Chaesa VS Ruby (2)

53.5K 3.1K 1.2K
                                    

Pagi datang tanpa tau jika mungkin beberapa orang berharap jika waktu bisa berhenti pada hari kemarin. Seperti Chaesa saat ini, yang tak bernafsu sama sekali untuk datang ke Purnell.

Menatap dirinya di cermin panjang di kamarnya, Chaesa menghela napas mendapati wajahnya terlihat lelah dengan ruam menangis yang sangat jelas.

Ya, memang dia menghabiskan malam dengan menangis, menangisi sikap Leo yang keterlaluan kemarin. Padahal itu hal yang wajar, mengingat mereka memang tak memiliki hubungan baik sebelumnya. Tapi tetap saja perkataan cowok itu sungguh membuatnya sakit hati.

Kenapa ia malah sakit hati? Seharusnya ia bersikap tidak peduli saja. Tapi tindakan Leo kemarin memang sudah keterlaluan juga.

Mendongakkan kepalanya, "Arggh...gue nggak mau sekolah hari ini" lirihnya yang kembali duduk di kasur empuk yang menggoda untuk di tiduri lagi.

Ia benar-benar tak ingin melihat wajah Leo, tepat saat itu matanya langsung melirik jaket Aiglon Leo yang ia taruh di kursi belajarnya.

"Kayaknya gue emang harus ngebuang jaket itu" ucapnya malas.

"Leo nggak mungkin cuma punya jaket itu aja. Lagi pula dia anak orang kaya, kehilangan satu jaket nggak akan bikin dia miskin" decak Chaesa yang akhirnya merebahkan dirinya yang sudah siap berangkat itu ke atas kasur.

Ia benar-benar malas.

Tapi takdir tak mendukung acara malasnya itu, suara ketukan terdengar setelah nya.

Tok tok

Krek

Pintu kamarnya di buka dari luar, menampilkan wajah Mamanya yang segar pagi ini, sungguh berbeda jauh darinya.

Mamanya yang tampak cantik itu, menatap heran pada putrinya,"Kenapa kamu malah rebahan? Nggak ke sekolah?" tanya Mamanya berjalan mendekat, menarik putrinya itu dari acara malas-malasannya.

Chaesa tertarik hingga duduk dengan lemas, "Maless Ma" lirihnya.

Mama Chaesa langsung duduk di sebelah putrinya, menyentuh anak rambut di dahi putrinya itu, "Kenapa? apa yang bikin kamu nggak mau ke sekolah? Lagi berantem sama teman?" tanya mamanya lembut.

Chaesa langsung diam, dia memikirkan alasan dia tak ingin ke sekolah, tadinya ia mengira itu hanya karena permasalahannya dengan Leo. Tapi mendengar perkataan mamanya, ia terpaksa langsung ingat keadaannya dengan Zella. Pertengkaran mereka yang bermula dari perselingkuhan Bayu melebar ke alasan putusnya Zella dan Dennis.

Ia bahkan masih kaget jika dirinya lah alasan putusnya Dennis dan Zella.

Menatap mamanya lagi, tak mungkin ia mengatakan hal itu pada mamanya.

Chaesa menggeser duduknya menghadap mamanya penuh, "Ma, kalau orang lain tiba-tiba marah ke Chaesa, apa yang harus Chaesa lakuin?" tanyanya meminta pendapat mamanya untuk permasalahan dengan Zella.

"Hm" mamanya mengerutkan alisnya tapi tak ayal setelahnya ia tersenyum.

"Amarah cuma bisa di selesaikan dengan kata maaf. Tapi tentu aja kamu harus tau dulu kamu minta maaf untuk kesalahan apa. Jangan cuma sekedar bilang maaf untuk meredakan suasana aja" ucap mamanya.

"Lagi pula kalau teman baik itu, tanpa kamu bilang maaf pun mereka udah maafin kamu. Anggap aja ini lagi ujian untuk persahabatan kalian" ucap mamanya menaikkan alis. Yang membuat Chaesa merengut, kapan ia bilang temannya yang marah?

Minta maaf?

Tapi apa salahnya? Chaesa mencoba berpikir lagi.

Tapi mamanya keburu menarik tangannya untuk berdiri, "Udah, yuk sarapan dulu. Untuk berpikir kan juga butuh energi"

Dipaksa Ketua Aiglon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang