Semua bisikan yang masuk ke telinga Chaesa terasa sangat memusingkan, belum lagi perasaan lengket akibat jus sangat membuat tak nyaman. Tapi dari semua itu, tatapan dari Leo lah yang paling menyakitkan, kenapa seakan ia pantas mendapatkan perlakuan tak adil ini?.
Chaesa memejamkan matanya tak sanggup lagi, ia tak bersalah. Tapi membalas Ruby? ia sama sekali tak bisa, karena lagi-lagi ia melakukan hal kelewat batas dengan Leo. Satu hal yang sangat tak bisa Chaesa sangkal rasa bersalah telah berciuman dengan pacar orang lain.
Walaupun ia di paksa tapi tetap saja, perasaan rendah diri melekat padanya. Ia tak bisa membalas Ruby dengan hal yang sama, karena ia layak mendapatkan ini. Ia hanya bisa menerima ini semua sebagai tebusan rasa bersalah itu.
"Terserah Lo mau ngomong apa, tapi baju gua lengket. Gue mau ke toilet" ucap Chaesa datar berusaha menahan semua rasa gejolak yang ingin di muntahkan. Lalu segera berjalan pergi. Lebih baik, ia pergi dari pada berdiri seperti manusia terbodoh di dunia ini.
Ruby tersenyum miring saat melihat Leo tak berniat ikut campur sama sekali. Ia seakan senang itu artinya Leo memang tak ada hubungan apa-apa dengan Chaesa. Ia semakin berhasrat untuk mempermalukan Chaesa lebih jauh lagi. Belum selesai Chaesa menjauh, Ruby menahannya. Mengeluarkan kalimat pengehinaan untuk kesekian kali.
"Chae plis, kamu jangan ganggu hubungan aku sama Leo. Apa nggak cukup dengan Atlas, pacar kamu, kamu masih juga godain Leo? Aku nggak tau ternyata kamu se-enggak tau malu itu" ucap Ruby yang makin membuat panas suasana.
"Apa pacar kamu tau kalau kamu ngelakuin hal ini di belakang dia? Apa Atlas tau kamu suka godain cowok lain?" tanya Ruby lagi makin membuat panas telinga Chaesa.
Ezra yang seolah gatal ingin bicara, tak tahan lagi. Ia tak senang sama sekali melihat jalang Ruby itu bertindak sesukanya, membolak balikkan fakta sesuka mulutnya. Mulutnya gatal ingin menyerang balik.
Saat langkah nya ingin mendekat, tangan Leo lebih dulu menghentikan.
Melihat itu Ezra menaikkan alisnya, "Apa maksud lo Yo? Kalau lo nggak mau ngelerai mereka, biar gue aja. Kasihan Chaesa" ucap Ezra mengerut heran melihat Leo yang sangat santai, tampak tak terganggu dengan ucapan dari Ruby itu.
Leo beralih menatap Ezra dengan mata tajamnya, seakan ia tak suka di bantah. Ezra yang sudah mengenal lama temannya ini, sangat tau kode ini. Dengan berat hati Ezra melangkah mundur lagi dengan mengumpat kesal, "Fuck". Ia benar-benar tak menyangka Leo akan sekejam ini.
Ruby terus melanjutkan ucapannya, "Oh, apa jangan-jangan kamu memang suka godain cowok orang lain, pantes aku pernah lihat kamu masuk ke club malam"
Deg
Mata Chaesa langsung membulat mendengar tuduhan itu, ia tak pernah ke tempat seperti itu.
Dan tak butuh waktu lama,
Plak
Suara napas tercekat terdengar dari penonton di sana, mereka kaget dengan aksi dadakan itu. Bahkan tak ada yang berani mengambil napas.
Terlebih Chaesa yang membulatkan matanya menatap seseorang yang berdiri di depannya. Menghalangi antara dirinya dan Ruby. Melindunginya.
"Apa yang Lo tau soal temen gue, hah? Teman gue pergi ke club? Mata lo katarak? Chaesa nggak pernah pergi ke tempat sialan kayak gitu!!" teriak Zella dengan keras setelah menampar kencang pipi Ruby hingga menimbulkan bercak lima jari di pipi kirinya.
Ruby masih syok, kepalanya seakan kosong dengan rasa sakit luar biasa. Tamparan barusan tak main-main.
Zella berjalan mendekat pada Ruby, dan tanpa sedikit belas kasih, tangannya langsung menjabak rambut Ruby hingga yang menonton berteriak detik itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Ketua Aiglon
Teen Fiction"Pilih! Lo putusin cowok Lo atau dia harus nginap di rumah sakit nanggung penolakan Lo" "A-apa" "Gue lagi berminat buat matahin tulang cowok lo. Nggak mau itu terjadi? putusin cowok Lo dan sekarang Lo jadi pacar gue" Chaesa menatap ngeri pada setiap...