Suara air mengalir dari keran di wastafel bergemiricik mengenai tangan putih di bawahnya. Toilet perempuan itu sepi, membuat suara air itu menjadi satu-satunya pengisi di hening sunyi itu. Chaesa berdecak setelah menutup keran itu. Menyelesaikan adegan mencuci tangannya yang terkena jus tomat Leo tadi.
Ia masih teramat kesal dengan apa yang terjadi, kembali mengingatnya makin membuatnya ingin memaki Leo, bahkan mungkin makian saja tidak akan cukup. Belum lagi sifat mesumnya yang makin hari makin parah saja. Hal itu membuat Chaesa menggidikkan bahunya merasa merinding.
Belum lagi ia masih terbayang dengan makanannya yang baru ia sentuh itu, bahkan baru beberapa suap saja. Sangat di sayangkan sekali jika harus menjadi penghuni tong sampah. Hal itu makin membuatnya menyumpahi Leo dalam hati.
Ingin mengganti apa nya? Bullshit. Pacarnya yang baik hati langsung mengambil kartu makan Leo, bahkan ia tak jadi mengisi perutnya. Mengingat itu Chaesa menatap dirinya di cermin persegi di toilet itu.
Ia layak mendapatkan ini, anggap saja ini karma dari perbuatan dosanya yang berciuman dengan pacar orang lain. Padahal jelas Leo punya Ruby, berada di tengah kantin tadi menyadarkan Chaesa ia tak bisa melakukan apa-apa. Ruby jelas memiliki status yang jelas untuk memegang kartu milik Leo itu, ia merasa makin menjadi orang tak tau diri karena sempat merasa marah akan fakta itu.
"Haah" menghela napas lelah. Chaesa menggelengkan kepalanya mengusir semua pemikiran barusan.
Suara langkah seseorang yang masuk mengalihkan perhatian Chaesa, dari pantulan cermin ke seseorang yang baru bergabung di toilet itu. Mengetahui jika itu Ruby, Chaesa langsung merutuki nasibnya yang malang sekali, kenapa harus bertemu dengan Ruby dalam keadaan sepi begini? Apa ada yang lebih malang lagi dari ini?
"Ada hubungan apa lo sama pacar gue?"
Lihat, benar dugaan Chaesa adalah hal buruk jika hanya berdua saja dengan Ruby. Cewek yang merupakan pacar Leo ini tak sebaik topengnya di keramaian, yang selalu berbingkai senyum manis. Semua itu akan hilang jika hanya berdua dengan Chaesa.
Ia jadi berpikir, apakah Ruby hanya memperlihatkan sifat aslinya yang buruk ini padanya saja? Atau ia juga bersikap sama pada orang lain? Apakah Leo termasuk ke dalam orang yang tau sifat asli cewek ini? atau Leo bahkan tak tau sama sekali? Ia tiba-tiba jadi ingin tau.
Ruby mendekat dengan memegang cup es cuppucino dan berdiri di wastafel di sebelah Chaesa, meletakkan cup itu ia langsung membuka kran menyalakan air. Suara itu lumayan untuk meringankan situasi yang mulai sedikit tegang ini.
Chaesa mengambil tisu disana dengan langkah tenang seperti biasa, "Nggak ada" jawabnya singkat lebih ketidak peduli.
Mendengar itu, Ruby langsung mematikan keran air yang menyala deras tadi menciptakan sunyi yang menekan dan menatap Chaesa dari pantulan cermin, "Nggak ada tapi Leo sampai ngasih kartu makan nya ke elo, lo pikir gue bakal percaya gitu aja?" ucapnya menaikkan sudut bibirnya.
Chaesa menghela napas, "Leo yang ngasih kartu nya, dan itu pun untuk ganti rugi. Terus bagian mana yang nggak bisa lo percaya? Itu wajar" ucap Chaesa masih bersikap tenang yang kini sedang mengelap air di kedua tangannya.
Tapi tidak dengan Ruby, cewek ini seakan punya firasat sendiri, ia masih menatap gerak gerik Chaesa, "Gue lebih tau gimana sifat Leo. Kalau cuma sekedar ganti rugi, dia bisa ngasih lo uang, dia nggak bakal ngasih kartu makannya ke elo" bantahnya dari kata wajar yang di ucapkan Chaesa.
Chaesa membuang tisu bekas itu ke tong sampang sambil menjawab bantahan Ruby, "Kalau gitu tanya ke Leo alasannya, lo kira gue tau alasan pacar lo ngelakuin itu? Di sini yang pacarnya lo atau gue?" ucapnya telak membungkam Ruby.
![](https://img.wattpad.com/cover/346224180-288-k792875.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dipaksa Ketua Aiglon
Novela JuvenilJangan baca kalau cuma mau plagiat!! Gua nggak ikhlas!! Lu plagiat, nyolong ide, seluruh dosa gue lu yg tanggung, aamiin. "Pilih! Lo putusin cowok Lo atau dia harus nginap di rumah sakit nanggung penolakan Lo" "A-apa" "Gue lagi berminat buat matahin...