang terpampang mereka langsung terdiam beberapa saat, sebelum ledakan tanda tanya mengisi di markas itu.

Dipaksa Ketua Aiglon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang